Kisah seorang gadis yang terpaksa menjadi pelayan pebisnis misterius dan kejam agar organ tubuhnya tidak dijual oleh pria itu akibat ulah ibunya sendiri.
Namun, ia tetap berusaha melarikan diri dari sangkar Tuannya.
Sebuah rahasia besar sang CEO terkuak saat pelayan itu hadir dalam kehidupannya yang membuat pria itu marah besar dan berencana membuat hancur kehidupan gadis itu.
Bagaimana kelanjutan cerita mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alensvy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11
...****************...
Anna mendorong troli belanja di lorong supermarket dengan senyum kecil. Ia akhirnya bisa bernapas lega meskipun itu hanya sementara. Sesekali ia memeriksa daftar belanjaan ya sambil memilih sayuran segar dan kebutuhan dapur lainnya.
Saat berbelok ke lorong lain, suara familiar memanggilnya.
"Anna?"
Anna langsung menoleh dan melihat Dareen berdiri di ujung lorong dengan senyum ramah. Pria itu tampak santai mengenakan kemeja kasual navy dan celana jeans.
"Dareen!" Anna terkejut sekaligus senang melihat wajah yang dikenalnya.
"Kebetulan sekali bertemu di sini," ucap Dareen sambil mendekatinya.
"Belanja untuk kebutuhan dapur?"
Anna mengangguk.
"Iya, sedikit stok sudah mulai habis. Kamu sendiri?"
"Ah, aku hanya lewat sebenarnya. Tapi, tiba-tiba aku berpikir untuk membeli sesuatu." Dareen tertawa kecil membuat Anna merasa lebih nyaman.
Obrolan ringan pun mengalir di antar mereka.
Setelah beberapa saat, Dareen melirik jam tanya.
"Sudah hampir waktu makan siang. Bagaimana kalau kita makan bersama? Hitung-hitung melunasi hutang kamu?" Tawar Dareen.
Anna ragu sejenak, ia teringat janjinya agar tidak terlalu lama diluar. Tapi mengingat suasana santai yang ia rindukan akhirnya ia menyetujui tawaran Dareen.
" Baiklah, tapi aku tidak bisa lama ya."
Akhirnya mereka pun pergi bersama menuju restoran yang direkomendasikan Dareen dengan mengendarai mobilnya.
Setelah sampai mereka pun memilih tempat duduk disudut ya g cukup sepi. Dareen memesan beberapa hidangan favorit ya dan Anna hanya tersenyum melihat betapa santainya pria yang sedang berada di hadapannya ini.
"Jadi, bagaimana kehidupan kamu sekarang? Kamu bekerja dimana?" Tanya Dareen penasaran sambil mengaduk minumannya.
Anna sempat ragu-ragu untuk menjawab. Namun pada akhirnya ia memutuskan untuk memberitahu saja pada Dareen.
"Aku bekerja dirumah seseorang. Ya sebagai asisten rumah tangga."
Dareen mengangkat alisnya. Ia sedikit terlihat terkejut.
"Asisten Rumah Tangga? Kamu serius, Anna?"
Anna mengangguk sambil tersenyum kecil, berusaha terlihat untuk santai.
"Ya, yang seperti itu. Tapi tempatnya sangat baik, aman dan gajinya juga cukup besar. Jadi aku tidak keberatan." bohongnya.
Anna menunduk sejenak memainkan ujung serbet dipangkuannya. Ia tak ingin mengatakan yang sebenarnya bahwa ia bekerja untuk seorang pria kejam.
"Aku sedang mencoba sesuatu yang baru. Lagipula, pekerjaan ini membantuku memenuhi kebutuhanku tanpa harus tergantung pada siapa pun. Dan aku rasa itu sudah cukup untukku sekarang."
Dareen memiringkan Kepalanya menatap Anna dengan tatapan penuh tanya.
"Apa pemilik rumah itu baik padamu?"
Anna tersenyum kecil walau hatinya terasa getir.
"Dia punya cara sendiri dalam bersikap. Tapi sejauh ini... Aku bisa menanganinya."
Dareen merasa sedikit bingung. Tapi ia memilih untuk tidak mendorong lebih jauh.
"Jawaban kamu ambigu, Anna. Tapi baiklah kalau kamu merasa aman dan puas, aku tidak akan memaksamu bercerita lebih banyak. Tapi jika ada sesuatu yang tak beres, kamu tahu
kamu bisa menghubungiku kapan saja."
Anna mengangguk sambil tersenyum tulus.
"Terima kasih, Dareen. Aku akan ingat itu."
'aku tidak tau, ia sebaik ini. Walaupun kami baru saja mengenal.' batin Anna.
Mereka pun melanjutkan makan sambil berbincang ringan tentang hal-hal lain.
...****************...
"Apa yang dia lakukan disana?" gumamnya, lebih kepada dirinya sendiri.
Pengawalnya yang duduk dikursi depan dengan ragu menoleh.
"Maaf pak, dia tadi selesai berbelanja dan.. bertemu dengan pria itu secara kebetulan."
"Kebetulan? Kenapa tidak ada yang melapor padaku sebelumnya? Kenapa harus aku yang melihatnya langsung? Apa yang kalian kerjaan selama ini, aku menyuruh kalian untuk mengawasinya."
Ada sesuatu yang mendidih dalam dirinya, sesuatu yang sulit ia kendalikan.
" Maaf pak, kami tidak berpikir panjang. Kami mengira ia hanya ingin bersantai sendirian sejenak."
Damian semakin mengepalkan tangannya di atas lutut. Tapi setiap kali Anna tertawa, rasa panas itu menjadi-jadi.
"Cukup," katanya dingin.
"Aku pulang saja, tidak jadi ke kantor."
Mobil itu pun melaju meninggalkan restoran. Tapi kepala Damian mendadak penuh dengan berbagai pikiran.
Bayangan Dareen dan Anna duduk bersama yang terlihat begitu nyaman terus menghantuinya.
.
.
.
Next👉🏻
(Jangan lupa Like, Komen, Kritik dan Sarannya ya. Terima kasih, selamat menikmati😍 Hidup lebih lama yaa👋🏻)
Kalo berkenan boleh singgah ke "Pesan Masa Lalu" dan berikan ulasan di sana🤩