NovelToon NovelToon
Gadis Bar-Bar Mendadak Menikahi Ustadz

Gadis Bar-Bar Mendadak Menikahi Ustadz

Status: sedang berlangsung
Genre:Pernikahan Kilat / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Kontras Takdir / Suami ideal / Gadis nakal
Popularitas:10.8k
Nilai: 5
Nama Author: Amelia's Story

Arsyan Al Ghazali, seorang ustadz muda tampan, dikenal karena keteguhan imannya, kefasihannya dalam berdakwah, dan pesona yang membuat banyak wanita terpesona. Namun, ia tak pernah tergoda dengan pujian atau perhatian dari lawan jenis. Baginya, agama dan dakwah adalah prioritas utama.

Di sisi lain, Nayla Putri Adinata adalah gadis liar dari keluarga konglomerat yang gemar berpesta, bolos kuliah, dan menghabiskan malam di klub. Orang tuanya yang sudah lelah dengan tingkah Nayla akhirnya mengirimnya ke pesantren agar dia berubah. Namun, Nayla justru membuat onar di sana, bersikap kasar kepada para santri, dan berusaha melawan aturan.

Segalanya berubah ketika Nayla berhadapan dengan Al Ghazali, ustadz muda yang mengajarkan ilmu agama di pesantren tersebut. Awalnya, Nayla merasa jijik dengan semua aturan dan ceramahnya, tetapi pesona ketenangan serta ketegasan Al Ghazali justru membuatnya semakin penasaran.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Amelia's Story, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 24

Tanpa sengaja, Nayla yang awalnya hanya berniat mengantarkan teh ke ruang tengah, berdiri kaku di balik tembok—tepat saat kalimat terakhir Al menggelegar di ruangan:

“Kalau kalian tetap menolak wanita sebaik itu, maka jangan harap aku tetap ada di keluarga ini.”

Tangan Nayla bergetar. Gelas teh di tangannya hampir terjatuh, tapi ia segera menahan napasnya dan berbalik perlahan, melangkah menjauh dengan mata yang mulai berembun.

Al keluar dari ruangan, masih dengan napas berat. Ia membuka pintu ke arah halaman, dan di sanalah ia melihat Nayla berdiri sendiri, menatap langit sore yang mulai memerah. Ketika Nayla menoleh, air matanya tak bisa ditahan.

“Aku dengar semuanya…” ucap Nayla pelan.

Al menghampiri dan menggenggam kedua tangan istrinya dengan lembut.

“Kamu pikir aku akan tinggal diam? Aku tahu siapa kamu sekarang, Nayla. Bukan masa lalumu. Kamu istriku, wanita yang aku cintai. Dan aku akan berdiri di barisan terdepan untuk melindungimu.”

Nayla menunduk, terisak. “Aku takut Mas nyesel…”

Al tersenyum, lalu menyentuh dagu Nayla, mengangkat wajahnya perlahan.

“Aku hanya menyesal satu hal. Kenapa aku nggak ketemu kamu lebih cepat.”

Pelukan mereka larut dalam senja, di antara ketegangan yang perlahan mencair. Dari jauh, Nadra—adik Al—yang menyaksikan momen itu dari balik jendela, mulai merasakan getar berbeda dalam hatinya. Ia melihat cinta sejati yang tak dibungkus kemewahan atau nama baik. Mungkin… Nayla memang pantas mendapat tempat.

Malam itu, suasana di rumah keluarga Al terasa lebih dingin dari biasanya. Setelah kejadian sore tadi, Al memilih membawa Nayla kembali ke apartemen mereka di Jakarta. Ia tak ingin istrinya merasa makin kecil di hadapan keluarganya sendiri.

Namun, siapa sangka, badai belum benar-benar berlalu.

Beberapa hari kemudian, saat Nayla baru saja pulang dari pengajian ibu-ibu komplek, sebuah amplop coklat tergelatak di depan pintu apartemen mereka. Isinya adalah foto-foto lama Nayla—potret yang disunting dengan jahat untuk menjelekkan namanya. Bahkan ada satu foto editan yang sangat vulgar dan mencatut logo media gosip online.

Nayla menggigil. Tangannya gemetar saat menunjukkan foto itu pada Al. Tapi yang mengejutkan, Al tidak marah. Ia justru mengambil semua foto itu, meremasnya, lalu membakarnya di balkon.

> “Sampah tetap sampah, sayang. Jangan biarkan masa lalu yang sudah kamu tinggalkan malah mengikatmu lagi. Kamu bukan itu.”

Nayla tak bisa menahan air matanya. Tapi bukan karena sedih, melainkan karena haru. Di saat dunia menyerangnya, satu-satunya pria yang ia takutkan akan meninggalkannya… justru berdiri paling kuat.

Namun Al tahu, serangan ini bukan sekadar kebetulan.

Ia mulai menyelidiki siapa dalang di balik semua ini. Dan malam itu juga, asistennya menghubungi seseorang di dunia IT forensik untuk melacak sumber penyebar file tersebut.

Sementara itu di tempat lain, seorang wanita duduk di depan laptop dengan ekspresi penuh dendam. Di layar tertera folder berisi foto-foto Nayla, dan satu nama di pojok layar: Kirana.

Wanita itu berbisik pelan, “Aku akan pastikan hidup kamu hancur, Nayla. Sama seperti kamu hancurkan jalan hidupku dulu.”

Tanpa satu kata pun, tanpa surat atau pesan, Nayla menghilang.

Pagi itu, Al bangun dan hanya menemukan selembar sajadah yang terlipat rapi, serta cincin pernikahan Nayla di atasnya. Hatinya langsung dihantam rasa dingin dan hampa. Ia menelepon Nayla berkali-kali, tapi tak satupun terjawab. Ponselnya tak aktif. Asistennya melapor: paspor Nayla terdeteksi digunakan di bandara internasional semalam.

Al terduduk lemas di ruang tamu. Tak percaya Nayla benar-benar memilih untuk pergi jauh—tanpa pamit. Tapi jauh di dalam hatinya, ia tahu… Nayla tidak pergi karena membencinya, melainkan karena terlalu mencintainya hingga tak ingin Al ikut menanggung luka yang terus ditorehkan masa lalunya.

Di sisi lain dunia, Nayla duduk sendirian di sebuah kedai kopi kecil di Istanbul. Ia mengenakan kerudung polos dan coat panjang warna pasir. Pandangannya kosong ke luar jendela, menatap salju yang perlahan jatuh.

“Aku mencintaimu, Al. Tapi kali ini aku harus menyelamatkanmu dari aku…”

Suara notifikasi ponselnya berbunyi—sebuah email masuk dari Al:

“Kau pikir meninggalkanku akan menyelamatkanku? Salah. Justru di sinilah tempatmu, Nayla. Di sampingku, dalam perjuangan yang kita mulai bersama. Aku akan mencari kamu. Sampai ujung dunia sekalipun.”

Nayla menutup ponsel itu pelan. Air matanya mengalir, tapi ada senyum kecil di ujung bibirnya.

Di ruangan rumah sakit yang tenang dan beraroma antiseptik itu, Nayla perlahan membuka matanya. Cahaya lampu menyilaukan pandangannya, dan ia mengerjapkan mata beberapa kali sebelum melihat sosok wanita berjas putih berdiri di samping tempat tidurnya.

“Selamat pagi… Anda akhirnya sadar,” kata dokter itu dengan suara lembut, berlogat Turki yang fasih berbahasa Inggris. “Saya Dokter Melis. Anda pingsan di dekat taman Eminönü. Untung ada yang melihat Anda dan segera menghubungi kami.”

Nayla masih bingung. Ia mencoba duduk, tapi tubuhnya terasa lemas.

“Apa yang terjadi… kenapa saya di sini?” bisiknya pelan.

Dokter Melis tersenyum kecil, “Tenang saja. Kami sudah periksa. Anda mengalami anemia, dan... selamat, Anda sedang mengandung.”

Nayla terdiam. Kata-kata dokter itu menggema di kepalanya: sedang mengandung.

Tangannya refleks menyentuh perutnya sendiri, napasnya tercekat. Air matanya kembali jatuh, tapi kali ini bukan karena luka. Ini adalah haru—campur aduk antara takut, bahagia, dan bingung.

“Ya Allah… aku membawa anak dari Al…” bisiknya.

Dalam kesendirian di negeri orang, Nayla kini tahu, dirinya tak lagi sendiri. Ada kehidupan kecil di dalam dirinya… yang membuat langkahnya kini tak bisa sembarang pergi atau bersembunyi lagi.

Di ruangan rumah sakit yang tenang dan beraroma antiseptik itu, Nayla perlahan membuka matanya. Cahaya lampu menyilaukan pandangannya, dan ia mengerjapkan mata beberapa kali sebelum melihat sosok wanita berjas putih berdiri di samping tempat tidurnya.

“Selamat pagi… Anda akhirnya sadar,” kata dokter itu dengan suara lembut, berlogat Turki yang fasih berbahasa Inggris. “Saya Dokter Melis. Anda pingsan di dekat taman Eminönü. Untung ada yang melihat Anda dan segera menghubungi kami.”

Nayla masih bingung. Ia mencoba duduk, tapi tubuhnya terasa lemas.

“Apa yang terjadi… kenapa saya di sini?” bisiknya pelan.

Dokter Melis tersenyum kecil, “Tenang saja. Kami sudah periksa. Anda mengalami anemia, dan... selamat, Anda sedang mengandung.”

Nayla terdiam. Kata-kata dokter itu menggema di kepalanya: sedang mengandung.

Tangannya refleks menyentuh perutnya sendiri, napasnya tercekat. Air matanya kembali jatuh, tapi kali ini bukan karena luka. Ini adalah haru—campur aduk antara takut, bahagia, dan bingung.

 “Ya Allah… aku membawa anak dari Al…” bisiknya.

Dalam kesendirian di negeri orang, Nayla kini tahu, dirinya tak lagi sendiri. Ada kehidupan kecil di dalam dirinya… yang membuat langkahnya kini tak bisa sembarang pergi atau bersembunyi lagi.

Di tengah udara sejuk Istanbul yang menyapa setiap pagi, Nayla mulai terbiasa menjalani harinya sebagai wanita hamil—seorang ibu yang sedang mempersiapkan diri menyambut kehidupan baru, tanpa kehadiran sosok suami di sampingnya.

Pagi hari dimulai dengan secangkir susu hangat dan roti simit hangat dari pedagang Turki langganannya. Ia akan duduk di bangku taman kecil tak jauh dari flat-nya, menghirup udara segar sambil memandangi dedaunan berguguran. Perutnya yang kini memasuki usia enam bulan semakin jelas, dan Nayla sering mengusapnya sambil bicara pada calon bayinya.

> “Kita kuat, ya… Meski ayahmu nggak di sini, kamu tetap tumbuh hebat dalam rahim Mama.”

Ia pun rutin ke rumah sakit untuk kontrol kandungan. Dokter Melis tak hanya menjadi dokter, tapi juga seperti keluarga—menemani Nayla ke kelas prenatal, membantu menerjemahkan resep, bahkan ikut memilih perlengkapan bayi saat Nayla mulai membeli satu per satu kebutuhan calon bayinya: selimut mungil, baju hangat, dan boneka kain.

Saat sore menjelang, Nayla sering duduk di balkon, mengaji dengan suara pelan. Air matanya kadang menetes ketika membaca surat Maryam, karena ia merasa seperti sedang mengalaminya sendiri: wanita asing di negeri orang, mengandung dalam diam, dan bersandar penuh hanya kepada Allah.

Namun, dalam setiap senyumnya… tetap ada rindu yang belum selesai. Kadang ia menulis di buku harian:

 “Al, aku nggak tahu kau sedang di mana atau apakah kau mencariku. Tapi anak kita baik-baik saja. Aku tidak pernah membencimu, hanya ingin sembuh dulu dari semua luka sebelum aku kembali… jika masih ada tempat untukku.”

Nayla belajar banyak. Tentang bertahan, tentang menjadi ibu, dan tentang mencintai dengan cara melepaskan sementara. Dan di antara harinya yang sederhana, ada satu hal yang membuatnya terus kuat: detak jantung bayi dalam perutnya… yang menguatkannya, setiap kali ia merasa sendirian.

Delapan bulan berlalu dengan langkah-langkah Al yang tak pernah berhenti menelusuri jejak Nayla. Ia telah menyusuri semua kemungkinan—dari alamat sahabat lama Nayla, kontak medis, hingga bertanya secara diam-diam ke bandara dan kedutaan. Namun semuanya nihil. Nayla benar-benar lenyap tanpa jejak.

Di rumah, keluarga besar Al mulai lelah melihat pencarian yang tak kunjung membuahkan hasil. Nama keluarga jadi bahan gunjingan karena Al tetap bertahan sebagai suami dari wanita yang "memalukan", menurut sebagian mereka. Dan desakan pun datang, pelan tapi pasti.

 “Nak, kamu harus pikirkan masa depan. Sudah cukup kamu mencari perempuan itu,” ujar sang ibu, matanya menyimpan harap yang mulai berubah jadi paksaan.

“Ini ada anak dari keluarga penghafal Qur’an, wajahnya tak perlu kau ragukan, dia bercadar. InsyaAllah cocok dan bisa menjaga nama baik keluarga kita.”

Al hanya terdiam. Dalam hatinya bergolak. Ia masih menyimpan semua kenangan dengan Nayla—dari malam-malam sederhana mereka di rumah kecil, doa-doa bersama, hingga sentuhan terakhir sebelum Nayla menghilang.

Namun semua desakan itu semakin kuat. Lamaran pun mulai dirancang diam-diam oleh pihak keluarga. Gadis bercadar itu, bernama Humaira, memang baik. Lembut tutur katanya dan rendah hati. Tapi bagi Al, tak ada satu pun gerak Humaira yang bisa menggantikan Nayla.

Di balik sorot matanya yang tampak tegar, Al menyimpan satu kegelisahan:

“Di mana kamu, Nayla…? Apakah kamu baik-baik saja? Aku masih di sini, belum lelah mencintaimu…”

Di malam-malamnya, Al mulai bermimpi melihat sosok Nayla yang menggenggam perut besarnya, tersenyum dari kejauhan. Dan mimpi itu semakin sering muncul menjelang hari pertunangan yang mulai dijadwalkan oleh keluarganya.

1
Amelia's Story
♥️♥️terimakasih sudah mampir ka
Amelia's Story
Iya ka, maaf ta Authornya lagi banyak kerjaan 🤭🤭🫠♥️♥️
𝐈𝐬𝐭𝐲
Alhamdulillah akhirnya up juga. .
𝐈𝐬𝐭𝐲
jadi ikutan terharu l...🥺🥺
Amelia's Story
ditunggu ya ka, sudah up mungkin malam sudah bisa dibaca
𝐈𝐬𝐭𝐲
lanjut Thor makin seruuu...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!