Alseana, penulis muda berbakat yang masih duduk di bangku SMA, tak pernah menyangka kehidupannya akan berubah hanya karena sebuah novel yang ia tulis. Cerita yang awalnya hanya fiksi tentang antagonis penuh obsesi, tiba-tiba menjelma nyata ketika Alseana terjebak ke dalam dunia ciptaannya dan menjadi salah satu tokoh yang berhubungan dengan tokoh antagonis. Saat Alseana masuk kedalam dunia ciptaannya sendiri dia menjadi Auryn Athaya Queensha. Lebih mengejutkan lagi, salah satu tokoh antagonis yang ia tulis menyadari rahasia besar: bahwa dirinya hanyalah karakter fiksi dengan akhir tragis. Demi melawan takdir kematian yang sudah ditentukan, tokoh itu mulai mengejar Alseana, bukan hanya sebagai karakter, tapi sebagai penulis yang mampu mengubah nasibnya. Kini, cinta, kebencian, dan obsesi bercampur menjadi satu, membuat Alseana tak tahu apakah ia sedang menulis cerita atau justru sedang hidup di dalamnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eireyynezkim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Itu bekas ku!
Pertandingan basket kali ini semakin memanas, dimana skor imbang dari kedua tim yang bermain.
Dion yang terlihat sangat menginginkan kemenangan entah apapun caranya dengan bermain sedikit kasar.
Namun lawannya tak terpancing dengan permainan kasar milik Naren, sebaliknya Fredo yang menjadi pihak lawan hanya bermain tenang bahkan walau dia yang paling unggul dari teman lainnya ia masih bisa mengimbangi pihak lawan yang semua hebat dalam permainan basket ini.
Auryn yang melihat itu dengan tenang, tak seperti sahabatnya yang paling heboh sendiri untuk menjadi suporter tim Naren.
"Dia main kasar sekali." Gumam Auryn pada permainan Naren dan tim nya yang menurunya sangat kasar karena sering sengaja membuat lawan jatuh.
Banyak anak ips yang bersorak meneriaki tim Naren yang sangat bermain kasar.
"Kenapa menurut gue permainan mereka semakin kasar?" Ucap Zamora yang menilai permainan Zamora.
"Gue rasa juga, Naren semakin merusak citranya. Haizar nanti ikutan terkena citranya yang buruk." Kesal Erzabell.
"NAREN!!!! HAIZAR!!! SEMANGATTTT." Teriakan dari orang sebelahnya membuat Erzabell langsung mengalihkan perhatiannya pada gadis yang meneriaki nama calon tunangannya.
"Sialan, beraninya dia!" Gumamnya dengan mengepalkan tangannya dengan kuat.
"KAK ANGKASAAAAA SEMANGATTTT"
Sekarang gantian Zamora yang langsung melihat kearah gadis yang berada di sebelah Gisella, mereka berdua sekarang menjadi pusat perhatian karena berteriak paling keras.
Zamora menatap tak suka dengan gadis yang berada di sebelah anak baru itu.
Auryn yang melihat itu hanya menghela nafasnya pelan, dua orang bucin itu akhirnya menemukan musuh yang sama.
Auryn lebih memilih untuk fokus terhadap pertandingan basket ini. Bahkan ia sekarang menatap antagonis yang bermain dengan lihai memasukkan bola basket ke ring.
Jika dilihat dari jauh, ternyata antagonisnya itu tampan juga bahkan menurutnya sedikit lebih tampan daripada Naren yang merupakan tokoh utamanya.
Bahkan di matanya ia lebih bersinar, tapi apakah matanya bermasalah menilai Fredo seperti itu?
Entah lah namun yang sekarang ia lihat, ia lebih tertarik menatap antagonis itu dari jauh.
"Sayang dia harus mati di akhir cerita."
Gumamnya dengan sesal.
Pruittttttttt
Suara peluit menggema di lapangan tertutup itu dan Auryn langsung melihat ke arah papan poin karena tidak tahu siapa yang menang pada akhirnya karena terlalu asik melamun.
Hingga ia terkejut yang menang adalah IPS, sesuai dengan tebakannya. Walaupun cerita ini sedikit melenceng namun para tokoh seperti menemukan masalah yang sama seperti yang ia tulis.
Seperti Erzabell yang semakin membenci Gisella karena dia sok caper dengan tunangannya dan Naren yang makin membenci Fredo karena selalu kalah melawan Fredo saat pertandingan yang bersangkutan dengan olahraga. Namun Naren lebih unggul otaknya dibanding dengan Fredo tapi hal yang sebenarnya adalah tidak, Fredo sebenarnya jenius yang malas menunjukkan kepintarannya hingga sering tak menjawab soal ujian yang membuat ia di cap bodoh namun pintar olahraga.
"Ucapan Auryn benar, IPS yang menang." Ucap Zamora dengan lesu.
"Lo kok bisa tau IPS akan menang? atau lo ada crush yang merupakan anak IPS?" selidik Erzabell,
"Tidak, bukankah memang anak ips 3 unggul dalam bidang olahraga? jangan berlebihan." Elak Auryn.
Mereka berdua akhirnya mengangguk dan berhenti menuduh Auryn yang memiliki kekasih dari jurusan IPS.
Mereka bertiga turun dari tribun dan menuju ke tempat pemain yang sedang istirahat.
Erzabell yang paling semangat dengan ini, ia bahkan secara khusus membawa handuk kecil untuk Haizar gunakan agar bisa mengelap keringat yang mengalir ke tubuhnya.
"Haizar, ayo minum ini dan aku akan mengelap keringatmu." Ucap Erzabell engan lembut.
Namun Haizar menepis tangan Erzabell yang ingin mengelap keringatnya dan ia malah meninggalkan gadis itu tanpa mengambil minumnya.
Hal yang paling membuat syok Erzabell bukanlah tolakan tersebut karena ia sudah biasa ditolak oleh cowok itu namun dia syok saat calon tunangannya itu mengambil minuman dari anak baru itu dan meminumnya tanpa peduli dengan perasaannya.
Erzabell menggenggam minuman itu dengan kuat seakan melampiaskan kekesalannya pada botol tak bersalah itu.
Auryn hanya melihat saja, ia tak membawa minuman untuk siapapun hanya ada botol bekas yang habis ia minum saja yang ia bawa dan ia berada di belakang Erzabell sehingga tak akan ada yang sadar akan ada dirinya disana.
Ia juga sempat melihat Gisella yang juga mendekati Fredo sang antagonis untuk ia berikan minum juga dengan malu-malu, Auryn yang melihat itu hanya memutar matanya dengan malas. Sesuai dengan di naskah jika memang Gisella sering berinteraksi dengan antagonis hingga membuat protagonis cemburu.
Auryn pun menatap objek lain dan menghindari tokoh utama dan antagonis itu berinteraksi, ia lebih tertarik menatap Zamora yang sedang mengobrol dengan Angkasa dengan tenang padahal dirinya tau jika gadis itu sekarang sedang senam jantung.
Namun tiba-tiba seseorang merebut botol minumnya dan langsung meneguk air dari botol minumnya yang membuat dia menjadi pusat perhatian.
Bagaimana ia tak terkejut dan menjadi pusat perhatian, yang mengambil dan meminum minuman bekasnya itu adalah Fredo.
"I-itu bekasku." Ucapnya dengan terbata-bata.
"Lalu?" Tanya Fredo seakan tak peduli dan pergi dari sana membawa minuman bekas Auryn.
Auryn diam kaku, semua orang memperhatikannya bahkan sekarang ia mendengar banyak yang bergosip seakan itu adalah berita panas yang mereka asumsikan sendiri jika dia dan antagonis itu memiliki hubungan.
Tanpa disadari oleh semua orang, seorang diam-diam mengepalkan tangannya dengan kuat dan langsung pergi dari sana.
"Naren?! kau mau kemana?' Suara keras itu membuat semua siswa yang tadi menonton Auryn dan Fredo berbalik menatap Naren dan Gisella.
Sekarang berita siswa QIHS semakin banyak, ada dua pasangan yang sedang dekat disini dan mereka semua adalah most wanted sekolah bahkan admin instagram sekolah ini mengabadikan potret kedua pasangan itu dan mempostingnya di instagram sekolah sebagai berita sensasional.
Akhirnya mereka semua bubar karena lapangan akan digunakan oleh tim lain untuk pertandingan selanjutnya
......................
Bruk!
Auryn merebahkan dirinya di ranjang miliknya setelah pulang sekolah hari ini rasanya tubuhnya mulai remuk padahal tak banyak hal yang ia lakukan.
"Kenapa antagonis itu malah meminum bekasku dibanding menerima minuman Gisella?" Gumam Auryn sambil melihat ke arah langit-langit kamarnya.
"Tapi dimana bukuku sekarang? apakah akan baik-baik saja?" Gumamnya, tanpa sadar ia mulai tertidur akibat kelelahan.
Di lain sisi, seorang pria sedang menatap botol minum yang tinggal satu perempat itu dengan dalam.
"Lo ngapain liat botol minum segitunya? dari cewe lo?" Tiba-tiba Dax datang dan duduk di sebelah Fredo.
Fredo hanya diam tak menanggapi ucapan pria itu, mereka sekarang berada di bengkel milik Dax.
Fredo sedang memodifikasi motornya agar lebih cepat dan bertenaga saat ia gunakan untuk balapan nanti.
"Oiya gue dapet informasi jika bokap lo sedang mengalami masalah."
"Gue udah ga peduli, jangan bahas itu di hadapan gue." Ucap Fredo dengan dingin, ia pun berdiri dan memilih melihat pegawai Dax yang sedang memodif motornya.
Dax hanya menghela nafasnya dengan pelan.
"Hey Dax siapa dia?" tiba-tiba teman-teman Dax datang ke bengkel Dax.
"Temen gue." Ucap Dax seadanya.
"Dia masih sma? lo temenan sama bocil?" Ejek temannya itu pada Fredo yang dianggap sebagai bocil karena mereka semua adalah mahasiswa semester akhir yang sudah tua.
"Dia bocil tapi dia lebih pinter dari lo." Ucap Dax.
"Hey sob, siapa nama lo?" Temen Dax tak memperdulikan ucapan Dax tapi malah menatap Fredo yang berdiri sedikit jauh dari mereka.
"Dia ga akan jawab." Ucap Dax dengan datar.
"Sombong juga ni bocah."
Fredo hanya diam tak menanggapi teman-teman Dax tersebut, karena ia tak ingin dekat-dekat dengan orang baru apalagi sok akrab dengan dirinya itu tanpa adanya keuntungan baginya.
"Jangan buat masalah, dia orang yang sering gue ceritain itu." Ucap Dax memperingati temannya itu karena ia takut Fredo tersinggung dan marah karena ia pernah lihat dengan mata kepalanya sendiri bagaimana pria itu jika tersinggung dan marah pada seseorang.
Mereka terkejut dengan ucapan Dax, mereka terkejut ternyata orang yang sering diceritakan oleh Dac hanyalah bocah SMA yang belum lulus.
"Gue pergi." Ucap Fredo lalu menghidupkan motornya yang telah selesai di modif lalu pergi dari sana tanpa memperdulikan teman Dax.
"Sialan tuh bocah, apa perlu gue beri pelajaran!" Ucap teman Dax dengan kesal.
"Dia memang seperti itu, gue dulu aja harus merasakan patah tulang dulu agar dekat dengannya. Lo mau merasakannya juga?"
"Cih, mana mungkin."
Dax hanya tersenyum saja tak menanggapi lebih ucapan temannya itu, mereka akhirnya mulai mencari topik lain untuk dibahas sambil menunggu motor mereka yang di servis oleh pegawai Dax selesai.
Fredo kini berada di taman dekat apartemen miliknya, ia berhenti sejenak disana dan duduk di taman sendirian sambil memegang buku hitam milik Auryn.
"Isi buku ini benar, semua kejadian yang gue alami hari ini bahkan sudah dituliskan."
"Jadi siapa antagonis di cerita ini, gue atau Naren." Gumamnya.
Ia sejak tadi memikirkan hal ini, mulai dari ia diberi minum oleh Gisella yang katanya anak baru itu hingga ia bertemu dengan teman Dax.
Semua tertulis dengan jelas disana, apakah benar Auryn adalah seorang peramal yang bisa melihat masa depan yang bahkan belum dijalani dan masa lalu yang dialami oleh seseorang?
Ia membaca sekali lagi untuk memahami semua tulisan di sana, ia masih penasaran dengan hal ini dan hal apa yang akan terjadi dengan dirinya.
Hingga tiba-tiba sebuah situs web yang ia tak ketahui tertulis kecil di halaman paling terakhir buku tersebut.
Dengan rasa penasaran yang tinggi ia membuka web tersebut, ia menemukan sebuah situs cerita online disana.
"Apa ini? apakah dia suka membaca cerita online?"
Di website tersebut tertulis cerita novel dengan judul "Cintai Aku"
Dengan rasa penasaran Fredo membaca sinopsis tersebut, ia menaikkan alisnya saat membaca karena namanya begitu mirip dengan orang yang ia kenal. Lalu ia membaca keterangan siapa saja tokoh yang berada di cerita itu.
Dan begitu kagetnya ia saat membaca semua nama tokoh itu sangat persis dengan orang-orang disini bahkan...
Ada namanya?
tapi sebagai antagonis?!!!
Sialan jadi dia yang akan berakhir tragis????!!!
Fredo mendingin, ia mengepalkan tangannya dengan kuat lalu langsung pergi dari sana.
"Gue akan meminta penjelasan dari lo, Fredo!" Ucapnya dengan dingin lalu menarik pedal gasnya dengan kecepatan penuh membelah jalan raya.