NovelToon NovelToon
Business Marriage

Business Marriage

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Nikah Kontrak / Cinta Seiring Waktu / Angst / Kehidupan alternatif / Romansa
Popularitas:4.6k
Nilai: 5
Nama Author: Theodora A

Setelah mengetahui sebuah rahasia kecil, Karina merasa bahwa ia akan mendapatkan banyak keuntungan dan tidak akan rugi saat dirinya mendekati Steve, pewaris dari perusahaan saingan keluarganya, dengan menawarkan sebuah kesepakatan yang sangat mungkin tidak akan ditolak oleh Steve. Sebuah pernikahan yang mendatangkan keuntungan bersama, baik bagi perusahaan maupun secara pribadi untuk Karina dan Steve. Keduanya adalah seseorang yang sangat serius dan profesional tentang pekerjaan dan kesepakatan, ditambah keduanya tidak memiliki perasaan apa pun satu sama lain yang dapat mempengaruhi urusan percintaan masing-masing. Jadi, semuanya pasti akan berjalan dengan lancar, kan? * * Cerita ini hanyalah karangan fiksi. Baik karakter, alur, dan nama-nama di dalam tidak ada sangkut paut dengan dunia nyata.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Theodora A, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 11

Kulit Karina mulai terasa panas, ia tidak yakin apakah itu karena jarak tubuhnya yang sangat dekat dengan Steve, karena pakaian yang dikenakannya, atau karena sesuatu yang lain. Sesuatu yang berhubungan dengan bagaimana bibir Steve terasa bagaikan bola api, menjalar dan memetakan jejak-jejak panas di kulitnya.

Karina sadar ia seharusnya tidak menikmati kepura-puraan ini sebanyak yang ia lakukan saat ini. Namun, melihat bagaimana tubuhnya merespon pada gigi yang menancap di lehernya, Karina tahu bahwa ada yang salah, ada sesuatu yang tidak normal sedang terjadi padanya saat ini.

Dan Steve sama sekali tidak berhenti. Bagaimana Karina sangat berharap pria ini akan berhenti, dan rasanya Karina ingin mendorong Steve menjauh dan memberitahunya bahwa semua ini sudah cukup, tapi entah bagaiman ia tidak melakukannya. Karina benar-benar tidak mengerti mengapa ia tidak melakukannya.

Bibir Steve terus bekerja di lehernya seolah-olah ini adalah sesuatu yang sangat penting yang harus dia lakukan. Dan Karina merasa seperti otaknya dipenuhi oleh awan-awan gelap. Pikirannya terasa sangat kacau dan berkabut, dan Karina merasa seperti ia tidak memiliki kontrol pada tubuhnya sendiri.

Karina baru merasakan rasa sakit yang menyengat di lehernya saat Steve akhirnya menarik diri, menatap Karina dengan wajah yang sangat menyebalkan. Karina tidak perlu berkaca untuk menebak bahwa ada cupang yang ukurannya mungkin sebenar Prancis di lehernya saat ini.

Beberapa detik berlalu, tak satu pun dari mereka berbicara. Tak satu pun dari mereka bergerak. Mata Steve menatap mata Karina yang tampak bingung, dengan pupil yang membersar dan bibirnya yang sedikit terbuka setiap kali wanita itu menarik dan menghembuskan napas. Di dalam hati, Steve merasa Karina terlihat sangat lucu seperti ini.

Ruangan menjadi hening, dan kini Karina kembali bisa mendengar bagaiman ibu mereka menahan napas dan berbisik-bisik dari balik punggungnya. Ia menegakkan tubuhnya, tenaganya kini perlahan kembali dan ia kembali memegang kontrol akan tubuhnya. Karina menghela napas pelan, rasanya seperti baru saja mengalami pengalaman keluar dari tubuh. Dan Karina cukup takjub mengetahui ibu mereka masih tetap berada di balik pintu setelah semua itu.

Karina memiringkan sedikit kepalanya, dan Steve mengangguk pelan, menandakan bahwa dia mengerti maksud Karina. Karina tidak cukup percaya diri untuk berbicara dan terdengar meyakinkan, jadi ia menunggu Steve melakukannya. Dan seperti biasa, Steve langsung mengambil alih tanpa ragu. “Sayang, bagaimana kalau kita matikan saja lampu koridor? Aku yakin para pelayan sudah pergi.”

Karina menggumam pelan sambil mengangguk, setengah mengagumi kemampuan akting Steve. Hanya pada saat-saat seperti inilah ia menyadari bahwa Steve adalah seseorang yang dapat berpikir dengan cepat.

Dan hal ini hampir membuat Karina mendengus kesal, karena ia merasa seperti sedang berada di kamp pelatihan kepemimpinan, dilatih untuk menguji refleks dan kemampuannya untuk bekerja di bawah tekanan. Dan melihat betapa tidak berdaya dirinya, Karina tahu bahwa bukan ia yang akan keluar sebagai pemenang. Karina sungguh tidak ingin diingatkan tentang kekalahan yang baru saja diterimanya.

“Hmm.. bagaimana kalau kita membawa masuk satu botol wine dari dapur?" Karina akhirnya memutuskan untuk ikut bersuara.

*“Akan kuambilkan jika memang kamu ingin minum wine*, sayang.” Karina jelas hanya berbicara sembarangan, namun begitu mendengar jawaban Steve, ia tiba-tiba jadi benar-benar ingin minum wine sekarang.

Kedua ibu mereka harus bersyukur karena baik Steve maupun Karina adalah tipe anak yang penuh perhatian. Steve dan Karina memberikan waktu yang cukup bagi ibu mereka untuk mendengarkan percakapan mereka sebelum keduanya bergegas kembali ke kamar mereka.

Karina harus menahan tawa saat mendengar betapa berisiknya langkah kaki ibu mereka yang seharusnya diam-diam dan tersembunyi. Pintu di rumah ini juga terbuat dari material yang berat dan sedikit berisik ketika ditutup, sehingga Karina dan Steve dapat mendengar dengan jelas gemuruh pintu yang diikuti dengan bunyi klik yang pelan.

Tak satu pun dari mereka bergerak. Mereka menunggu beberapa saat sampai benar-benar memastikan bawah keadaan sudah aman. Kemudian, ketika seisi mansion kembali diselimuti oleh keheningan, suara tawa Steve dan Karina yang serempak memecah kesunyian bagaikan bola yang dilemparkan pada permukaan kaca.

Karina tertawa begitu keras hingga ia harus berpegangan pada Steve untuk memastikanya dirinya tidak akan jatuh terduduk di lantai. Air mata juga menggenangi matanya hingga pandangannya sedikit kabur, dan perutnya terasa sakit karena tertawa.

Tawa Steve sedikit mereda dan dia memberi kode pada Karina untuk mengecilkan suaranya agar ibu mereka tidak akan mendengar. Steve kemudian menarik Karina menjauh dari pintu dan keduanya menjatuhkan tubuh mereka di atas kasur, dengan posisi terlentang dan masih sambil tertawa.

Karina menyeka air matanya sambil berusaha mengatur napasnya. “Aku merasa ini adalah hal terbodoh yang pernah aku lakukan,” ujarnya di sela-sela hembusan napas yang tercekat.

Steve kembali tertawa lepas sambil menggelengkan kepalanya. “Benar. Tapi setidaknya cara ini berhasil. Jadi, siapa yang jenius di sini?”

“Oke kamu memang jenius soal ini. Tapi, apa kamu benar-benar harus bertindak sejauh ini? Membuat cupang di leherku??” Karina membalikkan badannya ke arah Steve dan menatap pria itu dengan tatapan kesal.

Sorot kesal di mata Karina perlahan-lahan memudar saat ia melihat Steve yang sedang tertawa sambil menatap langit-langit kamar. Wajahnya benar-benar terlihat sangat kontras dengan wajah yang biasanya Karina lihat sehari-hari, dan itu membuatnya sedikit terperangah. Karina memperhatikan semua detail yang ada di dalam perubahan itu. Mata Steve kini membentuk setengah lingkaran yang sempurna, hidungnya sedikit berkerut dan senyum lebarnya membuat lesung pipinya terlihat semakin dalam.

Dia terlihat.... menawan. Dan Karina sedikit mengernyitkan keningnya memikirkan bagaimana dirinya sekarang bahkan bisa menggambarkan Steve dengan kata menawan.

“Ini namanya memalsukan bukti. Memangnya kamu tidak pernah menonton serial kriminal atau sejenisnya? Lihat saja, besok ibu kita pasti akan mencari-cari bukti dari apa yang mereka dengarkan dari kamar kita malam ini.” Steve menanggapi dengan santai, tangannya bergerak untuk melonggarkan dasinya dan membuka satu kancing kemejanya.

Tentu saja tidak ada yang salah dengan apa yang Steve lakukan barusan, tapi kenapa dia terlihat sangat keren saat melakukannya? Apakah Karina berpikir seperti ini karena adrenalinnya yang masih mengalir deras pasca berciuman dengan Steve tadi?

Karina merasa kesal pada dirinya sendiri. Rasanya sangat menyebalkan, bagaimana bisa Steve tidak memiliki kekurangan sama sekali?

“Tapi yang benar saja, kita kan akan bertemu dengan klien besok. Apa kamu berencana mempermalukan ku di depan mereka?” balas Karina sambil mendudukkan dirinya. Ia meraih bagian belakang lehernya untuk melepaskan ikatan gaunnya dan membiarkannya jatuh dari bahunya, lalu menggapai dan menyentuh cupang itu. Sedikit sentuhan saja membuat Karina meringis kesakitan.

Karina kembali menatap Steve dengan tatapan tajam, dan ia mendapati Steve kini sudah berbaring miring menghadapnya sambil tersenyum lebar, seolah-olah sedang mengejeknya. Dan itu membuat Karina semakin kesal. “Kamu bisa membalasku lain kali. Hanya saja, pastikan jangan menggigit dengan kuat, kulitku mudah terluka.”

Mata Karina melebar mendengar ucapan Steve. Ia mengayunkan tangannya ke arah pria itu dengan gerakan seolah-olah akan meninju wajahnya. “Tidak akan ada lain kali!”

“Aku akan mandi duluan.” Karina bergegas turun dari kasur dan berjalan menuju kamar mandi. Ia berhenti di pintu dan membalikkan badan menatap Steve. “Jika kamu berani menyentuhku lagi seperti tadi, aku akan membunuh dan mengubur mayatmu di kebun belakang sebagai pupuk.”

Karina langsung berbalik dan masuk ke kamar mandi setelah mengucapkan itu. Tawa Steve yang mengejek mengiringi langkahnya dan Karina membating pintu di belakangnya. Karina berdiri di depan wastafel, menatap pantulan dirinya di cermin, dan kini ia baru menyadari bahwa wajahnya sangat merah.

Wajahnya benar-benar merah karena campuran malu dan kesal. Ia juga bisa melihat betapa berantakan penampilannya saat ini, dan semua ini dikarenakan Steve.

Rambutnya terlihat kacau dan berantakan, pupil matanya terlihat melebar seolah-olah dia sedang berada di bawah pengaruh alkohol. Bahkan dengan jumlah wine yang banyak pun Karina belum pernah terlihat mabuk seperti ini. Bibirnya terlihat sedikit bengkak dan merah, noda lipstik tampak sedikit melebur melewati bibirnya, yang dengan segera Karina lap dengan punggung tangannya. Bukan hanya wajahnya, bahkan ujung telinganya pun terlihat sangat merah.

Dan ya Tuhan, lehernya.

Ketika Karina berpikir bahwa cupang di lehernya mungkin berukuran sebesar Prancis, dirinya hanya mengatakan itu sebagai lelucon. Tapi sekarang setelah ia benar-benar bisa melihatnya, lelucon itu sama sekali tidak terasa lucu lagi.

Cupang itu berwarna merah dan ungu di sisi lehernya, tersebar di sana bagaikan kelopak bunga mawar di kulitnya yang pucat. Benar-benar terlihat begitu kontras dan mencolok sehingga Karina harus menarik napas dalam-dalam setelah melihatnya. Karina menggigit bibirnya untuk menahan diri agar tidak berteriak. Apa-apaan ini.

Kini Karina menyesali dirinya yang kehilangan kontrol sehingga membuat Steve dapat melakukan sesuka hatinya. Bahkan Felix saja tidak pernah bertindak sejauh ini.

Karina kembali menarik napas dalam-dalam. Ia memiringkan kepalanya ke samping, jari-jarinya yang gemetar menggapai lehernya yang telah ditandai. Dan ia tersentak pelan saat dirinya menekan sedikit terlalu keras. Ini pasti akan berbekas setidaknnya selama dua minggu selama mereka berada di pulau terkutuk ini.

Karina mengerang ketika mengingat bahwa ia harus bertemu dengan klien dalam kurun waktu delapan jam ke depan dengan keadaan seperti ini. Dirinya bahkan tidak membawa satu pakaianpun yang memiliki kerah tinggi yang bisa menutupi lehernya ini.

Karina menanggalkan pakaiannya dan segera melangkahkan kakinya ke arah shower dengan rasa jengkel yang bergejolak di dalam dadanya. Kini ia tidak keberatan dengan kata ‘Lain kali’ yang tadi Steve ucapkan, karena ia akan memastikan untuk membalas Steve jika ada kesempatan.

Dengan kedua tangan menutupi wajahnya, Karina berdiri di bawah guyuran shower. Ia bahkan tidak repot-repot mengatur suhu air, membiarkan tetesan air yang dingin membasahi tubuhnya.

Ia berdiri dan, di luar kebiasaanya, mulai memikirkan satu per satu apa saja yang terjadi hari ini. Ia menghembuskan napas berat, mendorong rambutnya yang sekarang basah ke belakang dan mengusap wajahnya. Di balik tulang rusuknya, jatung Karina berdegup kencang. Meskipun sedikit menggigil kedinginan karena guyuran air dingin, wajahnya masih terasa panas.

Karina meletakkan satu tangannya di dada, merasakan detak jantungnya yang cepat. Karina meyakinkan dirinya bahwa normal bagi detak jantung seseorang berpacu cepat ketika memikirkan hal-hal yang membuat mereka kesal.

Tapi entah kenapa Karina merasa ada sesuatu yang lain yang membuat jantungnya berdetak begitu cepat.

1
Shirase
wah banget, alurnya udah bagus ditambah dengan jumlah kata yang banyak untuk 1 bab! ini bakal jadi karya romance yang bagus untuk kedepannya!! semangatt/Hey/
Mily
jleb bgt/Grimace/
Skylar
😢
Violette_lunlun
ihh seru banget bacanya, padahal ini baru awal...
aku mampir nih thor... semangat ya!
Yunita
Roseane: padahal gua diam2 aja anj-

😭
Theodora: Kak😂😭😭
total 1 replies
Skylar
Waduh.. beneran ikutan nyesek sama chapter ini😣 mau nyalahin karina.. tapi gimana ya. Lihat felix kasian tp setelah dibaca2 ternyata dia jg ada salahnya. Takut bgt habis ini felix sama steve jd musuhan. Duh dilema dah asli😩 seru sih ini chapter! Lanjut kakkk, ini jg si karinanya lari kemana dah dramatis amat
Jacky
ikutan galau bgt;;;
Valley
Ga ada yg bener mah ini mereka berdua🥺
Valley
Deg banget asli😭
Mackenzie
nyesek banget bjir/Sob/
May
dahlah/Sob/
May
dua2nya mulai goyah ini/Blush/
Jacky
wihhhh udah ketahuan😢 makin menarik sih ini. cepat update pls!!
Jacky
emak mereka kerjaannya ngintip mulu wkwkwk
R 💤
🌹 sbg tanda perkenalan hehe
R 💤
Hai Thor aku mampir 👋🏻
R 💤: okey Kaka, 🙏🏻
Theodora: Halo, terima kasih udah mampir🫶
total 2 replies
Anyelir
jalan awal ceritanya udh bagus
Theodora: Terimakasih kak :)
total 1 replies
Skylar
Duh takut😭
Skylar
Real banget sih ini.. relate sama kehidupan nyata🙃
Valley
Waduh gawat😭😭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!