Perjalanan Pulang Menuju Ajal

Perjalanan Pulang Menuju Ajal

Selamat Pagi

Di sebuah perkotaan yang padat ada seorang anak berusia 8 tahun ia adalah ridwan anak dari budi dan aisyah, sejak lahir ridwan dibesarkan oleh kakek dan neneknya karena orang tua ridwan sudah berpisah setelah ibunya ridwan melahirkan. Dan aku di sini sebagai ridwan. 

Aku dibesarkan dan di didik dengan baik oleh kakek dan nenek, aku tidak sedikit pun merasa kesepian atau pun sedih karena kedua orang tuaku tidak pernah datang menjenguk.

Aku adalah anak yang rajin dan ramah dan tidak pernah membuat onar dengan anak-anak lain yang sebaya dengannya, kakek dan nenekku selalu mengajari kebaikan padaku.

 Aku sering di ejek oleh teman-teman karena tidak punya orang tua, tapi aku tidak pernah marah pada teman-teman justru selalu membalas ejekan temanku itu dengan senyuman tulus.

"eh..anak ga punya orang tua ngapain sekolah di sini, mending kamu pindah dari sini!!"hardik sebuah suara dari belakangku. 

"aku punya kakek dan nenek yang baik"jawabku sambil membalikkan badan dan ternyata itu suara yanto teman kelasku di sekolah, dia memang cukup terkenal pembuat onar dikelasnya.

"alah cuma kakek dan nenek apa enaknya"ejek lagi yanto padaku. 

"kalau sudah selesai saya mau pulang duluan ya"balasku lagi terus melangkahkan kaki pergi menjauh.

Aku sudah di didik oleh kakek dan nenek sejak usia balita dan karena keadaan yang menurut orang lain hina tapi tidak bagiku, tetapi itu justru membuatku memiliki pemikiran dewasa sebelum waktunya.

Aku bahagia tinggal bersama kakek dan nenek, tidak kekurangan kasih sayang yang  aku terima dari kakek dan nenek.

Ketika sampai di rumah aku menemui nenek yang sedang berjualan lontong sayur.

"assalamualaikum nek"sapaku pada sang nenek.

"walaikumsalam,eh kamu sudah pulang toh nak kok tumben pulangnya cepat"balas sang nenek padaku sambil melempar tanya.

"iya nek, hari ini ibu guru mau rapat ke sekolah lain, jadi aku pulang cepat"jawabku sambil meletakan tas sekolah di bangku lalu salim pada nenek.

"ya sudah sana ganti baju terus kamu makan"balas sang nenek memintaku untuk makan.

Setelah selesai aku ganti baju dan makan siang aku keluar dari rumah menemui nenek lagi.

"nenek aku bantuin ya"pintaku sambil duduk di bangku dekat nenek.

"kamu sudah mengerjakan tugas sekolah kamu? "tanya sang nenek sambil tersenyum.

"hari ini bu guru tidak memberi tugas sekolah nek, jadi aku bisa bantu nenek jualan"balasku menjelaskan pada sang nenek.

"tidak usah kamu istirahat saja di dalam, kamu kan baru pulang sekolah pasti lelah"pinta sang nenek agar aku mau istirahat.

"aku tidak lelah kok nek, aku bantuin ya nek? "rengekku pada nenek.

"ya sudah kamu duduk di sini saja dulu, nanti kalau sudah ada yang beli kamu ambilkan piring di dapur"perintah sang nenek padaku. 

"iya nek"jawabku singkat sambil menganggukkan kepala.

Selang beberapa lama ada pembeli yang datang, aku dengan cepat bangkit dari dudukku dan pergi ke dapur untuk mengambil piring.

"nek lontong sayurnya 5 ya di bungkus"pinta sang pembeli pada nenek.

"iya mba, ini pakai sambal atau ga ya? "tanya sang nenek pada pembeli.

"sedikit aja nek jangan banyak-banyak sambalnya"balas si pembeli pada nenek.

"ini nek piringnya sudah aku ambilin"ridwan memberikan piringnya pada sang nenek.

"mbanya beli di bungkus nak ga pakai piring"balas sang nenek pada budi yang masih berdiri memegang piring.

"kamu taruh aja piringnya di sana nanti kalau ada yang beli lagi tidak usah ambil ke dapur"tunjuk sang nenek pada meja disebelahku. 

Setelah selesai melayani pembeli, tiba-tiba saat sedang duduk santai ada seorang laki-laki mendekat ke arah mereka jalannya gontai sempoyongan.

Daat laki-laki itu sudah dekat ia berkata pada sang nenek.

"bu ridwan aku ajak pulang kerumah ya,  tinggal sama aku? "pinta lelaki itu pada sang nenek tanpa mengucapkan salam.

"kamu dari mana aja budi, sini duduk dulu ibu buatkan lontong sayur buat kamu ya? "tawar sang nenek pada lelaki itu dan ternyata lelaki itu adalah ayahnya ridwan. 

"ga usah bu saya buru-buru, ayo ridwan ikut ayah kerumah"pinta budi pada ridwan yang masih badannya bergerak kesan kemari.

"kamu jangan paksa anakmu untuk ikut denganmu, kelakuan kamu saja begitu bagaimana nanti kamu urus ridwan? "tanya sang nenek dengan tegas pada ayahku. 

"ibu ga usah khawatir, aku bisa urus ridwan"balas budi dengan suara letoy nya. 

"ga..ibu ga izinkan kamu bawa ridwan, ia juga sudah sekolah di sini"balas sang nenek masih dengan ketegasan.

"ibu jangan larang aku untuk bawa anakku bu? "bentak budi pada sang nenek.

Aku yang melihat hal itu menjadi ketakutan, dan aku lari masuk kedalam rumah. Aku menangis di balik pintu dengan tangan memeluk kedua lutut.

"lihat itu budi anakmu jadi nangis seperti itu? "tegaskan lagi sang nenek pada budi.

"ya sudah kalau seperti ini aku yang ngalah"jawab budi pada sang nenek.

"tapi aku akan kembali lagi untuk mengajak ridwan pulang kerumahku"lanjut lagi budi menegaskan sambil berlalu pergi. 

"iya budi ibu ga akan larang kamu ajak ridwan pulang bersamamu, tapi ibu mohon tidak untuk saat ini"balas sang nenek dengan wajah memelas dan merasa khawatir denganku. 

Setelah kepergian budi ayahnya ridwan, sang nenek masuk ke dalam dan melihat aku yang tertidur dibalik pintu dengan tangan masih memeluk kedua lutut.

Sang nenek mencoba membangunkanku.

"ridwan...nak bangun pindah ke kamar yuk"pinta nenek dengan lembut padaku. 

Aku terbangun mendengar panggilan dari nenek, lalu aku berdiri dan berjalan gontai menuju kamar.

Sang nenek yang melihat hal itu hatinya menjadi sangat tersentuh dengan cucunya, kakek yang baru datang pulang dari bekerja melihat istrinya berdiri melamun di depan kamarku. 

"bu kamu ngapain berdiri melamun di sana? "tanya sang kakek pada nenek.

"eh.. Bapak sudah pulang, ok ga ucapin salam sih? "balas nenek di tambah bertanya pada kakek.

"bapak sudah ucap salam berkali-kali tidak ada jawaban jadi bapak langsung masuk aja"jawab kakek menjelaskan.

"terus ibu ngapain melamun di depan kamar ridwan? "tanya lagi kakek pada nenek.

"itu tadi ada budi ke sini, mau ajak ridwan pulang dengannya"balas nenek menjelaskan.

"ridwan menangis ga mau di ajak pulang sama ayahnya"lanjut nenek menjelaskan.

"ibu jadi kasihan melihat ridwan, orang tuanya sama sekali tidak peduli dengan perasaan anaknya"timpal nenek lagi dengan wajah sedih.

"ibu jangan merasa sedih seperti itu, justru kita sebagai kakek dan neneknya harus memberi rasa kasih sayang pada ridwan"timpal kakek panjang lebar pada nenek.

Terpopuler

Comments

desyaulia wahyuni05

desyaulia wahyuni05

I was very hurt reading it

2024-05-18

0

Nurhasanah

Nurhasanah

lanjut thor

2024-05-06

0

🍾⃝ Nͩɪᷞᴋͧᴇᷡɴͣ🤎

🍾⃝ Nͩɪᷞᴋͧᴇᷡɴͣ🤎

Ini kisah asli author nya kah? Astaga sedih sekali, kenapa orang tuanya Ridwan cerai?

2024-05-01

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!