"APA?" Jerit Lolita Nismara Fidelia seorang gadis cantik berkulit putih, mata indah berbentuk hazel, hidung mancung dengan tinggi badan semampai. Tapi memiliki kekurangan yaitu IQ di bawah rata-rata, masih duduk di bangku kelas sebelas SMA.
Mata Loli membola ketika garis dua terpampang nyata berwarna merah di atas tespack yang dia beli kemarin atas paksaan dari sahabatnya yang bernama Audy Mahaputri.
"Jadi perut buncit ini bukan busung lapar, tapi ada bayi di dalamnya?" Gumam Loli frustasi.
"Bagaimana cara bayi ini bisa masuk ke dalam perutku ya?" Tambahnya.
Penasaran dengan tingkah konyol Lolita, yukk pantengin terus karya terbaru Author. Semoga suka. Terima kasih.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Erchapram, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kebencian Dan Luka
Tok tok tok
"Sayang, bolehkah abang masuk?" Tanya Edgar lirih.
"Untuk apa abang datang kemari, belum puas menghancurkan perasaanku lima tahun yang lalu. Dan sekarang abang juga ingin hidupku hancur setelah mengikat aku dengan pernikahan semu tanpa cinta." Ujar Lolita berusaha untuk menahan tangis yang menyebabkan rasa sesak di dada.
Perlahan meskipun belum diberi ijin, Edgar masuk ke kamar Lolita lalu menutup pintu dan menguncinya. Kemudian Edgar bersimpuh di bawah kaki sang pujaan hati. Edgar menunduk dalam, lalu terdengar suara isak tangis lirih dengan pundak yang bergetar hebat. Edgar menangis pilu, menyesali apa yang pernah dia lakukan di masa lalu.
"Maafkan abang Lili, abang bersalah dan sangat berdosa telah melukai perasaan kamu begitu dalam. Ijinkan abang untuk menjadi obat atas lukamu itu. Abang...abang mencintai kamu lebih dari yang kamu tahu." Ucap Edgar menurunkan semua ego yang ada di dirinya.
"Memaafkan itu mudah bang, tapi melupakan asal luka itu sulit."
"Mungkin aku bisa memaafkan abang, tapi aku tidak semudah itu bisa menerima abang kembali dalam hidupku. Cukup selama ini aku mengemis cinta dan perhatian dari abang. Tapi nyatanya aku kalah dengan wanita itu." Pecah sudah tangis Lolita yang menyayat hati.
"Abang akan lakukan apapun untuk membuat kamu kembali merasakan cinta."
"Lakukan saja jika mampu, karena aku tidak lagi peduli denganmu."
"Tapi sekarang kamu istriku Lili sayang." Ucap Edgar tak malu.
"Istri di atas kertas, pernikahan tanpa cinta untuk apa?" Ucap Lolita menatap sinis pria tampan yang masih dalam posisi berjongkok.
"Setidaknya, abang punya hak untuk mendapatkan cintamu sayang." Ujar Edgar.
"Pergilah bang, aku mau istirahat. Aku lelah dan perutku terasa keram." Ucap Lolita tanpa dibuat-buat. Karena ketegangan suasana membuat perut ibu hamil itu ikut menegang.
"Apa perlu kita ke rumah sakit sayang?" Tanya Edgar khawatir.
"Tidak perlu sok perhatian. Urus saja anakmu dengan wanita itu, pasti sudah besar sekarang." Timpalnya.
"Maafkan abang sayang, semua itu hanya tipu daya Natalie yang memang menginginkan jarak diantara kita."
"Tapi setidaknya, wanita itu sudah mendapatkan kepercayaanmu bang. Sesuatu yang tidak mampu abang berikan padaku."
"Maafkan aku Lili sayang, abang menyesal karena mudah sekali terhasut."
"Kalimat penyesalanmu sangat terlambat, tolong keluar sekarang juga." Lirih Lolita.
Baru saja Edgar membalik tubuh ingin keluar kamar, terdengar suara benda jatuh membuat Edgar kaget.
Bruk
"LILI SAYANG" Teriak Edgar terdengar hingga ke lantai bawah.
Semua orang tergopoh-gopoh menuju asal suara. Oma Sinta bahkan menggedor pintu kamar Lolita karena cemas. Pintu terbuka, dengan Edgar yang sudah membawa Lolita dalam gendongannya.
Terlihat ada darah mengalir di antara kaki mulus Lolita membuat para orang tua seketika panik.
"Edgar, apa yang kamu lakukan pada cucu menantuku?" Marah Oma.
"Aku tidak melakukan apapun Oma." Jawab Edgar serak menahan tangis.
"Ayo cepat bawa putriku ke Rumah Sakit, awas kamu Ed jika sesuatu terjadi pada kandungannya."
"Sebaiknya jangan berdebat sekarang ma, keadaan Lolita jauh lebih penting." Ucap papa Bagas mengingatkan istrinya.
Edgar tidak henti menciumi seluruh wajah istri kecilnya itu, dengan penuh air mata Edgar merutuki dirinya sendiri. Ternyata luka itu membuat Lolita tertekan secara mental. Dan Edgar kini, bayi yang dikandung istrinya ikut menjadi korban.
Tidak lama kemudian, rombongan itu tiba di Rumah Sakit terdekat. Dengan darah yang mengotori lengan dan bajunya, Edgar berlari sambil menggendong sang istri menuju UGD.
"Tolong selamatkan istri saya dan kandungannya." Pinta Edgar kemudian merebahkan tubuh Lolita di atas brangkar.
"Saya akan menolong pasien, harap Anda keluar dulu." Ucap dokter.
Edgar menunggu dengan resah, sedangkan ada empat pasang mata yang menatap tajam ke arah satu-satunya tersangka yang menyebabkan Lolita pendarahan menurut mereka. Pasti Edgar telah melakukan kesalahan fatal kedua kalinya.
Cukup lama dokter menangani Lolita belum juga keluar, hal itu membuat Edgar dan para orang tua semakin khawatir dan panik.
"Akhirnya, dokter keluar juga. Bagaimana keadaan cucu saya?" Cecar Oma begitu pintu UGD terbuka lebar.
"Pasien saat ini masih belum sadarkan diri, tapi kondisinya sudah stabil. Dan untuk kandungannya, beruntung pasien segera di bawa ke Rumah Sakit. Karena kehamilan diusia muda sangat rentan keguguran. Apalagi hamil kembar seperti pasien ini."
"Kedua janin itu sudah dalam keadaan baik, tapi mohon maaf kandungan pasien termasuk dalam kategori lemah. Sehingga pasien memerlukan bedrest paling singkat tiga hari. Dan setelah ini, pasien harus sebisa mungkin menghindar dari pikiran yang berat yang membuat setres dan berimbas pada kehamilannya. Saya khawatir, kandungannya tidak bisa diselamatkan lagi."
Deg
Jantung Edgar seolah berhenti berdetak, karena pembicaraan tentang masa lalu yang menyakitkan membuat dia hampir kehilangan dua bayi miliknya.
"Terima kasih dokter, kami akan menjaga Lolita dengan sangat baik." Ucap Oma Sinta dengan tenang.
"Apakah kami bisa menjenguk pasien?" Tanya Edgar diangguki semua keluarga.
"Tentu saja, setelah pasien dipindah ke ruang rawat inap. Anda semua boleh menjenguknya." Ucap dokter.
Beberapa saat kemudian, Lolita sudah berada di kamar VVIP. Dan sekarang seluruh keluarga tengah menunggu dia sadar. Waktu terasa sangat lambat, hampir dua jam lamanya Lolita belum juga membuka matanya.
"Kenapa putri kita lama sekali bangunnya papa?" Tanya mama Elena.
Sedangkan Edgar masih setia duduk di samping brangkar dan menggenggam erat tangan istrinya itu. Bahkan pandangan mata Edgar tidak berpaling sedikitpun, dia ingin menjadi yang pertama melihat Lolita membuka mata.
Eugghh...
Terdengar suara lenguhan dan mata indah itu perlahan membuka. Setelah mengerjap beberapa kali, akhirnya Lolita bisa melihat dengan jelas.
Deg
Dengan tenaga yang masih lemah, Lolita berusaha menarik tangannya dari genggaman pria dewasa di sampingnya. Senyum hangat dari pria yang pernah dicintainya dengan brutal itu menjadi pemandangan pertama yang Lolita lihat. Tapi entah mengapa Lolita merasa hampa, tidak ada kehangatan yang Lolita rasakan. Tidak ada lagi debaran dalam dadanya.
"Apakah benar cintaku untuk abang memang sudah habis?" Monolog Lolita dalam hatinya. Dan hal itu pula yang dirasakan oleh Edgar.
"Mata itu tidak lagi memancarkan cinta seperti dulu, hanya ada luka dan kekecewaan yang mendalam." Senyum Edgar pun perlahan surut.
"Apakah ini karma untukku?" Gumam Edgar lagi, hatinya terasa nyeri.
"Mama, Papa, dan semuanya tolong kalian keluar. Terutama abang, jangan pernah muncul lagi di hadapanku. Aku ingin sendiri." Pinta Lolita
"Sayang?" Edgar ingin protes, tapi Oma Sinta sudah lebih dulu memberi kode untuk cucunya diam.
"Baiklah, kalau ada apa-apa kami semua menunggu di luar kamar." Ucap Oma Sinta menjadi penengah.
gak benar
bisa kacau balau
rumah tangga
Edward kalau itu beneran
kelelahan abang
kayaknya dia lagi bobo nyenyak
enak kan
surga dunia
kalau sudah halal
dach gitu bisa pacaran lagi
candu untuk mereka berdua
tiada hari tanpa bercinta...
lanjut thor ceritanya
di tunggu up nya
semoga tripel up