Ima seorang gadis desa yang datang dari kampung ingin mengubah kehidupan keluarganya. Ia bekerja di sebuah mini market sebagi seorang kasir. Disanalah berkenalan dengan seorang pria yang membuatnya jatuh cinta.
Gayung bersambut cinta Ima berbalas. Laki - laki itu ternyata juga menyukai Ima. Hubungan mereka makin hari makin dekat,hingga laki - laki itu melamar Ami menjadi pendamping hidupnya.
Awal menikah hidup Ima berubah,rasanya begitu bahagia karna mendapatkan suami yang begitu perhatian. Tapi bencana itu datang saat ia sudah mempunyai seorang anak,sikap suaminya mulai dingin. Ada apa gerangan yang terjadi? apalagi Ima pernah memergoki suaminya menelpon seorang perempuan dengan kata - kata yang tidak sepantasnya . Apakah suaminya sudah bermain api di belakangnya? Bagaimana kelanjutan rumah tangga Ima dengan suaminya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ima Susanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11
Ima merasa lelah menghadapi teman - teman yang selalu julitin dirinya. Ia juga tidak tahu kenapa Bimo bosnya memilih dirinya jadi sekretaris yang notabene nya anak baru.
Harusnya ia bahagia mendapat kenaikan level,tapi tekanan baik dari teman dan bos membuatnya sedikit tertekan. Tapi apa bila iya ingat Abi dan Uminya ia kembali mendapat kekuatan. Ia harus bisa bertahan demi membahagiakan kedua orang tuanya.
"Iya aku keluar dulu sebentar, kamu handle pekerjaan saya. Jika ada yang mencari saya katakan saja saya keluar lagi ada pekerjaan keluar." pesan Bimo sebelum meninggalkan kantor untuk menemani sang kekasih.
"Baik,pak." jawab Ima patuh.
Tidak lama setelah kepergian Bimo,tidak disangka ternyata papanya datang ke kantor tanpa memberi kabar sama sekali.
"Siang,Ima. Bimonya ada didalam." tanya papa Bimo hendak masuk kedalam ruangan Putranya.
"Maaf pak,pak Bimo baru saja keluar. Katanya ada pekerjaan yang mesti ia kerjakan. " Ima menjawab seperti apa yang Bimo perintahkan pada dirinya.
"Pekerjaan apa?" tanya papa Bimo berdiri di depan pintu.
" Kalau itu saya kurang tau,pak." jawab Ima apa adanya karna memang Bimo tidak mengatakan tentang pekerjaannya.
"Anak itu masih aja seperti itu." gerutu papa Bimo.
"Ada yang bisa saya bantu,pak." ujar Ima sopan.
"Saya ada tugas untuk kamu." ucap papa Bimo.
"Tugas apa,pak?" tanya Ima.
"Kamu harus melaporkan gerak gerik Bimo sama saya. Bagaimana apakah kamu bisa?" tanya papa Bimo serius.
"Tapi bagaimana jika pak Bimo marah,pak?" Ima mengungkapkan ketakutannya.
"Ga bakal,asal kamu hati - hati. Saya juga akan menggaji kamu. Bagaimana? tawar papa Bimo kembali.
" Kalau ketahuan lalu saya di pecat bagaimana pak?" tanya Ima buat berjaga - jaga.
"Kalau kamu di pecat kamu akan bekerja pada saya,jadi kamu tenang saja. Bimo juga ga mungkin memecat kamu,karna di sini masih saya yang pegang kendali." jelas Papa Bimo.
Ima sesaat berpikir apakah ia akan menerima tawaran papa Bimo atau menolaknya. Tapi kembali ia berpikir jika ia juga bekerja pada papa Bimo gajinya akan jadi dua kali lipat. Umi dan Abi pasti bisa aku ajak tinggal disini.
"Baiklah,pak. Kalau begitu saya akan menjalankan perintah bapak." jawab Ima mantap dengan keputusannya.
" Baiklah mulai saat ini apapun yang dilakukan Bimo kamu harus laporan sama saya. Saya berjanji akan melindungi kamu,jadi kamu ga usah kuatir." ucap papa Bimo sambil tersenyum.
"Terimakasih,pak. Saya akan usahakan mengawasi gerak gerik pak Bimo dan melaporkannya pada bapak." ucap Ima.
"Satu lagi tolong kamu buat ia tidak bisa mengabaikan pekerjaan hanya untuk meladeni perempuan - perempuan yang ga jelas itu. Jangan sampai ia berbuat hal - hal yang tidak - tidak dikantor ini." pinta papa Bimo.
"Tapi pak,kalau mereka melakukan diluar bagaimana? itukan di luar kuasa saya." tanya Ima.
"Kalau di luar jam kantor biar jadi urusan saya,jadi kamu hanya bertugas disaat jam kerja saja." ucap papa Bimo menjawab pertanyaan dari Ima.
"Baik,pak." ucap Ima.
"Kalau begitu saya pulang dulu,ingat tugas kamu.!" papa Bimo pergi meninggalkan kantor membuat Ima bisa bernafas kembali.
Aura papa Bimo sangat kuat sehingga Ima sangat merasa takut saat berada didekatnya." Kenapa pak Bimo tidak seperti papanya ya. Sifat mereka sangat berbanding terbalik." gumam Ima setelah ditinggal papa Bimo sambil menghembuskan nafas berat beberapa kali.