(Warning🌶️)
Amina, gadis cantik yang adopsi oleh keluar konglomerat dari sebuah panti asuhan, dan memiliki seorang Kakak angkat bernama Stevan.
Semasa mereka kecil, Stevan selalu memberi perhatian dan kasih sayang sebagai seorang Kakak, hingga dengan berjalannya waktu mereka pun tumbuh dewasa, dan kasih sayang yang diberikan oleh Stevan membuat orang-orang sekitar merasa tak nyaman.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon medusa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
terkunci di dalam toilet.
...Di dalam kamar mandi, Amina dengan panik menggosok noda minuman yang membandel di bajunya, namun usahanya sia-sia....
"Ya Tuhan... bagaimana ini?" gumam Amina, raut wajahnya mencerminkan kebingungan.
...Sementara itu, di luar kamar mandi, Amel dengan waspada mengawasi sekeliling toilet. Setelah memastikan tidak ada seorang pun di sekitar, ia segera mengunci pintu dari luar. Tak lupa, ia memasang tanda peringatan di pintu utama toilet, menghalau siapa pun yang hendak masuk....
"Selamat menikmati 'waktumu'," bisik Amel sinis sambil berlalu meninggalkan pintu toilet itu.
...Di dalam kamar mandi, Amina terus mengucek bajunya hingga kelelahan menghampirinya, akhirnya ia menyerah dengan helaan napas panjang....
"Sudahlah... nanti aku cuci pakai detergen anti bandel di rumah saja," gumamnya sambil mengusap peluh di dahi, lalu melangkah keluar dengan pikiran yang mulai tenang.
...Tanpa menaruh curiga sedikit pun, Amina berjalan santai menuju pintu utama toilet. Namun, saat tangannya meraih gagang pintu, gerakannya terhenti. Ada yang janggal. Wajahnya seketika menegang, dan jantungnya mulai berdebar tak karuan saat ia mencoba memutar gagang pintu itu....
...Benar dugaannya, pintu itu terkunci rapat dari luar. Kepanikan langsung mencengkeram Amina....
Brak! Brak! Brak!
"Tolong! Buka pintunya! Siapa di sana?!" teriak Amina sambil menggedor-gedor pintu dengan panik.
...Sayangnya, teriakan Amina sia-sia. Kamar mandi itu kedap suara, dan area sekitarnya pun tidak dilengkapi CCTV demi menjaga privasi siswa....
...Tiga puluh menit berlalu, dan tenaga Amina terkuras habis. Ia terduduk lemas di lantai dingin depan pintu, air mata mulai mengalir di pipinya. Lebih buruk lagi, ponselnya tertinggal di dalam tasnya....
"Mama... Papa... Kakak..." lirih Amina di tengah isak tangisnya, "tolong Amina... Amina takut... hiks... hiks..." Ia memeluk erat lututnya, menangis terisak-isak dalam kesunyian kamar mandi, berharap dalam hati ada yang menyadari kehilangannya dan segera mencari.
🌺
🌺
🌺
...Namun, di ruang kelas yang ramai, Amel justru menikmati pelajaran dengan senyum lebar yang tak bisa disembunyikannya saat matanya melirik bangku Amina yang kosong....
Pasti sekarang dia sedang menangis tersedu-sedu. Padan muka kau, Amina, batin Amel dengan seringai sinis yang hanya terlihat sekilas saat ia menatap tas Amina yang tergeletak tak berdaya di atas meja.
"Di mana Amina?" tanya Ibu Dosen, alisnya sedikit berkerut menyadari kehadiran satu mahasiswinya yang kurang.
...Seluruh kelas saling pandang, lalu menggelengkan kepala tanda tidak tahu. Amel pun ikut menggeleng dengan ekspresi polos yang dibuat-buat....
"Haiish... anak muda zaman sekarang memang susah diatur," Ibu Dosen menghela napas panjang, tampak sedikit kesal, lalu kembali fokus pada materi kuliahnya.
...Dua jam kemudian, bel kelas berbunyi nyaring, menandakan pelajaran telah usai. Para mahasiswa berhamburan keluar, meninggalkan ruang kuliah yang kini terasa lengang tanpa kehadiran Amina. Ibu Dosen, dengan raut wajah khawatir, meminta Amel untuk mengantarkan tas Amina ke rumahnya....
"Baik, Bu. Saya akan segera mengantarkannya," jawab Amel dengan nada riang yang dibuat-buat, meraih tas Amina dengan semangat berlebihan, lalu melangkah cepat menuju pintu keluar.
"Kya!" seru Amel terlonjak kaget ketika baru saja menginjakkan satu kaki di luar ambang pintu. Tiba-tiba, Kevin sudah berdiri tegak di hadapannya.
"Di mana Amina?" tanya Kevin dengan nada cemas dan mata menyelidik ke dalam kelas.
Cih, si pengganggu ini lagi, batin Amel mendengus kesal.
"Tidak tahu," jawab Amel dengan nada acuh tak acuh. "Tapi setelah jam istirahat dia tidak kembali ke kelas. Ibu Dosen menyuruhku mengantarkan tasnya pulang."
...Kevin menatap tas Amina di tangan Amel dengan tatapan khawatir yang tak lepas, lalu beralih menatap Amel dengan harapan....
"Aku akan bantu mengantarkannya pulang," tawar Kevin dengan nada sungguh-sungguh.
...Ini kesempatan emas! Aku bisa ikut memastikan dia tidak akan ditemukan dengan cepat, batin Amel riang, menyembunyikan senyum liciknya....
"Tentu, Kak," ujar Amel mengangguk cepat, berusaha menampilkan ekspresi prihatin.
...Tanpa menunggu jawaban, Kevin segera berbalik dan melangkah cepat pergi. Amel mengikutinya dari belakang, namun sebelum benar-benar berbalik, ia sempat melirik sinis ke arah lorong menuju pintu toilet yang terletak agak jauh, lalu dengan langkah ringan ia menyusul Kevin....
Terperangkap dalam sunyinya toilet yang dingin, Amina terus menangis terisak-isak. Tangannya yang lelah tanpa henti memukul-mukul pintu, menciptakan suara yang sayangnya teredam oleh dinding kedap suara.
"Aku mohon... ada orang di luar? Tolong aku... aku sangat takut..." rintih Amina, suaranya hampir hilang, serak dan bergetar akibat tangisan dan teriakan yang sudah menguras energinya.
🌺
🌺
🌺
...(Di mansion)...
...Di dapur yang hangat, Nyonya Elsa sedang menumis sayuran, aroma lezat masakan siang memenuhi ruangan, menanti kepulangan Amina. Namun, tiba-tiba, sebuah perasaan aneh mencengkeram hatinya, membuatnya gelisah tanpa alasan yang jelas....
"Ada apa ini? Jantungku tiba-tiba berdebar tak enak," gumamnya sambil mengusap dadanya dengan cemas.
"Nyonya," seorang pelayan muncul dari arah pintu belakang dapur, wajahnya tampak sedikit khawatir.
"Iya, ada apa?" sahut Nyonya Elsa, segera mematikan api kompor dan berbalik menghadap pelayan tersebut.
"Maaf mengganggu, Nyonya. Tapi... teman Nona Amina datang mengantarkan tas Nona. Katanya, Nona tidak masuk kelas sejak siang tadi dan tidak ada yang tahu keberadaannya," lapor pelayan itu dengan nada cemas.
Deg!
...Jantung Nyonya Elsa terasa mencelos. Tanpa melepaskan celemek yang masih terikat di pinggangnya, ia segera berlari keluar dari dapur, pikirannya dipenuhi kecemasan yang tak terlukiskan, menuju ruang tamu untuk menemui teman Amina yang tak lain adalah Amel dan Kevin....
(Bersambung)