Maura terpaksa menyetujui ajakan Elvano yang memintanya untuk melakukan pernikahan palsu setelah mengetahui kekasihnya berselingkuh dengan sahabat baiknya sendiri.
Elvano sendiri adalah seorang pengusaha sukses yang masih betah menyendiri karena sedang menunggu kekasihnya kembali. Tekanan dari keluarga membuat Elvano terpaksa harus mengikat perjanjian dengan seorang gadis yang baru saja dikenalnya.
Apakah mereka mampu menjaga rahasia pernikahan palsu mereka, ataukah cinta sejati akan mengubah rencana mereka?
Simak kisahnya yuk!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Red_Purple, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13 : Aku atau kamu yang mendekat?
"Akkhhh...!"
Maura menarik tangannya cepat, lalu menarik selimut dan berlindung di bawah selimut untuk menutupi wajah malunya. Begitupun dengan Elvano, pria itu bergegas bangun dan duduk dengan kaki menyentuh lantai, jantungnya berdegup kencang akibat apa yang terjadi barusan.
"Aku akan mandi duluan!"
Buru-buru Elvano bangun dan masuk kedalam kamar mandi tanpa menoleh ke belakang lagi. Menutup pintu itu dengan rapat dan menyenderkan tubuhnya pada punggung pintu. Matanya terpejam sesaat, napasnya memburu hebat seolah dia baru lari maraton.
"Astaga, ini bahkan baru dua hari setelah kami tinggal sekamar." ucap Elvano dengan nada putus asa.
...------------...
Rani mengetuk pintu ruangan Alex, lalu masuk setelah mendapat persetujuan dari dalam. Ditangannya dia membawa surat pemecatan yang baru saja diberikan oleh papa Alex padanya.
"Papamu tiba-tiba memecatku, aku ingin kamu melakukan sesuatu. Aku masih membutuhkan pekerjaan ini, Lex!" Rina melemparkan surat ditangannya ke atas meja kerja Alex, melipatkan kedua tangannya di dada dengan wajah kesal.
Alex menatap kertas putih itu sekilas, kemudian menatap Rina yang sedang berdiri di depan meja kerjanya. "Kali ini aku tidak bisa melakukan apapun. Papaku sudah mengambil keputusan, itu artinya keputusannya tidak bisa diganggu gugat."
"Tapi, Lex..."
"Semua orang sudah tahu tentang hubungan kita, Rin. Dan Maura sekarang sudah menikah!" Alex berdiri, menghela napas panjang.
"A-apa? Maura menikah?" Rina terkejut dan menggelengkan kepala, lalu tertawa hambar. "Tidak mungkin Maura menikah, aku tahu dia sangat mencintai kamu, Lex."
"Itu dia masalahnya. Papaku sudah berjanji akan menyerahkan tanggung jawab perusahaan ini seutuhnya padaku jika aku sudah menikah dengan Maura, tapi sekarang..." Alex meletakkan kedua tangannya diatas meja dengan sorot mata yang tajam. "Semuanya sudah hancur gara-gara Maura menikah!"
"Kita harus melakukan sesuatu, Rin." Lanjutnya menatap Rina.
Alex masih merasa ada yang janggal dengan pernikahan Maura yang mendadak. Semalam dia tidak sempat bertanya kepada kedua orang tua Maura karena semua orang sibuk menyalahkannya setelah Rio menunjukkan video ciuman antara dirinya dengan Rina.
Rina menurunkan tangannya, menatap Alex dengan wajah gusar. "Apa rencanamu sekarang?"
"Kamu temui Maura dan minta maaf padanya, dekati dia dan cari tahu tentang pernikahannya yang mendadak itu. Aku yakin, Maura menyembunyikan sesuatu," ucap Alex.
"Tapi... Sejak kejadian itu Maura bahkan tidak mau menerima telepon dan membalas pesanku," ujar Rina putus asa.
"Kalau begitu kamu harus berusaha lebih ekstra lagi! Tunjukkan kalau kamu menyesal dan katakan padanya kalau kamu yang sudah menggodaku duluan. Dengan begitu Maura akan memaafkanku." terang Alex.
"Apa kamu bilang?" mata Rina membulat tak percaya. "Aku yang menggoda duluan? Kita melakukannya atas dasar mau sama mau, tidak ada yang menggoda duluan disini!"
"Hei, baby." Alex mendekat, memeluk Rina dari belakang dengan kedua tangan yang melingkar di pinggang wanita itu. "Ini demi kita berdua. Kamu tidak ingin kehilangan rumah dan mobil yang sudah aku berikan bukan?"
"Satu-satunya cara supaya aku bisa mendapatkan posisi jabatan direktur utama di perusahaan ini adalah dengan menikahi Maura. Kedua orang tuaku hanya ingin Maura yang menjadi menantu, itulah sebabnya kamu harus mencari tahu tentang pernikahan Maura yang tiba-tiba itu, apakah dia benar-benar menikah atau hanya pura-pura saja,"
"Tapi kamu mengorbankan aku, Lex." Rina mengerucutkan bibirnya, merasa tidak suka dengan rencana Alex.
"Tidak ada pilihan lain, sayang. Sekarang kamu sudah dipecat dari pekerjaan ini, kamu masih membutuhkan aku sebagai ATM kamu kan?" bisik Alex ditelinga Rina.
Jelas semua itu hanya bualan Alex semata, dia hanya ingin memanfaatkan Rina untuk bisa mendapatkan Maura kembali. Selain ingin segera mendapatkan warisan keluarga, Alex memang mencintai Maura. Dia tidak rela jika Maura sampai menjadi milik pria lain.
"Baiklah," Rina menghela napas pasrah, saat ini dia tidak punya pilihan lain selain memanfaatkan kekayaan Alex supaya dia tetap bisa bertahan hidup tanpa harus bekerja keras. "Tapi aku minta uang dua puluh juta untuk berbelanja,"
"Oke, nanti aku transfer ke rekening kamu." bisik Alex. "Sekarang kamu kemasi barang-barang kamu dan pamitan baik-baik dengan staf yang lain supaya tidak ada gosip yang macam-macam dikantor ini."
Rina menoleh sedikit ke belakang dan melihat Alex tersenyum padanya. "Hem, baiklah."
...------------...
"Soal tadi pagi lupakan saja, aku akan menganggap tidak menyentuh apapun. Lagipula aku tidak bermaksud untuk melecehkan kamu juga,"
Saat ini keduanya sudah memasuki sebuah butik dimana Maura akan memilih gaun yang akan dia kenakan untuk acara gala dinner nanti. Setelah sebelumnya mereka sempat berdebat sebentar saat di dalam kamar tadi karena Elvano memakai pakaian yang terlalu formal, akhirnya Elvano mengalah dan memakai pakaian kasual yang dipilihkan oleh Muara. Dia mengenakan kaos polo berwarna putih yang pas dengan tubuhnya, dipadukan dengan celana jeans yang santai dan sepatu sneakers.
"Aku yang paling dirugikan dalam hal ini," ujar Elvano yang kini berdiri di belakang Maura dimana gadis itu sedang berdiri di depan rak dan sedang memilih gaun yang cocok untuknya.
"Ck, justru tanganku yang jadi menjamah yang tak semestinya." decak Maura tak terima disalahkan. "Lagian kenapa kamu tidurnya dekat-dekat, seperti ranjangmu tidak luas saja," lanjutnya sedikit menyindir.
"Aku atau kamu yang mendekat?" Elvano balik bertanya. "Jelas-jelas bantal gulingnya jatuh dibawah kamu dan kamu yang sudah melewati batas duluan."
Maura merasa malu setiap kali mengingat kejadian didalam kamar tadi pagi, memang dia yang sudah tidur melewati batas yang dia buat sendiri. Bantal guling yang digunakan sebagai pembatas bahkan jatuh di sisi ranjang samping Maura.
"Bukan cuma itu, sejak semalam kamu bahkan sudah meraba-raba tubuhku dimana-mana sampai aku tidak bisa tidur," Elvano semakin ingin mengerjai Maura saat melihat kepanikan di wajah gadis itu. "Kamu menyentuhku dimana-mana, Maura. Sekarang kamu masih ingin menyangkal jika bukan aku yang paling dirugikan dalam hal ini?"
"A-aku tidak ingat soal itu," Maura terlihat gugup, dia memang tidak mengingat apapun seperti apa yang diceritakan oleh Elvano barusan. Mungkin karena semalam dia tidur dengan pulas.
"Aku coba gaun ini dulu!" Maura mengambil asal salah satu gaun dan buru-buru masuk ke dalam fitting room dengan wajah merona malu.
Elvano tersenyum melihat tingkah Maura yang nampak malu itu. Namun perlahan senyum itu memudar beberapa saat setelah tirai fitting room tertutup dengan rapat. Entah kapan terakhir dia bisa tersenyum tanpa beban seperti tadi, sejak kepergian Karina tiga tahun lalu hidupnya tidak berwarna lagi. Hatinya terasa hampa, terasa kosong.
...
...
...
Bersambung...
semua perbuatan yg dipilih ada yg harus dipertanggungjawabkan bukan?
itu jalan yg lu pilih
nikmati aja😏
..pertama dan terakhir😏😏😏
emang kenapa?
kepo deh🤣🤣
mau gak?
🤣🤣
up lagi Thor 😭😭
semangat Thor updatetan ya
selalu ditunggu
mudah mudahan terjadi yg diinginkan 🤣🤣
keguguran ni jgn jgn alesannya