NovelToon NovelToon
Sunflower

Sunflower

Status: sedang berlangsung
Genre:cintapertama
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: Wa Yana

Menjadi diri sendiri bukanlah hal yang mudah bagi Sebagian orang bahkan untuk beberpa tidak menyadari dan mengenali dirinya seperti apa. Namun bagi Haikal menjadi diri sendiri adalah versi terbaik dalam hidup yang tidak menuntut diri untuk menjadi terbaik dimata orang lain atau menjadi pribadi yang di inginkan orang lain.
Namun entahlah kedepannya seperti apa, bukankah pikiran orang akan berubah sesuai dengan apa yang ditemukan ke depannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wa Yana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

11 Pertengkaran Anak Kecil

Nia selalu meperhatikan bagaimana lihainya Juan saat di dapur bahkan Ia saat ini hanya bingung memperhatikan dan tidak tahu apa yang harus dilakukannya, begitu dengan Candra yang tampak begitu Lihai saat didapur.

“Lu kesini mau bantu apa liatin doang,..?” tanya Candra dengan nada sarkas.

“Gue mau bantu, Cuma Gue bingung mesti ngapain” Nia tidak bisa mengelak dengan kekakunya melihat aktifitas kedua lelaki yang kini bergelut dengan bumbu dan bahan makanan.

Juan yang sibuk dengan beberapa daging yang Ia bersihkan sedangkan Candra mengurus bumbu yang akan digunakan untuk memanggang dagingnya yang sebelumnya akan dimasak terlebih dahulu.

“Kamu bisa potong sosisnya buat di bakar bentar” Juan memberikan arahan pada Nia

Nia menganggukan kepalanya lalu bergegas mengambil pekerjaan yang telah diarahkan oleh Juan.

“Can, Kok Lu bisa masak, padahal kan Lu punya banyak duit yah?” tanya Nia yang bingung melihat Candra yang tidak tampak berpenampilan seperti anak yang suka mempelajari banyak hal.

“Gue sih bakat yah, udah di lahirin dengan keserba bisaan” jawabnya sembari menaik turunkan sebelah alisnya menampakan wajah sombong.

“Dih Lu pikir Gue percaya, paling jago masak doang Lu” cibir Nia yang kesal melihat tingkah Candra yang menyebalkan.

“Lu lupa kalau Gue juga jago nyanyi” Candra mengingatkan kembali percakapan mereka beberapa hari lalu.

“Lu pikir Gue percaya paling itu telinga si Jigar doang yang nggak benar, terus bilang suara Lu bagus” Nia masih belum menerima tanpa bukti.

“Gue sih nggak mau juga yah nunjukin bakat Gue kesembarang orang” Candra tidak mau kalah dengan cibiran Nia.

“Gue sih percaya kalau Lu punya bakat nge bacot, dari tadi ngomong mulu, terus males gerak, tubuh Lu aja kaya orang yang nggak pernah olahraga, terus liat kulit putih pucat Lu itu, pasti Lu nggak suka kena matahari dan nggak makan makanan sehat iya kan” Nia menelisik tubuh Candra sembari memberikan kritikannya

Candra yang mendengar ulasan Nia tentang dirinya tentu saja kesal, Ia sudah menarik napasnya menyiapkan balasan untuk Nia, jika saja Juan tidak menghampiri keduanya.

“Sini Gue lanjutin, Lu bilangin Jeno buat siapin panggangan, disamping kolam” Juan mengalihkan menggeser tubuh Candra agar lebih menjauh agar tiidak menjangkau Nia.

“Tapi Kak Gue belum selesai, enak aja dia ngatain Gue. Terus ngehina kulit Gue yang bagus ini, asal Lu tau aja cewe-cewe pada mau punya kulit kaya Gue, dan lihatlah lenganku apa tampah seperti orang yang tidak berolahraga” kesal Candra dengan mukanya yang dibuat julid memandang Nia dengan meremehkan.

“Berhentilah jika kalian ingin makan, Atau nggak Gue rebus semua nih makanan jadi satu biar kalian pada sakit perut makanya” ancam Juan pada keduanya.

Candra dan Nia memperhatikan bahan-bahan makanan yang tertata di meja dan membayangkan semuanya tercampur menjadi satu dan direbus bersamaan.

“iyuhh” Nia menggelengkan kepalanya jijik membayangkan apa yang dikatakan oleh Juan.

“Lu mau Gue suapin daging mentah atau kedepan bilangin Jeno” tanya Juan yang melihat Candra yang belum juga beranjak dengan wajahnya yang sudah dibuat jijik.

“Iya, Gue ke depan Kak” jawabnya lalu segera meninggalkan area dapur.

Juan memperhatikan wajah Nia dengann senyum tipisnya, Ia juga kasihan dengan Nia yang harus membayangkan makanan yang menjijikan karena ulahnya.

.

.

Setelah proses masak-masak yang panjang kini mereka berkumpul dihalaman samping rumah Juan dengan suasana beberapa pohon dan kolam serta taman mini yang menyegarkan untuk berkumpul.

“Wah, rasanya nikmat banget setelah pekerjaan kemarin yang melelahkan dan sekarang kita bisa sedikit beristirahat dengan hidangan Juan dan Candra yang luar biasa” puji Riza menikmati susana sore yang menyegarkan.

Mereka tersenyum merespon ucapan Riza yag benar adanya.

“Ayo makanlah, Gue udah lapar seharian ini hanya memakan cemilan” keluah Candra yang menunggu orang-orang untuk menyantap makanan yang telah terhidang.

“Lu laper mulu kayanya” Sarkas Nia

Gisel yang berada disamping candra mengambil sasis yang ada didepanya menyuapkan pada mulut Candra karena hendak membalas ucapan Nia.

“Lu kan yang traktir jadi hidangan pertama harus Lu yang dapet” Senyum Gisel dengan manis yang membuat Candra tidak jadi kesal.

Sedangkan yang lainnya jangan ditanya, bahkan Jigar kini sudah memegangi perutnya karena tawanya yang ditahan.

Ia melihat dengan jelas bagaimana Candra yang selalu menjadi lawan berdebatnya kini mempunyai lawan baru dan ditambah Gisel yang menjadi Counter kekesalannya.

Begitu juga dengan Nia yang puas melihat Candra yang tampak patuh dengan Gisel, sepertinya kini Ia tahu apa kelemahan Candra.

“Wahh masakan kalian berdua emang nggak pernah gagal” puji Riza yang juga ikut menyantap makanan yang ada didepannya.

“Oh iya kalian belum kenal Nia dan Wina kan?” Jeno mengingat bahwa sebelumnya yang kenalan dengan keduanya barulah Ia dan Juan

“Ini Wina, yang ini Nia, mereka teman baru Gue dikelas dan Organisasi Seni” Jigar memperkenalkan temanya.

“Gue Riza dan ini Haikal, kakanya Candra” Riza juga memperkenalkan dirinya dan Haikal.

Nia cukup terkejut melihat penampilan Haikal yang terlihat keren dengan wajah datarnya yang hanya menganggukan kepalanya kepada mereka.

“Lu pasti mikir kan, perbedaan kedua kakak adik ini” Bisik Karin pada Nia yang dijawab anggukan kepala dan senyum canggung pada Haikal.

“Udah nggak usah mikir banyak, mereka emang beda” Jigar mencoba menjawab kebingungan keduaa temanya yang tampak dari raut wajah keduanya.

“Hei apa maksudmu, bahkan kami mempunyai wajah yang cukup mirip” Bela Candra yang kerap digoda oleh temannya dan juga teman-teman kakanya.

Mereka memang mempunyai sedikit kemiripan, namun tidak dengan sifat keduanya yang mana yang satunya begitu berisik dan tidak bisa diiam sedangkan kakanya dengan aura dinginya yang kadang jahil pada teman-temannya saja.

“Menurutku mereka sama saja isengnya, Gue bahkan beberapa kali senam jantung karena keisengannya” Gerutu Gisel dalam hati yang melihat teman-temanya tampak kagum pada Haikal.

“Bagiku mereka tidak begitu beda” Jigar menggaruk kepalanya melihat Haikal yang kini meliriknya dengan wajah datar dan tatapan mengintimidasi.

“Terus kenapa Jigar dengan Candra berteman?” Tanya Wina dengan wajah polosnya. Ia melihat perbedaan karakter keduanya, kenapa bisa mereka memillih untuk berteman.

“Gue akan mengurusnya jika tidak bersama Kak Juan, memangnya siap yang mau berteman dengannya” ejek Candra

“Gue juga suka ngejagain Lu yah, apalgi kalau Lu lagi kesepian karena Kak Haikal yang selalu sibuk dengan kegiatannya” ejek Jigar dengan senyum mengejek

“Sejak kapan Gue bilang kesepian” Candra tidak menerima tuduhan sepihak Jigar

“Gue bisa muter rekaman yang Lu nangis yah, Cuma gara-gara Haikal nggak pulang 2 hari dan Lu nggak ada teman main” ancam Jigar

Candra yang mendengarnya hanya membuka mulutnya dengan lebar, Ia tidak menyangka jika Jigar merekam kejadian tersebut

“hahaha, Lihatlah wajah Candra, sepertinya Ia tidak bisa lagi mengelak” Riza memegang perutnya karena tawanya yang tidak bisa ditahan

Begitu pula dengan yang lain yang tidak tahan untuk tidak menertawakan Candra yang kini terpojok dengan ucapan Jigar.

“Tapi Gue selalu mengurus apa-apa yang kamu tidak ketahui yah, bahkan Gue selalu mau nemenin Lu dan dengerin cerita random Lu tentang alien dan dunia ghoib Lu” Candra juga tidak mau kehilangan momen untuk membuka aib Jigar.

Orang-orang disana tidak bisa berhenti tertawa mendengar pertengkaran dua anak kecil yang selalu menjadi candaan bagi ke empat pria dan kini ditambah ke empat perempuan yang merupakan teman baru dari keduanya.

“Sepertinya kalian sedang mengungkapkan perasaan sayang kesatu sama lain” ejek Jeno yang menambah tawa mereka menjadi semakin pecah

“Gue kaya lagi liatin anak kecil bertengkar, dan saling sayang” Gisel juga memberikan tanggapannya melihat kedua teman barunya tersebut yang begitu lucu menurutnya.

“Sudahlah, Gue nggak mau yah dengar perdebatan kalian sampai pagi” Haikal melerai keduanya yang akan saling mengolok satu sama lain.

Bahkan kedunya akan memiliki energi lebih jika berdebat, entah apa yang terjadi dengan keduanya yang kadang akur dan jika bertengkar seakan musuh bebuyutan yang tidak mau kalah satu ataupun lainnya.

Makan siang mereka yang terbilang sudah cukup sore dan dengan perdebatan-perdebatan yang terjadi membuat mereka tidak menyadari waktu yang kini sudah masuk malam.

“kok udah malam aja yah” Gisel melihat sekitar yang sudah cukup gelap dan mereka masih berada dirumah Juan.

“Lu balik bareng Gue aja, Gue balik ke apart kok” Haikal menawarkan tumpangan pada Gisel yang asik menatap malam luar.

1
ℨ𝔞𝔦𝔫𝔦 𝔞𝔫𝔴𝔞𝔯
orok gak tuh
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!