NovelToon NovelToon
Bayangan Di Balik Gerbang

Bayangan Di Balik Gerbang

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Fantasi / Mengubah Takdir / Akademi Sihir / Keluarga / Kontras Takdir
Popularitas:901
Nilai: 5
Nama Author: Sang_Imajinasi

Di dunia Eldoria, sihir adalah fondasi peradaban. Setiap penyihir dilahirkan dengan elemen—api, air, tanah, angin, cahaya, atau bayangan. Namun, sihir bayangan dianggap kutukan: kekuatan yang hanya membawa kehancuran.

Kael, seorang anak yatim piatu, tiba di Akademi Sihir Eldoria tanpa ingatan jelas tentang masa lalunya. Sejak awal, ia dicap berbeda. Bayangan selalu mengikuti langkahnya, dan bisikan aneh terus bergema di dalam kepalanya. Murid lain menghindarinya, bahkan beberapa guru curiga bahwa ia adalah pertanda bencana.

Satu-satunya yang percaya padanya hanyalah Lyra, gadis dengan sihir cahaya. Bersama-sama, mereka berusaha menyingkap misteri kekuatan Kael. Namun ketika Gong Eldur berdentum dari utara—suara kuno yang konon membuka gerbang antara dunia manusia dan dunia kegelapan—hidup Kael berubah selamanya.

Dikirim ke Pegunungan Drakthar bersama tiga rekannya, Kael menemukan bahwa dentuman itu membangkitkan Voidspawn, makhluk-makhluk kegelapan yang seharusnya telah lenyap.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sang_Imajinasi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 9 – Bayangan di Pegunungan

Hari-hari setelah dentuman gong terasa berat di Akademi Eldoria. Murid-murid berlatih dengan intensitas lebih tinggi, seolah-olah mereka sedang menyiapkan diri untuk perang. Namun, di tengah semangat itu, tatapan penuh curiga tetap diarahkan pada Kael.

Meski Lyra selalu di sisinya, Kael tidak bisa menutupi rasa asing yang makin tumbuh di hatinya. Semua orang menatapnya bukan sebagai teman, tapi sebagai teka-teki berbahaya.

Malam itu, Master Orlan memanggil Kael kembali ke menara. Di sana, ia menemukan peta tua terbentang di meja batu, dengan garis-garis kuno yang menunjukkan batas dunia Eldoria.

“Pegunungan Drakthar,” kata Orlan, menunjuk ke utara. “Dari sanalah suara gong berasal. Dan kini, laporan dari pengintai kerajaan menyebutkan cahaya merah dan bayangan aneh terlihat di balik puncaknya.”

Kael menatap peta itu. “Kau ingin aku pergi ke sana?”

Orlan mengangguk. “Ya. Kau tidak akan sendirian. Aku akan mengirim Lyra bersamamu, dan dua murid lain yang bisa dipercaya. Ini bukan sekadar latihan. Ini ujian yang akan menentukan apakah kau sanggup menghadapi takdirmu.”

Kael terdiam. Perjalanan keluar dari akademi… sesuatu yang selama ini hanya ia bayangkan. Kini, ia harus benar-benar menghadapinya.

---

Keesokan harinya, Kael berdiri di gerbang akademi bersama Lyra, Soren si pengendali angin, dan Elira si pengendali tanah.

Lyra tersenyum tipis padanya. “Kita mulai petualangan pertama kita.”

Soren menepuk pedang di pinggangnya. “Aku sudah menunggu momen ini. Lebih baik daripada terus mendengar gosip tentang Kael si kutukan.”

Elira hanya menatap Kael dalam diam. Tidak ada kebencian di matanya, hanya kehati-hatian.

Dengan perlengkapan sederhana, mereka melangkah keluar dari gerbang akademi menuju jalan berbatu yang mengarah ke utara.

---

Hari pertama perjalanan terasa damai. Hutan-hutan lebat mengelilingi jalan, dan sinar matahari jatuh menembus celah dedaunan. Burung-burung berkicau, sungai mengalir jernih. Untuk sesaat, Kael hampir lupa pada semua tekanan di akademi.

Namun malam tiba membawa hawa dingin yang menusuk tulang. Mereka berkemah di tepi hutan, dan api unggun kecil menjadi satu-satunya cahaya.

Lyra duduk di samping Kael. “Kau tahu, aku percaya pada kata-kata Master Orlan. Umbra bukan kutukan, Kael. Kau hanya perlu menemukan cara menggunakannya.”

Kael menunduk. “Kau bicara seolah itu mudah. Kau tidak tahu rasanya mendengar suara yang terus membisiki untuk menghancurkan segalanya.”

Lyra menatapnya dengan lembut. “Kalau begitu… biarkan aku jadi pengingatmu. Selama aku ada di sisimu, aku tidak akan membiarkan bayangan itu menguasaimu.”

Kael menoleh padanya. Senyum tipis muncul di wajahnya untuk pertama kali sejak lama.

---

Namun kedamaian itu tidak bertahan. Malam semakin larut ketika suara aneh terdengar dari arah hutan: suara desisan, seperti napas yang tidak berasal dari manusia.

Soren langsung berdiri, pedangnya terhunus. “Ada sesuatu di sekitar kita.”

Elira merapal mantra, menciptakan dinding batu kecil di sekitar perkemahan.

Dari balik pepohonan, muncul makhluk-makhluk berkulit abu-abu, matanya merah menyala, tubuhnya kurus dengan kuku panjang. Mereka berjalan bungkuk, tapi cepat, seperti predator lapar.

Kael mengenali mereka dari catatan Umbra. “Voidspawn…” bisiknya.

Jumlah mereka lebih dari sepuluh, dan semakin banyak yang muncul dari balik gelap hutan.

“Pertama kali mereka muncul dalam tiga abad,” gumam Lyra, ngeri.

Makhluk-makhluk itu menyerang serentak. Soren menciptakan pusaran angin untuk mendorong mereka mundur, Elira menghantam tanah hingga akar-akar menjalar untuk mengikat. Lyra meluncurkan panah es yang menghancurkan kepala salah satu dari mereka.

Namun jumlah mereka terlalu banyak.

Kael merasakan suara Umbra semakin keras di dalam kepalanya. “Biarkan aku keluar. Hanya aku yang bisa menelan mereka semua. Lepaskan aku, Kael.”

Kael berteriak, menahan kepalanya yang terasa hampir pecah.

Lyra menoleh. “Kael! Kendalikan dirimu!”

Tapi ketika salah satu Voidspawn melompat ke arahnya, siap menebas dengan cakar, Kael tidak punya pilihan. Bayangan meledak dari tubuhnya, menjelma menjadi tombak-tombak hitam yang menusuk makhluk itu hingga hancur berkeping-keping.

Bayangan itu meluas, menelan lima Voidspawn sekaligus. Suara teriakan mereka menggema, lalu lenyap ditelan kegelapan.

Hutan seketika hening. Sisa Voidspawn mundur, lalu melarikan diri kembali ke dalam kegelapan.

Kael berdiri terengah-engah, tubuhnya gemetar. Bayangan hitam masih berputar di sekelilingnya, seolah siap menelan segalanya.

Soren menatapnya dengan campuran kagum dan takut. “Kekuatan itu… mengerikan.”

Elira bergumam, “Kalau bukan karena dia, kita sudah mati.”

Lyra mendekat, meletakkan tangannya di bahu Kael. “Kau menyelamatkan kita. Ingat itu, Kael. Jangan biarkan bayangan mengambil semua rasa percaya dirimu.”

Kael menggigit bibir. Ia berhasil menahan Umbra kali ini, tapi ia tahu—semakin jauh mereka menuju utara, semakin kuat bisikan itu akan menjadi.

Dan di balik Pegunungan Drakthar, sesuatu sedang menunggu mereka.

---

1
Anonymous
😍
Sang_Imajinasi: siap jangan lupa supportnya
total 1 replies
Anonymous
lanjut thor
Sang_Imajinasi: siap jangan lupa support
total 1 replies
Anonymous
lanjut
Sang_Imajinasi: siap jangan lupa supportnya
total 1 replies
Ardi
bagus
Sang_Imajinasi: terimakasih jangan lupa supportnya
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!