Rania Zakiyah, gadis berumur 21 tahun yang terpaksa nikah dengan laki-laki yang tidak dikenalnya. Akankah pernikahan mereka berlanjut atau harus berpisah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Star123, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9
Tidak terasa pernikahan Rafa dan Rania mau menginjak seminggu. Selama seminggu ini, Rafa mengantar dan juga menjemput Rania di kampus. Rania juga selalu menolak jika temannya ingin bertemu atau berkenalan dengan Rafa yang disebut sepupu oleh Rania. Selama seminggu ini, Bella juga tidak menyerah untuk mencari Rafa. Sampai sekarang, Bella tidak tahu kenapa Rafa menghindarinya. Setiap hari, Bella selalu datang ke penthouse berharap bisa ketemu Rafa.
Flashback on
"Sial, kenapa ini pin berbeda?" gerutu Bella yang besoknya datang kembali ke penthouse Rafa. Bella berulang kali memencet di angka alat pintu canggih Rafa tapi selalu gagal. Tidak menyerah, Bella menekan bel tapi tetap saja sama tidak ada jawaban. Telpon Bella dan kunjungan Bella ke Rafa selalu nihil. Bella juga sudah mencoba menghubungi teman-teman Rafa tapi ya pada bilang tidak tahu.
Flashback off
Di meja makan pada hari minggu.
"Pak... Bu... Ada yang ingin Rafa bicarakan" ucap Rafa memandang kedua mertuanya.
"Ada apa, Raf?" tanya Pak Rudi. Saat ini, mereka sudah selesai makan tinggal beres-beres saja. Seperti biasa, Rania yang beres-beres.
"Maaf sebelumnya, Pak.. Bu. Kalau boleh, saya mau mengajak Rania buat tinggal dirumah saya. Kebetulan sekali Rumah saya dekat dengan kampus dan saya juga harus kerja" Rania yang sedang mencuci piring langsung meletakannya dan sekarang Rania kembali duduk disamping Rafa.
"Maksud, abang gimana?" tanya Rania dengan wajah yang bingung. Perasaan Rania, mereka ga ada bahas akan pindah ke rumah Rafa.
"Ya, ga papa kalau Rafa mau bawa Rania pindah ke rumah Rafa. Sudah jadi kewajiban Rafa untuk bertanggung-jawab dan sudah jadi kewajiban Rania untuk mengikuti Rafa sebagai suami selama tidak melanggar perintah agama. Dengan kalian tinggal sendiri akan membuat kalian menghargai satu sama lain. Gimana, bu? Ga papa kan Rania tinggal dirumah Rafa? " kata Pak Rudi mencoba mengajak istrinya mengemukakan pendapat.
"Ya meski berat tapi ibu setuju dengan apa yang dikatakan bapakmu Rania. Ibu cuma satu pesannya jadilah suami-istri yang saling menyayangi dan menghormati satu sama lain. Sering-sering kesini ya kalau hari libur" Ibu Tania menggenggam tangan putri kesayangannya. Rania sudah tidak bisa menolak kalau orang tuanya sudah menyetujui.
"Iya, Bu. Rafa janji akan bawa Rania kesini kalau kami libur"
"Kapan rencana kalian pindah?" tanya Pak Rudi.
"Nanti sore, pak karena besok Rafa sudah harus kerja" ucap Rafa dan dianggukin Pak Rudi. Pak Rudi sadar suatu hari nanti anak perempuan yang sangat disayanginya pasti akan pergi dari rumah untuk ikut suaminya. Pak Rudi harus siap itu.
"Bang, kenapaga ada bilang kalau kita akan pindah?" tanya Rania yang mengejar Rafa kembali ke kamar setelah membereskan perlengkapan makan tadi. Rafa yang berjalan tiba-tiba berhenti, Rania yang berjalan dibelakang akhirnya menabrak punggung Rafa.
"Karena kamu pasti akan menolak" Rafa sudah membalikkan badan dan berbicara diwajah Rania. Rafa menundukkan badannya sedikit karena Rania hanya sebahu Rafa. Hembusan aroma mint tercium dihidung Rania. Baru pertama kali, wajah mereka sedekat ini.
Rania langsung memalingkan wajahnya, tatapan Rafa membuat jantung Rania ga aman.
"Astagfirullah, pagi-pagi dah buat cenat-cenut jantung" gumam Rania dalam hati.
Rafa menyunggingkan senyum diujung bibirnya ketika Rania memalingkan wajah. Rafa tahu Rania bersemu merah.
"Ayo, beres-beres. Bawa yang perlu aja dulu. Besok sisanya baru diambil lagi" kata Rafa pergi meninggalkan Rania.
"Iya"
Rania langsung membereskan beberapa buku kuliah dan baju yang akan dibawa hari ini dan mana yang akan dibawa selanjutnya. Sedangkan Rafa membereskan barang-barangnya yang kemarin dibawa.
"Mau dibantu?" Rafa menawarkan diri ketika melihat Rania masih menyusun barangnya. Butiran-butiran keringat terlihat di pelipisnya.
"Tumben" sindir Rania membuat Rafa tertawa.
"Sini, abang yang nyusun" Rafa menarik kardus yang akan direkat ole Rania. Dengan kerja sama yang baik, acara beres-beres mereka lebih cepat selesai.
***
"Ayo, Ma" seperti janji Dania kepada mamanya. Hari ini, mereka akan kembali ke Indonesia. Dania sudah mengurus segala kepulangannya. Mereka sementara ini akan tinggal di rumah kontrakan sebelum membeli ruko. Mereka berencana akan membuka toko kue kembali.
"Iya" jawab Mama Riana tersenyum. Ada rasa bahagia dan takut di hati Mama Riana. Bahagia karena kembali ke negaranya dan akan ketemu anak laki-lakinya. Takut karena apakah Rafa akan menerima alasan kenapa dulu dia meninggalkan Rafa.
Perjalanan mereka menggunakan pesawat terbang dengan waktu tempuh sekitar 20 jam. Dania dan Mama Riana hanya membawa barang yang diperlukan. Untuk barang yang tidak diperlukan mereka jual.
***
Seperti rencananya Rafa, sehabis shalat ashar mereka pergi untuk pindah ke rumah Rafa.
"Sering-sering kesini ya, Rania. Jadi, istri yang baik. Kurang-kurangin ngeyelnya" pinta Ibu Tania ketika Rania akan pamit.
"Iya, bu. Udah jangan nangis, Rania cuma pindah kecamatan kok ga pindah pulau. Ibu sama bapak bisa ke rumah juga kalau kangen" masih sempatnya Rania mengganggu ibunya yang sedang nangis.
"Rania pasti akan balik, Bu. Pernikahan kami akan berakhir" gumam Rania dalam hati. Rania tidak sedih karena Rania sadar dia akan kembali lagi kerumah orang tuanya.
"Udah, Bu. Apa yang dibilang Rania benar. Nanti kita kunjungin Rania ya" Pak Rudi merangkul istrinya. "Udah sana, kalian berangkat ntar keburu hujan lagi"
"Iya, Pak" jawab Rafa dan Rania barengan. Setelah pamit, mereka langsung menuju ke rumah Rafa. Rania yang duduk di belakang awalnya tidak pedulikan jalanan karena kata Rafa dekat dengan kampus. Tapi lama-kelamaan, pemandangan jalanan mengalihkan perhatian Rania.
"Bang, ga salah jalan?" tanya Rania. Saat ini, mereka mulai masuk ke dalam area perumahan elit.
"Ga" jawab Rafa.
"E, mas Rafa" tegur pak satpam yang menjaga pagar. Rafa mengangguk.
"Ini istri saya, Pak. Tolong kalau mau masuk dibukakan ya" jelas Rafa.
"Loh, mbak Bella operasi wajah, Mas? Malah makin cantik loh berjilbab" Pak Satpam malah kepo. Rafa yang memang pribadi yang dingin tidak mau menjawab.
"Permisi, Pak"
"Oh, iya" jawab Pak Satpam kikuk. Rania hanya bisa mengangguk pelan dan dibalas Pak Satpam.
"Siapa Bella? Apa pacar bang Rafa ya? Waa, masa aku jadi pelakor" gumam Rania. Rania yang melamun tidak sadar kalau motor yang dikendarai Rafa berhenti.
"Kamu mau turun atau masih mau melamun?" tegur Rafa membuat Rania sadar.
"E... Kita dah sampai bang?" tanya Rania melihat sekeliling. Mereka sudah berada di bassemet gedung.
"Sudah dari tadi. Makanya jangan melamun" kata Rafa membuat Rania salah tingkah. Rania hanya bisa nyengir kuda.
"Bang ga salah?" dari tadi Rania heran dan bingung sendiri. Rafa tahu kalau istrinya sedang bingung karena sekarang mereka sudah berada di lantai atas dimana penthouse Rafa berada.
"Kenapa?" Rafa menekan angka yang berada di pintu.
"Ayo, masuk. Ini rumah abang" kata Rafa tersenyum.
Bagaimana raut wajah Rania? Dah lah bisa dibayangkan sendiri. Laki-laki yang dituduh Rania seorang pengangguran ternyata punya tempat tinggal yang tidak main-main.
"Bang, Kamu siapa?" tanya Rania sambil menatap wajah suaminya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
beri dukungan di Novel terbaruku juga ya kak, jangan lupa kritik dan saran untuk membangun penulisanku