NovelToon NovelToon
Mahira

Mahira

Status: sedang berlangsung
Genre:Berondong / Pengganti
Popularitas:8.5k
Nilai: 5
Nama Author: santi damayanti

“Aku kecewa sama kamu, Mahira. Bisa-bisanya kamu memasukkan lelaki ke kamar kamu, Mahira,” ucap Rangga dengan wajah menahan marah.
“Mas Rangga,” isak Mahira, “demi Tuhan aku tidak pernah memasukkan lelaki ke kamarku.”
“Jangan menyangkal, kamu, Mahira. Jangan-jangan bukan sekali saja kamu memasukkan lelaki ke kamar kamu,” tuduh Rukmini tajam.
“Tidak!” teriak Mahira. “Aku bukan wanita murahan seperti kamu,” bantah Mahira penuh amarah.
“Diam!” bentak Harsono, untuk kesekian kalinya membentak Mahira.
“Kamu mengecewakan Bapak, Mahira. Kenapa kamu melakukan ini di saat besok kamu mau menikah, Mahira?” Harsono tampak sangat kecewa.
“Bapak,” isak Mahira lirih, “Bapak mengenalku dengan baik. Bapak harusnya percaya sama aku, Pak. Bahkan aku pacaran sama Mas Rangga selama 5 tahun saja aku masih bisa jaga diri, Pak. Aku sangat mencintai Mas Rangga, aku tidak mungkin berkhianat.”

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon santi damayanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

mh 9

Ibu Rukmini melangkah menuju pelaminan menyusul Pak Handoko yang sudah duluan berdiri di pelaminan, walau hatinya mas dongkol karena mas kawin tidak sesuai yang dia bayangkan.

Ibu Rukmini berdiri di sebelah kanan mendampingi Pak Harsono, sedangkan Pak Dasuki dan Ibu Wati berada di sebelah kanan, di tengah Rangga dan Ratna.

Para tamu mulai datang dan memberi selamat pada pengantin.

Salah satu tokoh masyarakat dekat rumah Bu Rukmini dan Pak Harsono memberi selamat pada pengantin.

“Kenapa kok bukan Mahira pengantinnya, Bu?” tanya Bu Narti pelan.

Bu Narti mulai terisak, matanya mengembun.

“Maafkan Mahira ya, Bu. Semalam Mahira malah memilih menikah dengan orang lain, bukan dengan Rangga,” sahut Ibu Rukmini lirih.

“Loh, terus sekarang di mana Mahiranya?” tanya Ibu Narti kaget.

“Setelah Mahira melangsungkan akad, dia kabur, Bu, karena pasti akan jadi bahan gunjingan,” jawab Ibu Rukmini sambil terisak. “Untung saja Ratna mau menggantikan Mahira, Bu. Kalau tidak, saya dan keluarga pasti malu, Bu.”

“Ih, kenapa sih Mahira malah menikah dengan orang lain malam menjelang pernikahan yang sudah disiapkan. Bikin malu saja.”

Pak Harsono berdehem.

“Maaf, Bu, masih banyak tamu yang lain,” bisik Rukmini.

“Oh… ya, maaf, maaf, Bu Rukmini,” ucap Ibu Narti sopan. “Yang sabar ya, Bu.”

Kemudian ia berhadapan dengan Ratna. Ratna memasang wajah sendu.

“Terima kasih sudah datang, Bu,” ujar Ratna lirih.

Bu Narti tampak menghela napas berat. “Kamu hebat, Nak… mudah-mudahan suami kamu baik ya.”

“Ya, Bu,” bisik Ratna sendu.

“Semua sudah terlanjur, Nak. Kamu masih bisa kuliah kok,” tutur Ibu Narti.

Dan hampir semua tamu bersikap seperti itu, awalnya kaget kenapa pengantinnya jadi Ratna.

Tetangga Mahira yang tak berani langsung menanyakan ke Bu Rukmini berkumpul di satu tempat sambil bergosip.

“Ih, kok jadi Ratna sih pengantinnya? Mahiranya ke mana?” ucap Nina.

“Iya, Ratna kok tega merebut calon suami Mahira ya,” celetuk Lina.

Rina datang menghampiri.

“Kalian jangan asal tuduh kalau nggak tahu ceritanya,” sentak Rina.

“Maksudnya gimana?” tanya Lina heran.

Rina mengambil ponselnya dan menunjukkan video pernikahan Mahira.

“Ah! Mahira sudah menikah?”

“Iya, semalam dia menikah lalu kabur,” jelas Rina tegas.

“Ih, keterlaluan banget sih Mahira,” gerutu Nina.

“Terus Ratna mau jadi pengganti gitu?”

“Ih, siapa sih yang mau coba pikir. Apalagi Ratna itu tidak pernah pacaran, dekat dengan lelaki aja enggak, terus tiba-tiba harus menikah,” ujar Rina menjelaskan.

“Pantas dari tadi mukanya murung gitu,” sergah Nina. “Rupanya dia terpaksa menikah, bukan merebut calon suami orang ya.”

“Iya, kasihan banget dia. Tapi bagaimana lagi, dia tidak ingin nama baik keluarga hancur, makanya dia nerima saja saat Bapak minta Ratna menggantikan Mahira.”

Dan seperti itulah yang terjadi. Sepupu Mahira yang berpihak dan simpati pada Ratna dengan sukarela menjelaskan pada tamu, sehingga semuanya menyimpulkan kalau Mahira adalah biang masalah dan Ratna pahlawan keluarga. Semua benci sama Mahira dan simpati pada Ratna.

“Mampus lu, Mahira,” ucap Ratna dalam hati. Ia merasa benar-benar jadi bintang dalam acara pernikahan.

Anto mengangkat ponselnya tinggi-tinggi, mengatur angle terbaik, lalu mulai melakukan live streaming dengan napas sedikit memburu karena semangat.

“Hai, guys! Gue lagi ada di pesta pernikahan Ratna dan Rangga!” serunya sambil mengayunkan tangan, memperlihatkan dekorasi pelaminan. “Sory ya, guys… sanak saudara Pak Harsono, om tante, dan para sepupu! Pengantinnya diganti mendadak sama Ratna.” Anto mencibir sambil mengangkat alis, ekspresinya jelas-jelas penuh drama.

Ia mendekatkan wajah ke kamera. “Kalian pasti mikir kalau Ratna merebut calon suami Mahira,” ucapnya sambil menunjuk kamera dengan telunjuk, nadanya menekan, seolah-olah ingin memarahi para penonton yang berprasangka macam-macam.

Dia mengibaskan tangan cepat-cepat. “Tidak, guys!” katanya lantang sambil menggeleng keras, rambutnya ikut berantakan. “Jangan asal fitnah dulu.”

Anto kemudian memutar kamera sebentar, lalu mendekatkannya lagi ke wajahnya. “Mahira semalam menikah dengan pria lain… gue lupa namanya, soalnya nggak penting banget sih,” ocehnya sambil menepuk jidat sendiri dan memutar bola mata, jelas-jelas kesal.

Dia mencondongkan badan, menatap kamera tajam penuh emosi. “Mahira, di mana pun lu berada… gue cuma mau bilang: lu keterlaluan, Mahira!” seru Anto sambil mengepal tangan, ekspresinya tegang.

“Lu tega ngorbanin adik lu yang masih kuliah,” lanjutnya dengan suara bergetar marah. “Ratna belum pernah pacaran, guys! Deket sama cowok aja enggak! Sekarang dia harus gantiin lu jadi pengantin!” Anto menggeleng-geleng dengan frustasi, tangannya terangkat seperti tak habis pikir.

Dia mengarahkan kamera lebih dekat lagi, hampir menutupi seluruh wajah. “Mahira… lu harus minta maaf!” desisnya sambil menunjuk ke kamera seperti sedang menunjuk langsung ke wajah Mahira, ekspresi penuh tuntutan dan amarah.

Menjelang asar, rombongan guru SMK Nusantara datang. Mereka adalah rekan-rekan mengajar Mahira. Satu per satu mengisi buku tamu, namun langkah mereka terhenti tepat sebelum menuju pelaminan.

“Pak Bagus… ini beneran rumah Ibu Mahira?” tanya Bu Wiwin dengan dahi berkerut.

“Iyalah, Bu. Saya itu sering ke sini,” jawab Pak Bagus mantap.

“Iya, Bu, betul ini rumah Bu Mahira,” tambah Bu Retna meyakinkan.

“Tapi itu, kok pengantin perempuannya bukan Ibu Mahira?” suara Bu Wiwin melemah, matanya terpaku pada pelaminan.

Sontak seluruh rombongan guru menoleh ke arah pelaminan.

“Wah… iya, benar juga,” gumam Bu Fany yang tampak kebingungan. “Pak Yanto, coba hubungi Bu Mahira.”

“Saya dari tadi sudah mencoba, Bu. Tapi nggak diangkat-angkat,” jelas Pak Yanto dengan wajah gelisah.

“Terus gimana ini? Kita bawa banyak titipan kado buat Bu Mahira. Dari kepala dinas juga ada yang nitip,” keluh Bu Fany frustasi.

Rina tiba-tiba muncul dan menyapa mereka. “Ini teman-temannya Mahira, ya?”

Semua mengangguk.

“Maafkan Mahira ya, Bapak-Ibu…” ucap Rina sembari menunduk. Ia lalu menjelaskan seluruh kejadian dengan nada pilu.

Rombongan guru tertegun, saling pandang.

“Kok bisa begitu, ya…” lirih Bu Retna tak percaya.

“Saya juga nggak tahu, Bu,” sahut Rina dengan helaan napas panjang. “Memang… seharusnya Mahira tidak bertindak seperti itu.”

“Lalu gimana dengan kado dan titipan kondangan ini?” tanya Bu Fany gelisah, menepuk-nepuk plastik besar berisi hadiah.

Mata Rina tampak berbinar kecil. “Kalau Ibu berkenan, bisa diberikan pada adik Mahira yang menggantikan posisinya. Kasihan sekali dia, masih remaja, masih kuliah, belum pernah pacaran… tiba-tiba harus menikah.”

Rombongan guru mulai berbisik-bisik, berdiskusi dengan wajah serba bingung.

“Ya sudah, kalau begitu kita berikan saja,” putus Bu Retna sambil mendengus pelan. “Kasihan adiknya Mahira. Lagian… males juga balikin titipan-titipan ini satu-satu.”

“Betul. Kalau begitu, ayo kita kasih ucapan selamat saja ke pengantin,” ajak Bu Fany akhirnya.

Rombongan guru pun berjalan menuju pelaminan, masih membawa campuran antara simpati, heran, dan kebingungan.

1
puspa endah
ceritanya bagus thor susah di tebak
puspa endah
teka teki banget ceritanya👍👍👍👍 lanjut thor😍😍😍
Anto D Cotto
menarik
Anto D Cotto
lanjut crazy up Thor
partini
oh seperti itu
puspa endah
lanjut thor👍👍👍
puspa endah
banyak teka tekinya thor😄😄😄. siapa lagi ya itu....
anak buah doni kah?
puspa endah
woow siapakah Leo?
NP
ga jadi mandi di doni
puspa endah
🤣🤣🤣 lucu banget mahira n doni
partini
Leo saking cintanya sama tuh Kunti Ampe segitunya nurut aja ,,dia dalangnya Leo yg eksekusi hemmmm ledhoooooooooo
partini
sehhh sadis nya, guru ga ada harganya di mata mereka wow super wow
partini
hemmm modus ini mah
partini
apa Doni bukan anak SMA,, wah banyak misteri
puspa endah
wah kereen bu kepsek👍👍👍 hempaskan bu susi, bu anggi dan pak marno😄😄😄😄
partini
Reza takut ma bosnya 😂😂
sama" cembukur teryata
puspa endah
bagus mahira👍👍👍 jangan takut klo ga salah
puspa endah
doni kayaknya lagi menyamar
partini
daster panjang di bawah lutut ga Sampai mata kaki ya Thor
tapi pakai hijab apa ga aneh
NP: q kalo dirumah jg sering kayak itu ..to pake legging lengan pendek
total 3 replies
partini
hemmmm Doni ,, kenapa aku berfikir ke sana yah
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!