Joanna memiliki kehidupan yang bahagia. Keluarga yang menyayangi dan mendukungnya. Pekerjaan yang mapan dengan gaji tinggi. Dan calon suami yang mencintainya.
Sayangnya, kehidupan Jo hancur hanya dalam tempo singkat. Usaha keluarganya hancur. Menyebabkan kematian ayah dan ibunya. Dipecat dan bahkan tidak dapat diterima bekerja dimanapun. Dan calon suaminya menikah dengan putri konglomerat.
Dan semua itu karena satu orang. Konglomerat yang terlalu menyayangi adiknya sampai tega menghancurkan kehidupan orang lain.
Jo tidak akan pernah memaafkan perbuatan musuh terburuknya. Tidak akan
yang belum 20 tahun, jangan baca ya🥰🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elena Prasetyo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
9
"Kenapa kakak terlambat datang?" tanya Kate dengan wajah kesal.
"Aku baru saja kembali" jawab Anthony lalu melihat adik iparnya yang masih merasa asing dengan kehadirannya.
"Anda pasti lelah Tuan"
"Sampai kapan kau akan memanggilku dengan sebutan itu? Padahal ini sudah dua tahun dan kalian bahkan akan memiliki anak"
Kate mengelus perutnya yang membuncit dengan bahagia. Sedangkan Brandon Powell hanya tersenyum tipis.
"Jangan ganggu dia. Biarkan dia melakukan apa yang dia mau. Memangnya kakak berhak bicara seperti itu? Padahal kakak begitu sibuk sampai tidak pernah meluangkan waktu dengan kami. Karena itu dia masih merasa asing denganmu" cecar Katherine. Anthony hanya bisa mengangguk, menyetujui perkataan adiknya. Dia memang sangat sibuk selama dua tahun ini.
"Apa Anda akan tinggal lama di kota?" tanya adik iparnya.
"Entahlah"
"Kakak akan kembali keluar negeri? Memangnya tidak ada orang lain yang bisa menggantikan kakak mengurus segalanya?" protes Kate.
"Jangan manja. Kau akan menjadi seorang ibu tidak lama lagi"
Ucapan Anthony begitu mengena ke hati adiknya. Kini Kate tidak lagi marah dan menikmati makanan di depan mereka.
Ini adalah makan malam bersama mereka setelah Anthony sibuk kesana kemari mengurus bisnis. Dia baru saja kembali dan ingin beristirahat tapi tidak bisa menolak permintaan adiknya untuk makan bersama.
"Kenapa kita harus makan malam di hotel padahal ada rumah dan chef pribadi di rumah?" tanya Anthony lalu melihat adik dan adik iparnya saling berpandangan.
"Brandon ingin bekerja di hotel ini" kata Katherine. Brandon menundukkan wajah disebelahnya. Tidak berani mendukung perkataan istrinya.
"Aku bisa memberikan hotel ini untukmu" kata Anthony.
"Tidak. Saya hanya bermaksud untuk kembali bekerja disini. Hanya sebagai manajer juga tidak apa-apa"
Manajer? Adik ipar seorang Anthony Cooper hanya ingin menjadi manajer di hotel kelas enam ini?
"Besok kau boleh langsung bekerja. Sekertaris ku akan mengurus semuanya"
"Terima kasih Tuan Anthony" jawab Brandon mendapatkan tatapan kesalnya.
"Terima kasih kakak ipar" ulang Brandon memuaskan Anthony.
Saat mereka tengah menikmati makan malam, tiba-tiba datanglah dua orang wanita dengan penampilan menyolok. Keduanya seakan mengemis perhatiannya.
"Apa para pejabat itu masih berusaha mempengaruhi kakak untuk mendukung mereka?" tanya Katherine yang menyadari hal sama.
"Tampaknya" jawab Anthony singkat.
"Menikahlah!! Pasti mereka akan berhenti mengirim wanita penggoda setelah kakak menikah!"
"Jangan kesal. Mereka hanya ingin melakukan hal baik"
"Mereka hanya mengirimkan wanita untuk memenuhi kebutuhan biologis mu. Padahal banyak sekali putri kalangan atas yang juga menginginkan hal sama!"
Kate sangat kesal kalau Anthony masih bermain wanita sampai di usianya yang mencapai empat puluh dua tahun ini. Tanpa Kate ketahui, dia sudah berhenti melakukan hal itu sejak dua tahun yang lalu.
Makan malam usai dan Kate beserta suaminya pulang lebih dulu. Meninggalkan Anthony menjadi sasaran empuk dua wanita yang telah menargetkannya dari awal.
Dua wanita itu melingkarkan lengan di leher Anthony, tidak mengetahui dia sangat membenci hal itu. Pengawal Anthony maju ingin mengusir kedua wanita itu tapi dia menahan mereka.
"Anda sangat tampan"
"Anda sangat mempesona"
Puji kedua wanita yang tak segan menunjukkan bagian tubuhnya untuk membuat Anthony tergoda. Semua orang yang ada di restoran tidak berani melihat ke arah mereka.
"Anda juga memiliki tubuh yang kekar"
"Juga kuat"
Tangan kedua wanita itu lalu menggerayangi tubuh Anthony dan sampai di bagian vitalnya. Sayangnya, dia tidak menegak hanya karena godaan remeh.
Lalu seseorang masuk ke dalam restoran, duduk dan memesan makanan. Anthony menatapnya begitu lama, seakan ingin memastikan. Dan saat mereka bertatapan mata, dia tersenyum kecil. Sedangkan wanita itu dengan jelas menunjukkan ekspresi jijik.
"Pergilah!" perintah Anthony pada dua wanita yang masih berusaha menggodanya. Tapi perintahnya tidak segera dilaksanakan. Membuatnya kesal dan terpaksa melibatkan pengawal untuk mengusir keduanya pergi.
Mata Anthony masih terpaku pada wanita yang sekarang menerima makanannya. Tampilannya sangat berbeda dari dua tahun lalu. Seingat Anthony, wanita itu hanya akan memakai sweater dan celana panjang murahan. Tapi sekarang, sebuah gaun koktail anggun membalut tubuh sintal itu.
Tanpa segan, Anthony mendekat ke arah meja wanita itu. Membuat keduanya bertatapan dalam waktu yang sedikit lebih lama. Tidak ada wajah sendu lagi. Hanya ada wajah mempesona dengan riasan tipis.
"Lama tidak melihatmu" sapa Anthony.
Wanita itu mengambil waktu untuk menelan makanan yang terlanjur ada dalam mulutnya. Bibir kecil itu bergerak begitu pelan seakan sedang menggoda birahi Anthony.
"Selamat malam Tuan Anthony Cooper"
Sapa Jo pada pria yang berani datang ke mejanya saat makan malam. Tidak pernah berpikir mereka akan bertemu secepat ini. Di hari pertama Jo kembali ke negara dan kota ini.
"Apa aku boleh duduk disini?" tanya pria itu begitu sopan. Berbeda dengan tingkah lakunya saat memaksa masuk ke dalam tubuh Jo dua tahun lalu. Dengan tangan terkepal erat, dia tersenyum dan mengangguk. Hanya orang bodoh yang tidak mengijinkan pemilik hotel Crown duduk di hadapan mereka.
Jo meneruskan makan malamnya saat pria itu terus memandangnya dalam keheningan. Saat akhirnya dia selesai, Jo memberi kode untuk membayar. Pelayan datang dan cukup terkejut dengan keberadaan pria yang duduk dihadapannya.
Jo mengeluarkan kartu dan meletakkannya di atas bill. Lalu tangan pria itu menutup kartunya dengan cepat.
"Masukkan dalam tagihanku!" perintah pria itu dan pelayan segera menjauh dari meja. Saat Jo ingin mengambil kembali kartunya, pria itu membaca nama yang ada di dalamnya.
"Joanna Harding. Ternyata benar kau"
Memangnya siapa yang pria ini pikirkan saat melihatnya? Apa salah satu dari wanita yang menggodanya. Begitu menjijikkan, pikir Jo kemudian merebut kembali kartunya.
"Terima kasih telah menemani saya makan" katanya sembari berdiri dan pergi dari restoran.
Dia tidak ingin berlama-lama berada di dekat pria itu. Atau dia akan berubah beringas dan menggunakan semua alat yang ada di dekatnya untuk berusaha membunuh pria itu. Tapi pria itu tidak meninggalkannya sendiri. Melainkan mengikutinya berjalan masuk ke dalam lift.
"Kau kembali ke kota dan tinggal di hotel ini setelah dua tahun. Kau juga sengaja duduk di hadapanku. Apa semua ini skenariomu? Apa tujuanmu kembali kesini? Apa kau siap untuk membalas dendam padaku? Apa kau sudah lebih pandai daripada dua tahun lalu?"
Jo tidak tahan dengan pertanyaan-pertanyaan yang diucapkan pria itu.
"Siapapun boleh datang dan menginap di hotel Crown, Tuan" jawabnya dengan nada suara normal.
"Jadi menurutmu, kita bertemu secara kebetulan? Sungguh takdir yang aneh"
Takdir? Lucu sekali pria itu menyebutkan tentang takdir.
Pintu lift terbuka di lantai delapan dan Jo melangkah keluar. Pria itu masih mengikutinya. Saat berada tepat di depan pintu kamar 890, Jo menyiapkan kunci. Tapi tidak segera membuka pintu.
"Kau tidur di kamar ini? Aku bisa menyediakan kamar yang lebih bagus, dengan aku di dalamnya"
Berani sekali pria itu menggodanya? Setelah apa yang terjadi dua tahun lalu. Seharusnya pria itu bahkan tidak berani melihatnya. Tapi Jo sudah belajar tata Krama saat berhadapan dengan seseorang seperti pria brengsek itu. Dia berbalik dan melihat jelas ke mata pria yang menghancurkan hidupnya dua tahun lalu.
"Sayang sekali saya tidak tertarik"
Jo membuka pintu lalu membantingnya di depan wajah pria itu. Tidak lupa dia mengunci pintu agar pria itu tidak menerobos masuk. Setelahnya, Jo menutup mata dan mencoba menenangkan diri. Sebelum dia kembali menyibukkan diri dengan pekerjaan