Si bos membuat aturan tidak boleh berpacaran ditempat kerja.
Tapi bagaimana jika bos itu sendiri yang melanggar aturan tersebut?
Bahkan si bos itu sendiri jatuh cinta pada sang sekretaris cantik yang baru saja direkrut. Akhirnya si bos pun memutuskan untuk pacaran secara sembunyi-sembunyi ditempat kerja.
Penasaran? ikuti yuk, dan baca ceritanya di sini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pa'tam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 11
Abbey pulang lebih dulu dari sang bos, ia tidak peduli, yang penting pekerjaan nya sudah selesai. Dan juga waktu jam pulang kerja sudah tiba.
Abbey melangkah masuk kedalam lift karyawan, dari lantai 20 hanya dia sendiri yang masuk lift.
Namun bila lift sampai di lantai lain, barulah karyawan lain masuk. Saat di lantai bawah, momen yang paling ingin Abbey hindari adalah bertemu Mustika.
Tapi sekuat apapun ia menghindar, tetap saja bertemu. Abbey berjalan cepat menuju parkiran, berpura-pura tidak melihat Mustika.
"Wah-wah, anak miskin," ucap Mustika. Para karyawan pun menghentikan langkah mereka dan melihat Mustika menegur Abbey dengan cara tidak wajar.
"Belagu ya kamu sekarang?" tanyanya sambil menarik rambut panjang Abbey dari belakang. Sehingga Abbey mendongak.
"Lepas, sakit!" ucap Abbey. Para karyawan hanya menyaksikan, mereka semua berkumpul.
"Ada apa ya, mengapa mereka berkelahi?" tanya karyawan 1.
"Gak tahu juga, sepertinya ada dendam lama diantara mereka," jawab karyawan 2.
"Bukankah itu sekretaris si bos?" tanya karyawan 3.
"Iya, pengganti Mustika yang sombong itu, akhirnya menjadi cleaning service. Malu gak tuh, mau masuk ke perusahaan cuma mengandalkan orang dalam," kata karyawan 4.
"Berarti rumor itu benar?" tanya karyawan lainnya.
Karyawan 4 pun mengangguk, mereka jadi bergosip tentang Mustika. Beberapa karyawan tidak menyukai sifat Mustika yang terkesan sombong.
Abbey yang dijambak rambutnya tidak tinggal diam, ia menginjak kaki Mustika. Hingga Mustika menjerit. Tidak sampai disitu, Abbey juga menendang kaki Mustika.
Mustika tentu saja kesakitan, kemudian Abbey segera pergi dari situ. Dan segera menaiki motor miliknya.
Para karyawan masih terdiam mematung melihat ke bar baran Abbey. Yang lain tidak ada yang berani melawan Mustika dengan cara ekstrim seperti itu.
"Ada apa ini?" tanya suara bariton penuh penekanan.
Mereka semua menoleh kearah suara dan langsung menunduk hormat. Mereka segera membubarkan diri tanpa menjawab pertanyaan dari sang bos.
Alvaro melihat Mustika yang jingkrak-jingkrak kegirangan, kesakitan maksudnya. Alvaro kemudian melihat Abbey yang baru keluar dari parkiran dengan mengendarai sepeda motornya. Alvaro mengerti jika pelakunya adalah Abbey.
"Sebenarnya apa masalah kalian?" gumam Alvaro.
"Tuan berbicara sesuatu?" tanya Dary.
Alvaro menoleh, "kepo." Kemudian ia melanjutkan langkahnya menuju mobil.
Dary garuk-garuk kepala bingung, tiba-tiba bos nya mengatakan dirinya kepo. Lalu berlari kecil mengejar bos nya itu.
Alvaro memasuki mobil mewahnya, kali ini ia akan pulang ke apartemen. Dary dengan setia mengikuti bos nya dengan mobil yang berbeda.
Abbey terus melajukan motornya tanpa menghiraukan kiri kanan. Ia hanya fokus kedepan, walau sesekali melirik ke spion motornya.
Abbey memarkirkan motornya, kemudian ia membantu Mamanya di warung. Ternyata sang mama hendak menutup warungnya.
"Ma, udah mau tutup ya?"
"Iya nih, tadi ada beberapa orang yang tidak kebagian."
Abbey pun tidak bertanya lagi, ia hanya membantu sang mama. Menyusun kursi dan meja. Kemudian menutup pintu warung miliknya.
"Mungkin kedepannya aku akan sibuk, jadi tidak bisa bantu mama."
"Gak apa-apa, kerja yang benar biar disayang oleh bos."
"Bos aku baik kok ma, hanya dingin kaya kulkas."
"Tampan gak, gagah?"
"Ma, masa itu yang ditanyain. Kaya gak ada pertanyaan lain aja."
"Ya mana tau kamu kepincut sama bos ditempat kerja?"
"Ma, tidak mungkinlah. Tempatku bekerja tidak boleh pacaran, itu sudah menjadi peraturan perusahaan."
"Yuk pulang, mama harus masak untuk makan malam."
Dari kejauhan ada seorang pria paruh baya sedang memperhatikan mereka. Setelah Abbey dan Sunita pergi dari warung, pria itu juga pergi dengan mobilnya.
Sudah hampir sebulan ini pria paruh baya itu memperhatikan Abbey dan Sunita. Setiap sore saat Sunita hendak menutup warungnya.
Sementara Alvaro baru saja tiba di apartemen miliknya. Ternyata didepan pintu sudah ada Desi menunggu. Karena Desi tidak tahu kata sandi apartemen tersebut.
Alvaro sudah mengganti kata sandi apartemen miliknya itu. Dengan gaya centilnya Desi menghampiri Alvaro dan menggandeng lengan Alvaro.
"Ngapain kemari?" tanya Alvaro.
"Aku ingin menginap disini," jawab Desi.
"Ya sudah masuklah." Alvaro membuka pintu apartemen tersebut. Kemudian menyuruh Desi masuk.
"Ini kamarmu." Desi mengangguk. Alvaro pun masuk kedalam kamarnya.
Saat Desi ingin menyusul Alvaro, pintu kamar Alvaro sudah tertutup dan terkunci. Desi mengepalkan tangannya kuat.
Merasa kecewa, iapun masuk kedalam kamarnya. Desi menghempaskan tubuhnya diatas ranjang. Ia memikirkan rencana untuk menjebak Alvaro.
Desi tersenyum smirk saat membuka tasnya dan melihat ada serbuk putih yang bisa membuat orang linglung untuk beberapa jam.
Sementara Alvaro langsung masuk kedalam kamar mandi. Alvaro juga memikirkan cara untuk menghindari wanita itu.
Setelah selesai mandi, iapun berganti pakaian. Tanpa sepengetahuan Desi, Alvaro keluar dari apartemen. Tadinya ia ingin menginap di apartemen, tapi ia urungkan.
Alvaro menemui Dary terlebih dahulu, tanpa mengetuk pintu, Alvaro masuk kedalam apartemen milik Dary. Kebetulan Alvaro tahu kata sandi apartemen Dary.
"Ngapain kemari?"
Alvaro tidak menjawab, malah duduk di sofa dengan santai. Alvaro menyandarkan tubuhnya disandaran sofa. Dary duduk disampingnya.
"Ada apa? Tidak mungkin jika tidak ada apa-apa?"
"Lagi bad mood. Aku ingin pulang ke mansion saja, gak jadi menginap disini."
"Kamu harus hati-hati, jangan beri celah wanita seperti itu. Nanti kamu sendiri yang susah. Walaupun dia sepupumu, keponakan mamamu, tapi bukan berarti dia bisa seenaknya."
"Aku juga gak tahu. Sebab itulah aku menghindar darinya."
Dary menghela nafas, "jangan sampai dia berbuat nekad. Bisa saja dia akan menjebak mu."
"Kamu benar, terima kasih. Kamulah sahabatku satu-satunya."
"Gak usah lebay, aku ini bawahanmu."
Alvaro tidak menjawab, ia bangkit dari duduknya dan berjalan ke pintu. tanpa berpamitan ia langsung keluar dari apartemen Dary. Dary hanya menghela nafas lalu menggelengkan kepalanya.
Alvaro masuk kedalam lift, tiba dibawah ia langsung masuk kedalam mobil. Hari sudah mulai gelap ketika ini. Saat ia melewati masjid terdengar suara adzan berkumandang, iapun menghentikan mobilnya.
"Aku sudah lama tidak menghadap Mu Ya Allah." gumam Alvaro.
Dengan langkah pasti Alvaro menuju masjid tersebut. Alvaro pun menuju tempat wudhu di masjid tersebut.
"Ya Allah ampuni dosaku," batinnya.
Kemudian iapun memulai mengambil wudhu. Alvaro berdiri dijejeran orang-orang yang hendak sholat. Setelah sholat Maghrib selesai, Alvaro pun bersalaman dengan orang yang ada didekatnya.
"Sudah pulang?" tanya Ardina saat melihat Alvaro baru masuk kedalam mansion.
"Tadinya ingin menginap di apartemen, tapi tidak jadi."
"Ada Desi?" tanya Billy. Alvaro mengangguk.
"Tadi dia kemari, dan mama bilang mungkin kamu di apartemen," kata Ardina.
"Ya sudah, aku ingin istirahat," kata Alvaro.
Alvaro pun melangkah pergi dari situ. Ia capek harus berhadapan dengan Desi. Wanita yang selalu mengejarnya sejak dulu.
teirma kasih sdh memberikan kita kisah ini...
kisah yg memberikan semangat untuk para wanita di luar sana supaya kuat menghadapi rintangan apapun di kehidupqn nyata...
terima kasih sakali lagi dan terus semangat thor...
kasar bangat kata2nya
ini ada sedikit gado2tu mama mu itu LBH bagus dr PD kata2sisa