Cinta Itu Luka

"Tolong, Rizky mengancam untuk bunuh diri dan sepertinya hanya Nayla yang bisa membujuknya."

Rita ingin mengabaikan perkataan orang sudah menganiaya batin anaknya. Namun, tidak lama kemudian Nayla, Baskara dan sang ayah keluar karena mendengar suara idaman tangis dari dalam dan membuat mereka penasaran dengan apa yang terjadi.

Mata Nayla membola saat melihat mantan mertuanya apalagi wanita paruh baya yang tampak angkuh itu sedang menangis dengan memegangi kedua tangan ibunya, sedangkan Widya senang melihat kehadiran mantan istri putranya.

"Ada apa, Bu?" tanya Nayla kepada ibunya.

"Nay, tolong, Nay ... Hanya kamu yang bisa menolong Rizky saat ini," ungkap Widya sembari meneteskan air matanya.

Rizky yang baru saja mendapatkan status duda tidak terima dengan kenyataan yang ada. Dia mengancam kedua orang tuanya untuk menghilangkan nyawanya jika tidak membawa wanita yang dia cintai, yaitu Nayla.

Wanita itu melipat kedua tangannya di dada dan menghembuskan napas panjang. Apalagi sekarang? Hidupnya tidak pernah Damai walaupun sudah resmi menjanda. Widya bahkan berlutut di hadapan semua orang memohon agar menyelematkan nyawa putra, kesayangannya itu.

"Nayla! Ibu tidak mengizinkanmu untuk pergi ke sana."

Semua orang terkejut dengan apa yang di katakan oleh ibu kandung Nayla itu. Terlebih Widya yang terus memohon kepada Rita untuk membiarkan mantan menantunya itu untuk bertemu dengan Rizky walaupun hanya sebentar saja.

"Kenapa kalian membutuhkan anakku yang sudah kalian cemooh? Biar saja laki-laki itu mati! Aku tidak peduli."

Tangis Widya semakin histeris mendengar ucapan mantan besannya. Ayah Nayla membujuk sang istri yang keras kepala untuk membiarkan Nayla pergi sebentar.

"Baskara akan pergi bersama dengan Nayla, Bu. Jadi, jangan khawatir." Lelaki itu juga ingin melindungi wanita yang berdiri di sampingnya.

Mendengar ucapan lelaki tinggi menjulang itu, hati Rita sedikit luluh dan mengizinkan putri sulungnya untuk pergi ke rumah kontrakan mereka. Di depan rumah kontrakannya yang kecil sudah ramai dengan beberapa orang. Mereka juga mencoba untuk membujuk Rizky agar tidak melakukan hal gila.

"Nay, sebaiknya aku tunggu di luar. Aku tidak ingin memperburuk keadaan jika Rizky melihatku." Nayla mengangguk setuju.

Wanita muda itu melangkah masuk menerobos beberapa orang dan melihat sang suami dengan memegang sebuah benda tajam di tangannya. Senyum Rizky mengembang saat melihat kedatangan mantan istrinya.

Nayla melihat mantan suaminya dengan tatapan jijik. Dia tidak mengira bahwa ayah kandung Kiara adalah seorang lelaki yang memiliki pikiran dangkal. Wanita berambut panjang itu melangkah perlahan mendekati lelaki itu.

"Mas ... Kamu mau ngapain?" tanya Nayla dengan hati-hati.

"Nayla ... Nayla ... Nayla sayang," rintih Rizky yang bertingkah seperti orang mabuk.

Dugaan Nayla tepat sekali, semakin dia mendekati lelaki itu semakin kuat dia mencium bau alkohol yang tercium dari mantan suaminya. Kepalanya langsung terasa pening saat mencium bau menyengat itu. Wanita muda itu semakin mengutuk mantan suaminya dalam hati.

Wanita muda itu berhasil mendekati mantan suaminya dengan jarak mungkin sekitar satu meter. Dia berlutut, mensejajarkan tubuhnya dengan lelaki yang duduk di sudut ruangan rumah kecil ini. Nayla mencoba untuk menyadarkan suaminya dan memberikan pisau itu kepadanya. Namun,, lelaki itu menatap tajam Nayla sehingga membuat bulu kuduknya berdiri.

"Apa kita tidak mungkin bersatu lagi? Demi Kiara, Nay," lirih Rizky.

Nayla menghembuskan napas panjang. "Tidak bisa, Mas. Aku sudah tidak mencintaimu lagi. Dan perceraian ini aku lakukan demi Kiara."

Rizky tidak mengerti maksud dari ucapan mantan istrinya? Bukankah Kiara malah menjadi korban keegoisan orang tuanya? Kenapa wanita yang ada di hadapannya ini malah mengatakan semua demi Kiara?

"Aku tidak mau Kiara malah melihat pertengkaran kita jika kita masih terus bersama. Aku tidak bisa hidup dengan lelaki yang tempramental seperti kamu, Mas," ungkap Nayla.

Lelaki yang ada di hadapannya terlihat sedang hancur. Mereka berdua sama-sama hancur karena tidak bisa menjaga janji sakral yang sudah mereka buat empat tahun yang lalu. Nayla masih mencoba untuk meminta pisau yang ada di tangan mantan suaminya.

Dia terus berbicara mengajak lelaki itu untuk mengobrol agar dia bisa mengambil pisau itu dari tangannya. Rizky masih saja meracau mengatakan bahwa dia tidak bisa hidup tanpa Nayla dan Kiara. Namun, dengan adanya peristiwa ini semakin membuat Nayla yakin dia sudah mengambil keputusan yang tepat.

"Kamu ngapain sih Mbak bawa pengacara itu ke sini?" celetuk Lia, adik kandung Rizky.

Nayla menahan napasnya saat mantan adik iparnya mengatakan hal itu, sontak membuat Rizky semakin mengamuk. Wanita muda itu mencoba menenangkan mantan suaminya yang semakin meracau kemana-mana.

Ayah dan ibu Rizky menarik tangan anak bungsunya selalu membuat masalah semakin keruh, semua orang langsung berteriak hati-hati kepada Nayla. Hal itu membuat Baskara yang sedang menunggu di depan menjadi sangat khawatir. Dia sudah menelepon pihak berwajib saat Nayla masuk ke dalam, tapi mereka tak kunjung datang.

Lelaki itu semakin gelisah, dia ingin masuk ke dalam tapi dia tidak ingin kedatangannya malah memicu Rizky untuk melakukan hal yang lebih gila. Namun, dia sudah berjanji dengan ibu Nayla untuk menjaga wanita muda itu.

"Katakan kepadaku yang sejujurnya, Nayla! Kami mencintai laki-laki itu?" bentak Rizky dengan mengarahkan pisau tajam itu ke arah wanita yang sedang berlutut itu.

Nayla mengangkat kedua tangannya, jantungnya berdegup kencang. Keringat dingin mulai berkeluaran membasahi tubuhnya. "Mas Rizky, tenang dulu, oke? Dia hanya pengacara yang membantu gugatanku. Hanya itu!"

"Kalau aku tidak memilikimu, begitu juga dengan dia!"

Semua orang berteriak saat Rizky mengarahkan pisau yang tajam itu ke arah Nayla. Baskara tidak tahan lagi, lelaki bertubuh kekar itu menerobos masuk ke dalam dan melihat Rizky yang hendak menikam wanita itu. Dengan cepat, Baskara menarik tangan Nayla sehingga membuat nata pisau itu mengenai lantai.

Melihat dia gagal menikam mantan istrinya, membuat lelaki itu semakin marah. Dia mulai menyerang Baskara, untung saja lelaki itu ahli dalam bidang karate jadi dia bisa melawan Rizky yang amarahnya sedang membabi buta.

Semua orang sudah histeris dan membantu meringkuk Rizky agar tidak berulah, Widya yang melihat putra kesayangannya menjadi gila jatuh pingsan. Lia dan sang ayah mencoba untuk membawa wanita paruh baya itu ke tempat yang aman.

Tidak lama kemudian, pihak berwajib datang dan berhasil mengamankan Rizky dengan barang bukti sebuah pisau di tangannya. Lelaki itu langsung di amankan di kantor polisi. Nayla mencoba mengantur napasnya yang terlihat ngos-ngosan karena kejadian ini.

"Kamu baik-baik saja, Nay?" tanya Baskara mencemaskan keadaan wanita itu.

Nayla hanya mengangguk, dia tidak sanggup mengeluarkan sepatah kata apapun dari mulutnya.

—bersambung—