Walaupun identitasnya adalah seorang Tuan Muda dari keluarga Dong yang terkenal di dunia kultivator, tapi Fangxuan menjalani kehidupan yang begitu sulit karena tidak memiliki jiwa martial seperti murid sekte yang lainnya.
Hidupnya terlunta-lunta seperti pengemis jalanan. Fangxuan juga sering dihina, diremehkan, bahkan dianggap sampah oleh keluarganya sendiri.
Mereka malu memiliki penerus yang tidak mempunyai bakat apapun. Padahal, keluarganya adalah keluarga terhebat nomor satu di kota Donghae.
Karena malu terhadap gunjingan orang, tetua sekte Tombak Api mengutus seorang guru untuk melenyapkan nyawa Fangxuan dengan cara membuangnya ke lembah Kematian Jianmeng.
Namun, nasib baik masih berpihak padanya. Fangxuan diselamatkan oleh seorang Petapa tua. Bukan hanya itu, Petapa tua tersebut juga mengangkatnya sebagai murid satu-satunya dan mewariskan seluruh ilmu kanuragan yang dimilikinya.
"Aku akan membalas mereka semua yang selama ini menindas ku. Tunggulah ajal kalian!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lienmachan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 11
Bab 11~Rencana Fu Lao
"AAAAAARRRGGGHHHH. Tolong aku ... tolong aku!"
Semua orang serempak menoleh ke arah sumber suara dan melihat langsung kejadian mengerikan yang membuat mereka bergidik ketakutan.
"Cepat, kita harus pergi dari sini!"
Ternyata, orang-orang yang mengambil benda-benda itu tiba-tiba sedang menggelepar kesakitan di tanah. Lehernya dililit sesuatu seperti lidah namun sangat panjang. Entah hewan apa yang mempunyai lidah panjang seperti itu, karena mereka tak bisa menemukan hewan apapun di sekitarnya.
Hanya sebuah lidah yang berukuran panjang dan juga besar. Setelah lidah itu melilit di leher mereka, di susul datangnya sesuatu yang langsung menempel di wajah mereka dengan sangat lengket.
Tak hanya berhenti di situ saja, sesuatu yang panjang dengan bentuk yang sama pun seketika terjulur ke arah perut dan langsung menembus punggung mereka, menimbulkan lubang besar di sana.
Wuuuuussshhh
Jleb
Kraaaakkkkk
"Whoooaaaa!" Seketika mereka berhamburan melarikan diri.
Semua peserta yang tidak terkena benda-benda aneh itu pun langsung pergi tanpa menoleh lagi. Mereka tidak mau sampai makhluk mengerikan menangkap dan mengambil jiwanya untuk dijadikan penghuni hutan terkutuk ini.
Sungguh, suasana bertambah mencekam setelah mereka memasuki lebih dalam hutan penyerap jiwa ini. Semakin dalam, keadaan hutan semakin gelap. Bahkan, matahari tak bisa menembus ke celah pohon sedikitpun.
Obor yang mereka bawa telah terjatuh karena berlari sangat kencang tadi. Sehingga kini, mereka hanya bisa mengandalkan insting saja untuk bisa menemukan gerbang keluar dari hutan terkutuk ini.
Wush ... Wuuussshhh
Langkah kaki berlarian secepat mungkin agar segera sampai di ujung gerbang. Namun, nampaknya gerbang portal hutan penyerap jiwa masih jauh dari posisi mereka.
"Bagaimana ini?!" Mereka semakin ketakutan dibuatnya kala mendengar suara-suara aneh di telinga.
Suara-suara tersebut tak terdengar jelas namun sangat berisik, mengganggu indra pendengaran. Bahkan, suara tersebut bisa membuat mereka gila karena tak bisa memfokuskan pikiran.
"Aaaaaarrrggghhh!" jeritan histeris kembali terdengar. Mereka yang berteriak seperti orang tidak waras sambil menutup telinga. Setelah itu, mereka tertawa lalu menangis.
Hal itu membuat peserta yang lain segera melangkahkan kaki untuk pergi dari tempat itu, meninggalkan mereka yang sedang mengalami kehilangan akal.
"Cepat ... cepat! Kita harus keluar dari tempat ini sebelum pasirnya habis!" seru mereka sambil berlari diikuti yang lainnya.
Begitupun dengan Fangxuan, Ling-ling dan Lee. Ketiganya berlari mengikuti yang lain agar bisa keluar dari hutan penyerap jiwa ini.
Setelah cukup jauh berlari, mereka berhenti di persimpangan jalan. Ada dua jalur berbeda di depan, kiri dan kanan. Mereka terdiam sejenak sebelum memutuskan untuk melangkah ke depan. Namun, ada juga yang langsung berlari tanpa berpikir harus berjalan menuju arah mana.
Itu semua karena rasa takut yang berlebih ketika mereka melihat kejadian yang mengerikan tadi sampai tak bisa memusatkan pikiran.
"Ke mana kita harus melangkah? Ke kiri atau ke kanan?!"
•
•
•
Sebelum kompetisi diadakan.
Kota Ziushan.
Beberapa pria tua sedang duduk mengelilingi seorang pria muda dengan kehilangan satu tangan akibat pertarungannya. Pria muda itu duduk bersimpuh sembari menceritakan kejadian yang menimpanya seminggu yang lalu.
Seorang pria berumur tiga puluh lima tahun segera menggebrak meja ketika mendengar keseluruhan ceria Mong Gu.
Brak
"Apa? Jadi Yi'er-ku mati di tangan seorang bocah tengik yang tak jelas asal-usulnya! Kau pikir aku akan percaya, heh?!" Fu Lao berkacak pinggang. Wajahnya terlihat merah menahan amarah karena sang istri tewas di tangan seorang pemuda yang bahkan tak memiliki jiwa martial.
Mong Gu menunduk takut. "Aku bersumpah demi nyawaku, Tetua ke tujuh. Semua orang menyaksikan hal itu dan para penduduk justru mengelu-elukan namanya." jelasnya kemudian.
Tetua Mong Hu berdiri menepuk pundak Fu Lao untuk meredam emosinya. "Putraku tidak mungkin berbohong, Adik ke tujuh. Jika kita ingin mengetahuinya dengan jelas, maka kita harus melihat langsung bocah tersebut. Seberapa hebatnya dia sampai bisa melenyapkan Adik Hao."
Fu Lao dan beberapa tetua lainnya terdiam mendengar perkataan Mong Hu.
Benar kata Mong Hu, jika ingin menilai kemampuan seseorang, maka kita harus mengujinya secara langsung. Dengan begitu, kita akan tahu seberapa hebatnya ilmu orang tersebut sampai bisa mengalahkan Hao Yi yang berada di level tujuh.
"Katakan padaku, bagaimana ciri-ciri bocah tersebut?!"
Secara detail, Mong Gu menyebutkan ciri-ciri Fangxuan mulai dari usia hingga penampilannya. Wajah Fangxuan pasti langsung dikenali orang sebab ia memakai topeng yang menutupi sebelah wajahnya. Mereka yakin jika pemuda tersebut memiliki luka sehingga ia menutupi wajahnya, padahal jika dilihat secara langsung, bocah itu memiliki paras tampan rupawan.
"Baiklah. Dengan ciri-ciri yang kau sebutkan itu, aku akan mencari bocah tengik tersebut dan membalaskan dendam Adik Yi'er agar jiwanya tenang di alam sana." pungkas Fu Lao.
Selama beberapa hari mencari, Fu Lao tak dapat menemukan bocah yang dimaksud Mong Gu. Tapi, pria tersebut tak menyerah begitu saja dan menyebarkan beberapa muridnya untuk mencari keberadaan Fangxuan hingga suatu hari ada undangan dari tetua perguruan tengkorak iblis di kota sebelah.
Dengan alasan menjadi juri dalam kompetisi tahunan yang diadakan di kota Zhengwu, Fu Lao berharap bisa menemukan pemuda yang telah membunuh kekasihnya dan merebut kekuatan Hao Yi.
Para pendekar berkumpul untuk mengikuti kompetisi, namun bocah yang melenyapkan Hao Yi justru berdiri di antara kerumunan warga.
Melihat itu, Fu Lao menyeringai penuh arti. Dirinya memiliki rencana untuk melenyapkan Fangxuan dengan alasan kompetisi.
Pria itu memiliki rencana tersendiri untuk menyingkirkan Fangxuan di dalam tahapan ujian kompetisi.
Tahap ujian kompetisi dibagi beberapa tahap dan rintangan tersendiri. Para peserta harus melewati tahapan tersebut agar bisa keluar jadi pemenang.
Tahap pertama: Para peserta harus memasuki Ruang Dimensi bersama tim masing-masing, melewati sebuah labirin, kemudian hutan penyerap jiwa. Jika mereka lolos dari dua tempat itu, maka bisa melanjutkan ke tahap selanjutnya.
Tahap kedua: Setelah para peserta lolos dari tempat sebelumnya, mereka harus melewati terowongan kegelapan yang berada tepat dibawah Gunung Lun, lalu menyebrangi sungai Iblis untuk bisa sampai di tahap ketiga.
Tahap ketiga: Jika sudah menyelesaikan tahap sebelumnya, para peserta harus melewati hutan Gin yang dipenuhi monster martial untuk sampai di gerbang terakhir.
Tahap keempat: Para tetua akan menunggu semua peserta di gerbang terakhir dan memberikan lencana sesuai nomor urutan mereka yang bisa keluar dari ruang dimensi.
Tahap kelima: Beradu kekuatan di hadapan para penonton untuk menentukan apakah mereka cocok untuk menjadi prajurit khusus atau tidak. Tak perduli kekuatan apa yang mereka keluarkan untuk membuat lawannya tumbang atau bahkan mati sekalipun.
Siapa pun yang menang, selain menjadi prajurit khusus, mereka pun berhak atas hadiah yang dijanjikan. Yaitu, Batu Keabadian dan lima puluh batu spirit, atau lima ratus ribu koin perak.
"Hahaha, aku yakin bocah ingusan itu akan mati sebelum sampai ke gerbang terakhir. Dengan begitu, dendam Yi'er-ku terbalaskan." Fu Lao tertawa membayangkan kematian Fangxuan yang mengenaskan di dalam tahapan kompetisi.
Pria itu yakin jika Fangxuan akan gagal dan tewas di dalam sana.
...Bersambung ......
Lanjutkan 👍👍👍