NovelToon NovelToon
Jerat Cinta Sang Teknisi

Jerat Cinta Sang Teknisi

Status: tamat
Genre:Tamat / Duda
Popularitas:5.1k
Nilai: 5
Nama Author: Deyulia

Jabar, Teknisi senior yang jatuh cinta lagi pada Operator di mesin yang ia pegang. Setelah beberapa tahun menduda, ini kali pertama dia jatuh cinta lagi. Operator baru itu namanya Clara masih muda dan cantik, tapi pemalu.

  Mungkin inilah jalan cinta Jabar yang mulus bak jalan tol. Ketika Jabar memberi tumpangan pada Clara untuk berteduh di rumahnya karena hujan yang lebat, beberapa orang tetangga sempat heran dan curiga. Namun, Jabar tidak kalah gertak, dia mengaku kalau Clara adalah istri barunya yang baru beberapa hari dinikahi.

  Apakah kebohongan Jabar akan terendus massa ataukah ini jalan cintanya untuk yang kedua kali naik pelaminan? Natikan kisah serunya di karya "Jerat Cinta Sang Teknisi".

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Deyulia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 11 Suami Istri Tanpa Malam Pertama

  Clara menaiki tangga setelah menerima instruksi dari Jabar. Jantung Clara tiba-tiba berdegup dengan kencang. Bagaimana bisa dia dengan waktu yang begitu cepat dan tidak disangka-sangka menjadi seorang perempuan yang statusnya berubah menjadi seorang istri?

  Terlebih Clara belum siap sama sekali jika malam ini harus melayani Jabar. Dalam bayangannya, sudah mengenal Jabar saja merasa bahagia, tapi kini giliran sudah sah jadi suami istri, Clara seakan tidak siap harus melayani Jabar secepat itu.

  "Tidak untuk malam ini, aku benar-benar belum siap," batin Clara berkata.

  Tiba di dalam kamar yang ditempatinya beberapa malam terakhir ini, Clara duduk di atas dipan dan termenung. Malam ini merupakan malam yang seakan horor baginya. Sebab Clara belum siap menyerahkan jiwa raga sepenuhnya pada Jabar.

  "Dek, kok melamun? Bersihkan dulu tubuh kamu itu, pasti lengket," tegur Jabar mengejutkan Clara yang termenung.

  Clara mendongak dan menoleh ke arah Jabar yang sudah berada di dalam kamarnya. "Abang." Clara menyahut lalu berdiri. "Abang, tapi, untuk malam ini Cla belum siap untuk melayani Abang," ucap Clara sebelum beranjak ke kamar mandi, dengan polos.

  Jabar menyunggingkan senyum sembari geleng-geleng kepala. "Kamu ke kamar mandi dulu, bersih-bersih. Setelah itu kita makan. Abang menyiapkan dulu semuanya, ya." Jabar keluar kamar dan bergegas ke bawah meninggalkan Clara yang masih mematung. Sejenak Clara merasa tidak enak dengan Jabar, yang selama ini selalu memasakkan untuknya.

  Tapi, kini dia sudah menikah dengan Jabar, lalu apakah dia akan terus berdiam diri tanpa membantu Jabar memasak untuk makan berdua?

  "Susul jangan ya, Bang Jabar ke bawah?" Clara bertanya dalam hati penuh rasa bimbang. Kadung malu, Clara masuk kamar mandi membersihkan diri.

**

 "Dek, ayo, makan. Nasi dan lauknya sudah siap. Sebelum kita tidur, harus makan dulu supaya tubuh kita tidak lapar saat tidur," ajak Jabar seraya menatap Clara dari atas ke bawah. Walaupun menggunakan piyama yang serba tertutup, tidak memudarkan rasa kagum di hati Jabar. Clara justru tambah cantik dan menggoda imannya.

  Mereka akhirnya menuruni tangga beriringan. "Makanannya sudah siap, kamu mau makan di meja makan atau di depan TV?"

  "Di meja makan saja," sahut Clara seraya berjalan mengikuti Jabar. Saat tiba di meja makan, rupanya di atas meja sudah tersaji lauk nasi, walau sederhana tapi menggiurkan.

  "Jangan dilihat saja, apakah kamu tidak suka dengan makanannya?"

  "Suka, Cla suka dengan makanannya," sahut Clara kemudian. Jabar segera meraih piring, lalu mengisi nasi dan lauknya ke dalam piring yang ternyata diperuntukkan buat Clara.

  "Nah, makanlah."Jabar memberikan piring itu di hadapan Clara yang masih terlihat malu-malu, sehingga membuat Jabar gemas.

  "Ayo, dimakan. Jangan ditatap saja, nanti makanannya keburu dingin," tegur Jabar mengagetkan Clara.

  "I~iya, Bang," sahutnya seraya mulai menggunakan tangannya untuk menyuap. Untuk kali ini Jabar menyajikan lauk balado terong dan ikan asin dan sambal dilengkapi kerupuk jengkol. Sungguh nikmat di lidah saat makanan itu dikunyah dan mendarat di lidah.

  Sejenak dalam hati, Clara memuji Jabar yang sejauh ini pandai memasak. Selera rasanya pun hampir sama. Clara berdecak kagum untuk keahlian Jabar di bidang memasak ini.

  "Maaf, abang tidak bisa menyuguhkan lauk yang bagus untuk kamu. Jadi, makanan ini apa adanya. Syukur-syukur kalau kamu suka. Maklum, abang orang kampung, maka seleranya hanya yang begini, sederhana," ujar Jabar merendah.

  "Ini sudah lebih dari cukup, Abang. Cla, justru suka makanan ini, sederhana tapi nikmat. Dan Cla bersyukur sampai hari ini masih bisa makan. Untuk itu ...." Clara tidak menyelesaikan bicaranya, dia terlanjur terharu ditandai kaca-kaca di sudut matanya.

  "Eh, kenapa jadi melow begini? Sudah, kalau kamu memang suka makanannya dan tidak ada masalah dengan lauknya, ayo makanlah. Jangan sedih-sedih seperti itu," sergah Jabar mencoba menghentikan perasaan haru yang bergelayut di wajah Clara.

  "Untuk itu Cla sangat berterimakasih sama Abang, karena ternyata di dunia ini masih ada orang yang peduli sama Cla, selain Bapak dan Ibu," ungkap Cla seraya tidak terasa meneteskan air mata, padahal Clara belum selesai makan.

  Melihat kondisi seperti itu, Jabar sigap berdiri dan menghampiri Clara, lalu memeluknya. Dengan refleks, tangan Clara memeluk pinggang Jabar dan menangis di sana. Untuk beberapa saat baik Clara maupun Jabar, anteng menikmati rasa haru dengan saling berpelukan.

  "Uh, ya ampun, Dek. Padahal kita masih belum selesai makan. Sebaiknya kita makan dulu. Pelukannya, nanti kita lanjutkan di kamar saja."

  "Uhuk, uhuk." Ucapan Jabar barusan direspon batuk oleh Clara, dia seakan baru tersadar sudah memeluk pinggang Jabar saking terbawa suasana.

  Mereka berdua melanjutkan makan malam yang penuh haru itu dengan suasana yang disergap berbagai rasa.

  Setelah makan malam, Jabar dan Clara berjalan beriringan menuju tangga. Dengan perasaan gundah, Clara seperti berjalan tapi tidak menapak. Jabar benar-benar masuk kamar yang sama dengan menggelar bantal di atas kasur itu.

  Clara yang berdiri termenung sungguh bingung harus berbuat apa. "Dek, baringlah. Itu tempat kamu dan ini tempat abang. Tidurlah, malam ini abang tidak meminta jatah sebagai suami, tapi kalau lain kali, kamu harus siap-siap memberi jatah untuk abang," ceplos Jabar tanpa rasa canggung seraya menunjuk kasur tempat baring untuk Clara maupun untuknya.

  "I~iya, Bang." Clara menyahut dengan rasa malu yang begitu besar sembari menaiki dipan dan tidur di tempat yang ditunjukkan Jabar. Mereka akhirnya tertidur saling bersebelahan dengan guling sebagai penghalang.

  Malam berikutnya, masih sama. Mereka tidur satu dipan tapi belum pernah satu jiwa dan raga. Rasanya Jabar sudah tidak tahan dengan keadaan ini. Sebagai lelaki normal yang sudah dua tahun menduda dan tidak pernah menjamah perempuan di luaran sekalipun perasaan ingin itu sempat terbersit, dihadapkan dengan Clara yang cantik dan bening serta masih perawan ting-ting, di sampingnya, tidak ayal membangkitkan hasrat kelelakiannya bergejolak.

  "Ya ampun, kapan aku bisa merasakan madu itu. Sepertinya dua minggu ini gagal mengisapnya, minggu depan juga akan gagal karena kami beda shift. Ahhh, kampret. Gua sudah kagak nahan." Jabar menggerutu dan frustasi, karena minggu depan dia dan Clara tidak satu shift. Gagal sudah niatnya yang ingin meminta jatah itu.

  Jabar meremat rambutnya kasar, saking kesalnya dengan keadaan. "Hati-hati, ya. Kita seminggu ini beda shift, jaga hati dan mata kamu jangan sampai terpana dengan cowok lain di pabrik. Pergilah, Abang tidak bisa mengantar, karena ini jam rawan. Teman-teman kamu bisa melihat kita jika kamu diantar abang," ujar Jabar seraya meraih bahu Clara dan merangkulnya. Ucapannya barusan terdengar takut dan cemburu jika harus melepas Clara.

  Clara tidak mampu menolak rangkulan Jabar yang tanpa disadarinya melabuhkan ciuman di kening Clara penuh rasa cinta.

1
Noviyanti
Ceritanya menarik dan cukup menghibur, alurnya juga bagus. semangat terus authornya
Lina Zascia Amandia: Hehhe... mksh Kak Novi. Karya Kak Novi lebih bagus.
total 1 replies
Noviyanti
eh kok cepet amat udahannya, udah happy ending aja nih.
Lina Zascia Amandia: Iya Kak Nov. Soalnya udah kehilangan ide.
total 1 replies
Noviyanti
syukurlah hardi sadar diri
Teteh Lia
ikut senang untuk kebahagiaan semuanya.
Lina Zascia Amandia: Terimakasih Teh kehadirannya...
total 1 replies
Teteh Lia
ya kan bang... ada yang ngarep lho. ngapain jadi pebinor. ok
Teteh Lia
begitu donk bang Hardi. jangan bermusuhan
Nasir
Bagus, ceritanya pendek gak bertele2.
Teteh Lia
padahal Clara nya juga ga pernah ngerespon bang Hardi kan ya.
Lina Zascia Amandia: Nggak kayaknya Kak...
total 1 replies
Teteh Lia
lagian si Hardi. Maruk banget... udah punya cewe, malah ngincer cewe lain juga.
Noviyanti
hehe kasian si hardi itu
Noviyanti
ya dia udah nikah cuma belom pesta doang di
Noviyanti
wah apa orang itu si hardi ya?
Lina Zascia Amandia: Mungkin..
total 1 replies
Teteh Lia
malah kena skak balik. wkwk
Lina Zascia Amandia: Mksh Teh...
total 1 replies
Teteh Lia
malu ga tuh. udah ngata-ngatain. eh salah ...🤭
Teteh Lia
mereka udah nikah. kali. yang ada elu yang bakal malu.
Noviyanti
hore jeboll juga
Lina Zascia Amandia: Wkwkkwk
total 1 replies
Noviyanti
persiapannya sungguh sangat matang ya, baru pulang jabar maen hajar aja
Noviyanti
wah bisa jadi
Lina Zascia Amandia: Hehheheeh
total 1 replies
Noviyanti
bukan naksir lagi, tapi udah jadi bini bang
Ihda Rozi
lanjut
Lina Zascia Amandia: Ok....
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!