NovelToon NovelToon
My Teacher My Husband

My Teacher My Husband

Status: sedang berlangsung
Genre:cintapertama / Beda Usia
Popularitas:9.4k
Nilai: 5
Nama Author: Kaikia

Azzalea menyukai gurunya, Pak Dimas. Namun, pria itu menolaknya, bagaimana bisa?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kaikia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Part 11

Azzalea mengakui Pak Dimas yang begitu menjaga pola hidup. Olahraga dan makanan sehat selalu pria itu jaga. Hasil dari pola hidup seperti itu pun tentu terlihat dari kebugaran tubuh yang sang gurunya miliki ini.

Hal baru yang ia ketahui tentang sang guru, bahwa gurunya ini bisa masak lebih dari bubur ayam sebelumnya. Ia mengira bahwa Pak Dimas akan mengajaknya ke restoran untuk makan siang pertama mereka, namun tak disangka Pak Dimas membawanya ke supermarket untuk membeli bahan masakan.

Azzalea senangnya bukan main, padahal belanja bahan makanan sering ia lakukan bersama Rose namun kali ini sungguh berbeda.

Pak Dimas seakan sudah ahli dalam memilih-milih sayuran yang ada, sedangkan dirinya hanya mengangguk mengiyakan sayuran yang dipilih.

“Apa ada alergi yang kamu miliki selain kacang, Azza?”

Ia berpikir sejenak. “Sejauh ini, tidak ada, Pak.”

“Apa kamu suka jamur?”

“Suka.”

“Wortel?”

“Suka.”

“Pakcoy?”

“Suka.”

“Salmon?”

“Suka.”

“Makanan pedas?”

“Suka.”

Pak Dimas menatapnya sejenak setelah memasukkan bahan makanan yang ia tanyakan pada Azzalea.

“Saya orangnya gak pilih-pilih makanan, Pak Dimas. Asal bukan kacang, Pak Dimas boleh masakin saya apa aja” jelas Azza.

“Baiklah.”

***

Pemilihan bahan sayur telah selesai.

“Mau cemilan?” tanyanya yang sejak tadi melihat pandangan muridnya tak jauh dari rak cemilan.

Azzalea tersenyum lebar seraya mengangguk layaknya bocah berusia 5 tahun. Gadis itu berlari kecil dan tampak lucu dimatanya hingga tanpa sadar ia tersenyum melihat hal tersebut sembari mengikuti dari belakang.

Gadis itu begitu senang mengambil beberapa cemilan, namun gadis itu memilih dengan hati-hati.

“Ada apa?”

“Pak Dimas.. saya jarang menfilter cemilan saya.. jadi, bisa Pak Dimas rekomendasikan cemilan yang dapat saya konsumsi?”

Ia melihat rak cemilan. “Kenapa? Kamu merasa segan karena melihat pola hidup saya?”

Gadis itu tersenyum malu. “Saya sedikit tersadar tadi”

“Mau saya buat cemilan saja?” tanyanya seraya mengambil sereal.

“Oh. Saya takut merepotkan Pak Dimas. Ini saja cukup” ungkap Azza yang langsung memasukkan 3 bungkus cemilan ringan ke keranjang belanja.

“Sudah, ini aja, Pak”

“Baik, semau kamu..”

***

Ia memasukkan cemilan itu ke dalam keranjang belanjaan dengan malu-malu. Rasanya entah berapa kali getaran malu ini melanda hingga seseorang datang menghampiri mereke berdua yang hendak mengantri ke kasir.

“Dimas?”

Ia melihat sosok wanita yang datang menyapa Pak Dimas. Dia wanita yang sama dengan yang ia temui di mini market beberapa minggu lalu. Ia tertegun melihat aura yang menyala dari wanita itu, kali ini ia memperhatikannya dengan baik.

Mereka sedikit mengobrol dengan memberi jarak pada dirinya, merasa tidak ingin mengganggu, mau tak mau ia pergi mengambil antrian. Sorot matanya tentu tak lepas dari kedua manusia yang asyik berbincang.

Ia merasa iri namun tidak punya hak untuk melarang. Ia hanya bisa menghela nafas saat giliran pembayaran. Pak Dimas juga telah memberinya kartu debit sebelum ia menjauh dari mereka.

Selesai pembayaran, ia tak mendapati keduanya. “Dunia orang dewasa..” celetuknya kesal seraya mengangkat dua kantong plastik yang begitu berat, sebelum terangkat penuh, seuntai tangan datang meraih.

“Makanya, cepat dewasa”

Ia terperanjat melihat sosok yang muncul tiba-tiba di sebelahnya. “Uncle El?”

“Hallo, cantik”

“Kenapa Uncle ada disini?”

Pria itu mengambil alih semua barang bawaannya. “Ini supermarket, Baby. Siapa aja bisa muncul disini. Mantan juga bisa” ungkap El yang seakan tahu keadaan ponakannya.

“Dimana Rose?” tanya El yang tidak melihat wanita itu disisi Azzalea.

“Aku kesini tanpa Rose”

“Lalu?” tanya El curiga.

Azzalea bingung. Tidak tahu bagaimana menjelaskannya. Ia melihat sekitar, menghindari tatapan penuh mengintemidasi sang paman.

“Sama saya” jawab suara yang datang.

Pak Dimas datang tanpa wanita tadi dengan sorot mata dingin.

“Apa mereka bertengkar?” batin Azzalea.

Kedua pria matang ini saling berhadapan dengan mata yang begitu tajam dan Azzalea berdiri diantaranya.

“Ee.. Uncle El, ini Pak Dimas guru les-ku. Pak Dimas, ini Uncle El, paman saya..” jelasnya berharap menghentikan kesalahpahaman yang akan terjadi.

El langsung tersenyum dan menjulurkan tangannya. “Berhenti berakting, Bocah” celetuknya.

“Eh?”

Azzalea heran. “Uncle kenal Pak Dimas?”

Pak Dimas menyambut uluran tangan itu seraya menepuk bahu El. “Bukankah tatapanku keren tadi?” balasnya.

Mereka melepaskan jabatan tangan.

“Uncle belum pernah cerita ke kamu. Dimas ini, teman Uncle waktu jaman kerja part-time dulu”

***

Pertemuan yang tidak terduga. Selepas berbincang sedikit mereka berpisah. Ia dan Pak Dimas segera kembali pulang. Azzalea yang tadinya hendak membantu Pak Dimas menyiapkan masakan tertolak.

“Kamu duduk aja. Pasti sudah lelah karena belajar.”

Mau tak mau ia menuruti perintah yang terdengar rasa perhatian tersebut. Ia memperhatikan sang guru yang sudah familiar dengan peralatan dapur.

“Pak Dimas, gimana bisa kenal Uncle El?” tanyanya penasaran seraya duduk bertopang dagu di pantry.

Pak Dimas memotong tomat begitu lihai. “Saya tidak terlalu ingat bagaimana awal pertemuan kami, tapi saat itu kami hanyalah dua pemuda yang sama-sama berjuang"

Sulit dimengerti tapi ia harus mengerti kalimat rumit Pak Dimas. Ia menggigit bibir bawahnya, ragu akan hal yang ingin dirinya sampaikan. "Apa Pak Dimas juga mengenal ibu saya?"

Pak Dimas menghentikan sejenak potongan sayurannya lalu menatap Azzalea. "Tidak"

Azzalea diam tidak berminat bertanya lagi. Walau bersikap acuh tak acuh pada sang ibunda, tentu masih ada terbesit dalam benaknya yang ingin mengetahui masalalu sang ibunda.

Dulu ia pernah menanyakan sekali tentang sang ibunda pada El, tapi pria itu dengan tegas tidak ingin memberitahunya.

"Masalalu ibumu terlalu hancur untuk diceritakan. Kau hanya perlu hidup bahagia tanpa memikirkan wanita itu " tegas El kala itu.

***

1
Kia Kai
/Coffee//Cake/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!