Alvian, seorang pria muda nan tampan menginginkan sosok seorang Istri yang cantik dan aduhai.
Ia terpaksa harus menelan kekecewaan saat orang tuanya justru menjodohkan dia dengan Aylin, seorang perempuan tertutup dan bercadar.
Hal itu membuat Alvian berbuat sesuka hati agar Aylin tak kuat menjalani bahtera rumah tangga dengannya dan meminta untuk berpisah.
Namun, siapa sangka hal itu justru menjadi bumerang bagi dirinya sendiri setelah dia tahu kalau di balik cadar istrinya, tersembunyi paras cantik yang selama ini sangat ia idam-idamkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon omen_getih72, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11
Alvian seketika berubah panik, tanpa pikir panjang ia masuk ke bawah tempat tidur sambil memeluk album foto itu.
"Sial, kenapa dia kembali secepat ini?" batin Alvian.
Alvian tetap berbaring di sana dan bertahan dalam posisi yang tidak nyaman itu.
Jika sampai dirinya ketahuan, entah alasan apa yang harus ia buat?
"Udaranya penas sekali, lebih baik aku mandi sebelum sholat dzuhur," gumam Aylin.
Jantung Alvian berdetak lebih kencang, ia merasa tak sabar ingin melihat Aylin membuka cadarnya.
Alvian sedikit melongokan kepalanya, agar bisa melihat Aylin tanpa ketahuan.
Lalu secara perlahan Aylin mulai melepaskan kaca mata dan cadarnya.
Hanya saja posisi Aylin masih membelakangi Alvian sehingga ia tidak bisa melihat wajah istrinya secara langsung.
"Ayo berbalik Aylin, cepat berbalik ... " batin Alvian penuh harap.
Namun, tiba-tiba saja kedua mata Alvian membulat sempurna saat melihat ada kecoa yang berjalan ke arah wajahnya.
"Aaaaaaa!!!!"
Alvian memekik dengan keras dan keluar dari persembunyiannya, sedangkan Aylin sangat kaget dan reflek menutupi wajah dengan kerudungnya.
"Mas Alvian? Sedang apa kamu di sini?" pekik Aylin.
"Aku... Aku..."
Alvian merasa sangat bingung, ia tidak berani menatap wajah Aylin secara langsung dan tidak tahu harus membuat alasan apa yang sekiranya masuk akal tanpa harus mempermalukan dirinya.
Saat ini Alvian benar-benar dibuat mati kutu.
"Mas Alvian jawab! Kenapa kamu bersembunyi di bawah sana!" tanya Aylin lagi.
"Emmmmh... Pernikahan kita akhirnya bocor juga ke teman-temanku. Mereka ingin bertemu denganmu, tapi aku tidak mau karena membawamu sama saja dengan mempermalukanku. Jadi aku kemari ingin mengambil fotomu untuk ditunjukkan pada mereka," jawab Alvian.
"Bukannya itu sama saja, itu akan tetap mempermalukanmu jika menunjukkan fotoku? Bukankah kamu mengatakan kalau aku jelek," sindir Aylin curiga.
"Benar juga apa kamu katakan," jawab Alvian yang hanya bisa nyengir kuda.
Alvian memberanikan diri untuk mengangkat kepalanya, saat melihat Aylin dia merasa sangat takjub.
Dalam pencahayaan yang terang, Alvian bisa melihat dengan jelas kedua mata Aylin.
Alvian untuk sesaat terpana, kedua mata itu seolah membiusnya membuat Alvian mematung.
"Mas Alvian, kenapa kamu malah bengong? Ini sudah adzan dzuhur sebaiknya kamu shalat sana!" tegur Aylin.
"Ah Iya," jawab Alvian yang masih merasa enggan untuk pergi sebab dihantui oleh rasa penasaran yang teramat tinggi.
"Itu album fotoku kenapa dibawa? Bukannya malu kalau menunjukanku pada teman-temanmu?" sergah Aylin.
Alvian baru sadar masih membawa album tersebut kemudian menyerahkannya pada Aylin.
Alvian sangat ingin melihat wajah istrinya, tapi bibirnya terasa kelu hanya untuk mengucapkan permintaan tersebut, dia merasa gengsi jika harus menelan ludahnya sendiri.
Akhirnya Alvian keluar dari kamar dengan perasaan yang campur aduk.
"Benar-benar gila, semakin lama aku bisa gila jika terus seperti ini," batin Alvian kesal pada dirinya sendiri.
***
Aylin segera menutup pintu kamar rapat-rapat.
"Lelaki ini menakutkan sekali, kenapa tidak berbicara berterus terang saja kalau mau mengambil foto dan malah diam-diam mencuri?" batin Aylin heran.
Dalam hati Aylin curiga jika suaminya itu mengada-ngada soal teman-temannya.
"Apakah dia penasaran sejelek apa wajahku? Baiklah, malam ini aku akan dandan dan memperlihatkan wajahku padanya. Aku juga bisa tampil cantik di depannya," gumam Aylin.
Malam pun tiba, Aylin hari ini sengaja merias wajahnya tipis-tipis dan memakai jilbab tanpa cadar.
Tapi, ia merasa sangat malu untuk keluar kamar karena ia memang adalah gadis pemalu yang tidak memiliki kepercayaan diri yang tinggi.
"Bagaimana ini? Kalau aku tidak cepat-cepat keluar nanti Mas Alvian keburu pergi," batin Aylin.
Namun, sesaat kemudian hati nuraninya merasa tidak rela.
"Aku tidak ingin mengandalkan wajahku untuk membuat dia peduli padaku, aku ingin memiliki seseorang yang mencintaiku apa adanya," gumam Aylin.
Dia kemudian memakai kembali cadarnya, dan begitu keluar dari kamar bersamaan dengan Alvian.
"Kamu mau kemana?" tanya Alvian sinis.
"Masak, ini saatnya aku makan malam," jawab Aylin mencoba tetap tenang, padahal sejak tadi dadanya bergemuruh.
"Oh, aku mau keluar dulu dengan Riana. Gara-gara kejadian siang tadi dia marah dan minta dibelikan mobil, karena aku mencintainya tentu saja akan aku belikan," timpal Alvian sengaja memanasi Aylin untuk menghilangkan rasa malu tadi.
"Tidak usah banyak cerita, kalau mau pergi tinggal pergi saja," sela Aylin merasa dirinya begitu bodoh.
Untung saja ia tadi mengurungkan niatnya untuk memperlihatkan wajahnya pada Alvian.
Karena pada akhirnya dia hanya akan malu sendiri mengharapkan orang yang jelas-jelas mencintai wanita lain.
**
**
Alvian membelikan mobil baru untuk Riana, ia merasa cukup puas melihat kekasihnya sudah tidak marah lagi.
"Alvian, kamu kan sudah tidak tinggal dengan orang tuamu lagi. Bagaimana kalau malam ini kamu menginap di rumahku?" bisik Riana menggoda.
"Baiklah, tapi aku akan mendapat apa kalau mau?" tanya Alvian tak kalah menggoda.
"Apapun yang kamu mau," jawab Riana mengedipkan sebelah matanya.
"Serius?" raut wajah Alvian berbinar senang.
"Iya dong, Sayang." rayu Riana.
Wanita cantik dan seksi itu segera meraih kerah Alvian, memberikan sedikit kecupan di lehernya.
Biasanya Alvian akan membalas ciuman kekasihnya itu, tapi kali ini terasa ada yang berbeda.
Alvian sama sekali tidak bergairah, entah karena bosan atau apa ia juga tak mengerti.
"Kenapa aku justru malah mengingat tatapan Aylin? Aku tidak mencintainya tapi kenapa aku menjadi merasa bersalah seperti ini jika selingkuh. Jika dipikir-pikir aku sudah lebih dulu mengenal Riana," batin Alvian ragu.
"Kenapa diam saja?" tanya Riana heran.
"Biasanya kamu langsung menyerangku," Rengek Riana.
"Sepertinya aku tidak bisa ke rumah kamu deh," jawab Alvian menggaruk kepalanya yang tak gatal.
"Loh, memangnya kenapa?" tanya Riana heran.
"Besok pagi orang tuaku akan datang ke rumah, jika aku tidak ada takutnya mereka akan curiga dan marah," jawab Alvian.
Walaupun Alvian sulit diatur, tapi nuraninya masih memiliki rasa takut pada orang tuanya.
Apalagi sebenarnya sejak kecil dia sudah mendapat didikan agama yang cukup ketat.
Jadi gaya berpacaran Alvian hanya sebatas ciuman dan berpelukan saja.
Dia tidak berani melewati batas karena memang masih memiliki rasa takut.
"Alvian, apa aku ini kurang menarik sampai kamu tidak berselera lagi?" tanya Riana sambil memeluk kekasihnya.
"Bukan begitu, kamu sangat cantik dan menarik," jawab Alvian merasa bersalah.
"Kalau begitu kenapa kamu tidak pernah menyentuhku? Maksudnya yang lebih dari yang kita lakukan selama ini," rengek Riana manja.
"Karena kita belum menikah, aku tidak mau melakukan hal terlarang yang melewati batas," jawab Alvian jujur.
"Lalu kapan kamu akan menikahiku?" tanya Riana meminta kepastian.
**********
**********
Lanjuuuut kakak 💪🏼💪🏼💪🏼💪🏼💪🏼👍🏼👍🏼👍🏼👍🏼