Follow ig author yuk🙌🏻 @hhnsaaa_
___
Dijodohkan memang tidak enak, maka dari itu Bella memilih jalan nya sendiri, dan untung nya Gevano menerima kenyataan itu dan memilih membantu Bella untuk menikah dengan lelaki pilihan nya.
Saat usai menikahkan Bella dengan lelaki yang di mau nya, Gevano pun mendapat keberuntungan yang begitu berharga dan sangat bernilai. Andina Putri.
Wanita 22 tahun, yang menjadi pelampiasan lelaki pilihan Bella, memilih untuk pasrah dan menerima takdir nya yang ditinggal pergi.
Tetapi tak berselang lama, datang bak pangeran berkuda, Gevano melamar nya.
Akankah mereka hidup bahagia? Sanggup kah Gevano dengan tingkah laku Andin yang begitu di luar kepala?
___
Cerita ini berdasarkan khayalan author semata jadi jangan baca deskripsi, cukup baca tiap bab dan jangan lupa tinggalin jejak berupa like & komen.
Mohon pengertiannya ya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon hanisanisa_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11
Andin membantu Gevano memasang gesper yang ternyata memang lumayan susah.
"Kok bisa susah sih" gumam Andin mencoba kembali memasang gesper itu di pinggang Gevano.
"Asisten ku yang bawa kemarin, aku nggak tau gesper mana yang dia ambil" sahut Gevano dengan suara serak nya.
Ia takut Andin menyadari ada yang menyembul di balik celana yang ada di hadapan Andin itu.
"Ini lagi.. Kenapa coba nyembul banget, ada emas ya disini?" Andin protes dengan otak nya yang polos.
Deg
Gevano makin tak bisa menahan nya, Andin sudah menyadari itu tapi Andin tak menahu soal laki-laki.
"Andin.. Udah Ndin, nggak usah di paksa masang nya" ucap Gevano membantu Andin berdiri.
"Tapi itu belum selesai" jawab Andin hendak kembali membereskan gesper yang sedikit lagi selesai.
"Kamu nggak perlu benerin gesper ku ini, aku bisa nggak pakai gesper" sahut Gevano makin tak kuat menahan gejolak dalam diri nya melihat kondisi Andin.
"Tapi CEO itu harus mencontoh yang baik buat karyawan nya, kalau kamu nggak pakai gesper kurang bagus di pandang" ucap Andin dengan menatap mata Gevano.
"Iya aku tau.. Tapi kalau kamu lanjut aku nggak yakin setelah ini aku bisa kerja dan kamu bisa jalan, Ndin" ucap Gevano masih dengan suara yang serak nya berharap Andin mengerti.
"Kenapa?" tanya Andin dengan bingung.
Gevano menghela nafas nya pelan. "Kamu bikin aku tegang" bisik Gevano di telinga Andin dengan sensual.
Deg
"Kok bisa?" tanya Andin dengan gagap dan gugup.
Gevano mendekat dan mengelus punggung Andin hingga ke pinggang nya dengan perlahan membuat bulu kuduk Andin merespon.
"Jangan buat aku merinding, Gev" tegur Andin merasa ada yang tak beres dengan tubuh nya.
Bukan nya dia tadi sudah memakai baju ya? Atau lupa???
Andin menunduk menatap tubuh nya, dan terkejut hingga tak bisa bergerak.
Ia hanya memakai bra dan celana dalam berwarna senada yaitu kuning pisang.
Jadi?? Selama ini?? Selama dia membantu Gevano?? Ohh nooooo!!
"Aku.. Aku pakai baju dulu" ucap Andin hendak melangkah ke depan lemari nya tempat semula.
Srek
"Nggak usah, udah terlanjur begini. Nggak mau di lanjut?" tanya Gevano menahan tangan Andin dan kembali berbisik.
Andin memejamkan mata nya menahan sesuatu yang mengeras di belakang nya tepat di pinggang.
Gevano memeluk Andin dari belakang saat tak ada jawaban dari Andin.
Sesekali mengendus dan mengecup leher Andin dengan sensual.
"Gev.." lirih Andin masih memejamkan mata.
"Hm?" sahut Gevano berdehem, ia masih mencoba mencari titik lemah Andin.
"Apa harus kita secepat ini melakukan nya?" tanya Andin dengan pelan membuat Gevano terdiam tak melanjutkan kegiatan nya.
Gevano meregangkan pelukan itu. "Pakailah baju mu, aku nggak akan maksa kamu buat ngelanjutin nya kok" jawab Gevano dengan kepala yang hampir pecah karena menahan sesuatu.
Andin menoleh menatap Gevano. "Apa.. Kamu tidak apa?" tanya Andin menatap Gevano ragu.
"Jangan pikirkan aku, yang terpenting kamu nyaman aku tak masalah" jawab Gevano melepas gesper yang menjadi puncak masalah nya.
Andin mengangguk pelan dan kembali ke tempat nya semula dan memakai baju nya dengan terburu-buru.
Gevano pun keluar dari ruang ganti dan pergi entah kemana meninggalkan paper bag itu di sofa awal dengan isi nya hanya tersisa dasi dan gesper.
Usai memakai baju, Andin segera keluar dari ruang ganti. Dan turun menuju dapur.
"Selamat pagi Bi Fat, apa yang bisa Andin bantu disini?" sapa Andin dengan ceria.
"Selamat pagi juga Nona, nggak usah Nona. Bibi bisa sendiri, Nona mau makan apa?" balas Bibi Fatih tak kalah ceria.
"Andin lagi nggak pengen makan, Andin mau nyemil aja" jawab Andin membuat Bibi Fatih menoleh.
"Harus sarapan Nona, sedikit aja nggak apa-apa asalkan perut Nona terisi waktu pagi" ucap Bibi Fatih membujuk.
Andin cemberut tapi dengan anggukan pasrah. Ia sudah menganggap Bibi Fatih keluarga nya jadi Andin tak sungkan untuk manja atau bagaimana pun dengan Bibi Fatih.
"Sarapan buat Bapak udah Bi?" tanya Andin di angguki Bibi Fatih.
"Sudah duluan juga sarapan nya tadi Non. Barengan sama suami nya Nona, Tuan Gevano" jawab Bibi Fatih membuat Andin teringat kejadian tadi sekilas.
"Oh gitu ya Bi, ya udah deh Andin ke meja makan dulu ya buat ambil sarapan. Bibi udah sarapan juga belum?" ucap Andin sembari mengambil dua piring.
"Belum Nona, habis ini Bibi akan sarapan di dapur" balas Bibi Fatih membuat Andin tersenyum.
"Temenin Andin aja di meja makan, daripada sendiri-sendiri nggak enak" ajak Andin membuat Bibi Fatih semakin sungkan.
"Bibi jangan nolak! Aku udah ambil piring nya loh buat Bibi, Bibi harus temenin Andin sarapan di meja makan" paksa Andin membuat Bibi Fatih pasrah.
"Iya Nona, baiklah Bibi sebentar lagi ke meja makan setelah membersihkan dapur bekas memasak" ucap Bibi Fatih di angguki Andin.
Saat Andin duduk menunggu Bibi Fatih, Gevano lewat hendak mengambil koran milik Bapak Raka yang tertinggal di meja makan.
"Udah sarapan?" tanya Gevano menatap Andin dengan tatapan mata yang dalam.
"Belum, aku tunggu Bibi Fatih buat nemenin aku sarapan" jawab Andin melirik Bibi Fatih yang masih bebersih.
Gevano manggut-manggut. "Aku tadi sudah sarapan bersama Bapak, maaf nggak nunggu kamu" ucap Gevano meminta maaf.
Andin mengangguk. "Tak apa, aku memang terlalu lama di kamar tadi, kasihan kalian juga kalau harus menunggu aku" balas Andin dengan tersenyum.
Gevano ikut tersenyum. "Aku ke depan dulu, jam 9 pagi menjelang siang aku langsung ke kantor" ucap Gevano memberi tahu jadwal nya.
Andin mengangguk lagi di sertai senyuman. Kedua nya seakan melupakan kejadian tadi pagi yang begitu tegang dan begitu panas.
Apa dia benar-benar baik-baik saja?