Terjerat Cinta Alana

Hai gengsss... ketemu sama author centil pengemis like dan vote yaaa.

So plis... yang baca klik vote dan likenya dongg 🙏🏻🙏🏻🙏🏻

Akan stabil update setiap hari jam 13.00. Makanya, like dan vote😘😘 yang banyak. Biar thor ada inspirasi terus dan MT nya gak lama kasi lolos reviewnya. Author sangat amat berterima kasih buat readers yang sudah meluangkan waktu dan upaya buat nge vote tanpa paksaan karena berarti reader menghargai author yang sudah susah payah bikin cerita ditengah kesibukan yang ada. Sekali lagi makasihh💋💋

Oleh karena itu plissssss, jangan lupa like ( ini gratisssss) dan votee ( ini juga gratis kokkk) 😭😭😭... biar review dan updatenya bisa cepet.

😘😍😋

Jangan lupa vote like vote like vote like vote like😇😇😇

Sambil nunggu update, bisa cek karya thor yang lain.😘

Happy reading!!!

\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=

Alana sangat ingat apa yang terjadi waktu lampau. Rasa ingin membalas budi terhadap kebaikan keluarga Saka itu terlalu tinggi. Alana menghargai dan menghormati kedua orang tua Saka. Tidak heran ibu sangat sayang dengan Alana juga.

Sesampainya di lobby hotel milik ayah Langit, mereka sudah diambut oleh para petinggi hotel. Tentu saja mereka ingin menyapa owner hotel tersebut, yaitu ayah Langit, dan keluarganya. Bahkan cucu pemilik hotel itu pun sudah ada disana. Genta menyambut mommynya dengan senyum dan memgembangkan tangannya untuk memeluk mommynya yang sangat ia sayangi.

" Mommmm... " teriak Genta sambil menghampiri mommynya yang sudah sangat kepayahan saat berjalan.

" Ehhh cucu kakekkk... kok kakek gak disambut?" tanya ayah Langit menghalangi Genta menabrak mommynya. Takut kalau Alana yang sudah berperut besar kenapa kenapa kalu ditabrak sama Genta.

" Kakekk." teriak Genta mengalihkan tubrukannya yang pertama kali ingin ditujukan kepada mommynya.

" Ops.. Genta sekarang tambah gede yaaa... udah berat sekarang. Kakek sampe gendong Genta jadi gak kuat." ujar kakek sambil masih menggendong Genta. Genta mencium tangan kakeknya dengan takzim, kemudian meminta untuk turun karena ia ingin mencium tangan neneknya yang juga sangat menyayanginya. Bedanya neneknya udah gak kuat kalau disuruh gendong Genta. Bisa bisa encok ibu kumat. Selanjutnya ia menghampiri mommynya yang selalu memandanginya dengan raut sayang.

" Mommy.." panggilnya dengan manja.

" Genta ayo makan dulu sayang." ajak ayah Langit, sambil menggandeng Genta ke arah resto hotel yang sudah disewanya.

" Kakek, Genta udah lapar." katanya sambil mengaangguk angguk, semua orang yang melihatnya jadi gemas pingin nyubit. Tapi mana berani? Genta kan cucu kesayangan onwer hotel tempat mereka bekerja. Ibu Irsyana hanya bisa menggeleng gelengkan kepalanya melihat tingkah lucu cucunya itu.

Selesai makan, Genta pun diajak untuk menjenguk daddynya. Pikir ayah mungkin dengan adanya Genta, Saka akan cepat sadar. Awalnya ibu Irsyana tidak mengijinkan. Tapi akhirnya berpikir mungkin alasan ayah masuk akal juga.

Sesampainya di ruang rawat inap Saka, ibu langsung menemui dokter yang merawat Saka yaitu dokter Indra. Dokter setelah melakukan pemeriksaan lebih lanjut kepada Saka mengatakan bahwa keadaan tubuh Saka sebenarnya baik baik saja. Kemungkinan mengapa pasien belum tersadar adalah, ada sesuatu dibawah alam sadarnya yang menginginkan untuk dirinya tetap tertidur.

" Tapi dok, apakah benar begitu." tanya ibu lagi.

" Benar bu. Mungkin ada peristiwa yang mengakibatkan dirinya tidak ingin bangun dari tidurnya. Memang tidak berbahaya untuk saat ini, tapi lama kelamaan bisa mengancam jiwanya juga. Harus segera ditemukan dengan sesuatu yang membuatnya ingin bangun." jelas dokter Indra dengan singkat.

" Ah mungkin karena ia ingin bertemu dengan istrinya." sahut ayah dengan nada datar pada dokter muda yang ada didepannya itu. Dokter Indra belum melihat kehadiran Alana yang sekarang tampak manis dengan rok terusan yang menempel ketat ditubuhnya yang menampilkan lekuk perut buncitnya, karena posisinya dibelakang kedua orang tua Saka.

Genta dan Alana berada di belakng.

" Daddy?" seru Genta melihat daddynya hanya tidur memakai alat bantu pernafasan dan infus yang menancap di tangannya.

" Daddy sakit? " tanya Genta dengan wajah sendu.

" Daddy tidur sayang. Bangunin daddy dulu sayang." perintah Alana dengan lembut.

" Daddy tidur? Genta kangen sama daddy. Daddy lama gak ketemu sama Genta. Apa daddy gak sayang sama Genta dan dedek? " tanyanya lagi dengan nada sendu. Membuat kakek dan neneknya menjadi terharu, bayangkan anak sekecil Genta bisa berkata begitu.

" Genta mau naik ke tempat tidurnya daddy. Mau bangunin daddy, supaya daddy bisa main sama Genta dan kakek di mall." lanjut Genta sambil melepaskan genggaman tangan mommynya dan merangsek ingin naik ke atas tempat tidur daddynya.

" Sini kakek bantu naik. minta permisi dulu dengan om dokter." kata ayah Langit sambil mengangkat tubuh Genta yang kecil keatas tempat tidur Saka. Membuat dokter Indra dapat melihat dengan jelas ada Alana disana.

Dokter Indra terpana melihat kecantikan sempurna dari Alana, tapi kecewa melihat perut Alana yang sekarang terlihat dengan jelas. Berarti gadis cantik itu sudah bersuami. Dokter Indra tanpa sadar memandangi wajah Alaan terus, sedang Alana hanya memusatkan pikirannya kepada Genta dan Saka sama sekali tidak menghiraukan pandangan dokter Indra.

" Daddyyy, ayo bangun. Kasian mommy tiap hari nangis terus, karena daddy gak pulang, nanti dedek ikut sedih kalau mommy nangis aja loh, dad. Daddyyy ayo bangun, kata mommy sebentar lagi dedek bayi akan lahir, masa daddy gak kepingin gendong dedek bayi sih?" ungkap Genta menceritakan isi hatinya dengan tangan yang menggenggam tangan daddynya yang terkulai lemas di samping tubuh Saka yang terlihat semakin kurus.

Alana tidak sanggup melihat pemandangan itu, dadanya seakan sesak dengan perasaan yang beraneka warna yang menghinggapi dirinya. Matanya sudah panas, ia tidak mau menangis dilihat oleh kedua mertua dan anaknya. Ia tidak ingin membuat mereka semakin sedih. Alana beranjak keluar dari ruangan rawat inap Saka menuju ke kamar mandi. Dokter Indra menangkap pergerakan Alaan, sedang yang lain hanya terpusat dengn apa yang sedang dilakukan Genta terhadap daddynya. Dokter Indra pun menyusul keluar setelah berpamitan secara kilat kepada kedua orang tua pasien.

Dokter Indra melihat bahwa Alana berbelok ke arah rest room dekat dengan ruang rawat inap Saka itu. Dokter Indra sengaja menunggu di luar ruangan rest room yang dimasuki Alana. Benar saja 10 menit kemudian Alana keluar dengan mata sembab dan wajah yang tampak sudah bersih karena cuci muka. Wajah Alana tampak cantik walaupun tanpa make up yang melekat di wajahnya.

" Nona Lita? " panggil dokter Indra.

"Ah dokter? Maaf, ada perlu apa ya? Adakah perkembangan pasien yang perlu saya tahu?" tanya Alana dengan pandangan wajah heran.

" Maaf, mungkin saya terlalu mencampuri, apakah hubungan anda dengan pasien?" tanya dokter Indra dengan pandangan menyelidik.

.

.

.

TBC