Arumi tidak menyangka. Jika tawa Ibu mertua nya selama ini, hanya lah untuk menutupi lu-ka yang ada di dalam diri nya. Ibu mertua yang begitu baik, ternyata selama ini hidup tersik-sa di rumah nya. Beliau bukan hanya di sik-sa oleh kakak ipar nya Arumi. Tapi juga Abang ipar nya. Mereka berdua, benar-benar manusia yang tak punya hati.
Sanggup kah Ibu mertua nya Arumi bertahan dengan kelakuan anak dan menantunya? Atau, apakah Arumi bisa membawa Ibu mertuanya pergi dari neraka itu?
Ayo temukan jawaban nya langsung! Baca nya jangan lompat-lompat, ya. Biar author semangat nulis nya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Uul Dheaven, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15
Keadaan saat itu, benar-benar tidak terkendali. Mereka semua yang ada di sana, tidak menyangka jika menantu Bu Aminah, memiliki ponsel semahal itu.
Mereka masih mengira, jika Arumi merupakan gadis tak jelas yang datang nya entah dari mana. Apalagi, Bu Aminah memang sama sekali tidak pernah tahu dimana rumah orang tua Arumi.
"Aminah, apa benar ponsel menantu mu semahal itu? Tapi, kami tidak bisa percaya. Jangan-jangan, kalian malah mau memeras kami."
"Kenapa harus bertanya pada Ibu mertua ku? Ibu tidak tahu apapun. Suami ku sekarang bekerja di kota. Bang Romi bisa menghasilkan banyak uang. Jadi, ponsel seperti ini, pasti bisa dengan mudah suami ku beli. Jadi, cepat ganti ponsel ku yang rusak."
"Tetap saja kami tidak percaya. Oh ya, tadi kan kalian bawa amplop dan kado. Kami jadi penasaran apa isi nya. Ayo kita buka. Untuk membuktikan perkataan menantu nya Aminah."
Arumi benar-benar kesal dengan tamu-tamu yang ada di sana. Mereka benar-benar memojokkan Arumi dan juga Bu Aminah.
Pantas saja Ibu mertua nya enggan untuk pergi ke acara seperti itu. Mereka semua memang tidak ada baik nya.
Mereka pun mencari amplop atas nama Aminah dan kado yang di berikan untuk pengantin.
Sebenarnya, Bu Kades dan suami nya tidak ingin masalah ini berlarut-larut. Karena saat ini, adalah hari bahagia untuk anak mereka.
Namun, geng Ibu-ibu yang sombong itu, tidak bisa di cegah. jika di cegah begitu saja, maka mereka akan semakin menjadi-jadi.
"Ketemu! Ini adalah amplop atas nama Aminah. Dan ini kado yang di bawa oleh menantu nya. Ayo kita buka." Ucap salah satu wanita yang menjadi tamu di sana.
"Tunggu dulu!"
"Ada apa? Apa kau takut?"
"Tidak, aku tidak takut. Hanya saja, jika apa yang ada di dalam sana tidak seperti yang kalian pikirkan, apa yang harus aku lakukan pada kalian?" Ucap Arumi.
"Tenang saja. Jika kami salah, kami akan meminta maaf sambil berlutut di depan kau dan Aminah."
"Oh, tidak bisa begitu. Kalian sudah mempermalukan kami. Dan juga merusak barang pribadi ku. Aku mau kalian membayar ponsel ku dan juga minta maaf pada Ibu mertua ku. Janji jangan pernah mengulang hal yang sama."
"Oke baiklah. Hal itu sangat mudah. Kami yakin sekali kalian adalah dua orang penipu yang akan memeras kami."
Wanita yang tidak menyukai Aminah itu, benar-benar ingin membuat Aminah malu. Arumi tidak habis pikir dengan wanita tersebut.
Apa yang membuat nya sangat ingin mempermalukan Aminah di depan ramai. Padahal Ibu mertua nya, sama sekali bukan orang yang suka mencari masalah.
"Jika memang seperti itu, silahkan buka dan juga, aku mau kado dan amplop milik Ibu ini, di buka juga. Jadi, biar sama-sama adil gitu, ya."
Mata wanita yang tadi nya menantang Arumi dan Bu Aminah, langsung melotot saat Arumi mengatakan hal itu.
"Tenang saja. Bu Hindun pasti akan memberikan kado mewah dan uang yang banyak. Kami tahu siapa beliau. Orang kaya dari lahir."
"Oke, silahkan buka punya Ibu itu, jika memang uang beliau sangat banyak. Aku pun penasaran."
"Tidak! Itu tidak perlu. Bukan kah kami ingin tahu, berapa isi amplop kalian? Mengapa malah punya ku yang jadi sasaran nya?" Ucap Bu Hindun.
"Kenapa? Anda takut?" Dengan cepat Arumi langsung mengambil amplop yang bertuliskan nama Bu Hindun.
Arumi langsung membuka amplop itu. Semua tamu begitu penasaran. Dan ketika amplop itu di buka, mereka begitu terkejut dengan apa yang ada di dalamnya.
Selembar uang lima ribu, dan dua lembar uang sepuluh ribu. Total nya, dua puluh lima ribu rupiah.
"Apa? Bagaimana mungkin memberikan amplop dengan nominal yang sangat sedikit? Bukankah beliau sangat kaya?"
"Sepertinya memang selalu segitu sih. ketika hajatan anakku aku juga mendapatkan uang yang bahkan lebih sedikit dari itu. tapi aku tidak mempermasalahkannya karena memang saat itu ikhlas dalam membuat hajatan."
Para tamu yang lain, kasak kusuk membahas uang yang diberikan oleh ibu Hindun pada hari itu.
"Memang nya kenapa kalau aku kasih hadiah segitu? Amplop nya tertukar. Aku lupa membedakan nya."
Bu Hidung pun, mengambil dua lembar uang merah seratus ribuan, dan mengganti uang yang ada di dalam amplop.
Karena kesal, ia pun membuka paksa amplop atas nama Bu Aminah. Amplop itu, ia buka dengan kasar. Sehingga uang baru yang berjumlah sangat banyak itu, berhamburan.
"Loh, banyak sekali uang merah nya!"
Para tamu berteriak dan memungut uang tersebut.
"Sungguh manusia bodoh. Jelas sekali amplop nya tebal. Tapi, anda malah salah dalam membuka nya. Total uang itu ada dua juta lima ratus. Jika kurang, anda Bu Hindun, harus mengganti uang kerugian itu!"
Tubuh Bu Hindun mematung. Bagaimana mungkin Bu Halimah mampu mengeluarkan uang sebanyak itu hanya untuk anak nya Pak kades dan Bu Kades.
Padahal, Bu Aminah sendiri tidak tahu isi amplop nya. Semua itu urusan Arumi. Dan Arumi, tidak ingin mertua nya malu.
Tidak lama kemudian, kado dari Arumi pun di buka karena mereka tidak percaya. Dan lagi, mereka hanya bisa melongo.
Satu set perhiasan beserta surat nya ada di dalam sana. Lagi, Bu Hindun tak bisa bernafas.
"Bagaimana mungkin? Aku tidak percaya. Pasti kalian ini penipu!" Ucap Bu Hindun.
"Aku nggak peduli. Mana uang ganti rugi ponsel ku? Dan juga, mana uang amplop untuk yang punya hajatan? Jika kalian tidak mengganti ponsel ku, siap-siap saja. Aku akan laporkan kalian semua pada Polisi.
Suami ku saat ini, mengenal banyak polisi di kota. Cukup sekali aku menghubungi nya, Pak Polisi pun akan langsung datang ke sini."
Para tamu yang merupakan geng Ibu-ibu pembuat rusuh, langsung terdiam. Dari mana mereka bisa mendapatkan uang untuk membayar semua itu.
"Aminah, tolong maafkan kami. Katakan pada menantu mu, kalau kami khilaf."
"Tidak bisa! Urusan kalian semua bukan dengan Ibu ku. Jadi, mana uang nya?"
"Kau tidak bisa begitu. Urusan mu, jadi urusan mertua mu juga. Dan kami, kenal baik dengan Aminah. Dia adalah wanita yang pemaaf."
"Oh ya, tapi yang rusak ponsel ku."
"Bukan kah ponsel mu di beli oleh Romi? Itu artinya, uang Romi, uang Aminah juga. Kau tidak bisa jadi menantu yang tamak!"
"Kalian ini!" Suara Arumi langsung naik. Ia benar-benar kesal dengan manusia-manusia yang ada di hadapan nya saat ini.
"Hindun, urusan mu dan yang lainnya, tidak ada hubungannya denganku. Jadi, urusan kalian harus kalian selesaikan dengan menantuku!"
mana yg kamu bela matian2 mlh nikung kmu to
di gntung kek jemuran q g kering