Susah payah Jasmine berjuang meluluhkan hati Juna, pria yang terkena kaku dan sangat sulit di dekati wanita mana pun. 2 Tahun berjuang hingga akhirnya dia dan Juna resmi menjalin hubungan. Jasmine pikir, dia telah berhasil mendapatkan hati Juna, menjadi satu-satunya wanita yang menempati hatinya.
Namun ternyata anggapannya salah besar, sebab ada seseorang di masa lalu yang mampu bertahta di hati Juna selama bertahun-tahun lama. Jauh sebelum Jasmine mengenal Juna.
Di saat Jasmine dan Juna sudah menikah, Tiba-tiba sosok wanita di masa lalu Juna muncul kembali dan mengalihkan semua perhatian Juna. Haruskah Jasmine meneruskan pernikahannya, atau melepaskan Juna begitu saja setelah melewati perjuangan yang sulit.?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Clarissa icha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11
Pagi-pagi sekali Juna sudah mengeluarkan mobilnya dari garasi. Hari ini Mama Dewi meminta menginap di rumah Jihan, Juna yang akan mengantarkan Mamanya sekalian berangkat ke perusahaan. Jasmine juga sudah bersiap ikut di mobil suaminya, sebab Juna menawarkan diri untuk mengantarnya. Tentu saja Jasmine tidak menolaknya. kapan lagi bisa berangkat kerja di antar oleh suaminya. Pasalnya akhir-akhir ini Juna sangat sibuk.
Jasmine menghampiri suaminya. Juna tampak ingin membukakan pintu depan untuk sang istri, namun Jasmine menolak dengan isyarat gelengan kepala.
"Biar Mama yang duduk di depan Mas, aku di belakang saja." Kata Jasmine. Senyumnya di wajahnya terukir, sangat teduh dan memancarkan aura positif. Jasmine bukannya ingin mencari muka pada suami atau Mama mertuanya dengan berbuat baik dan pengertian, tapi pada dasarnya sikap Jasmine memang seperti itu jika sudah meyayangi seseorang dan mengganggapnya bagian dalam hidupnya. Sebisa mungkin dia memperlakukan orang-orang disekitarnya dengan penuh ketulusan, kasih sayang dan pengertian.
"Ya sudah,," Juna mengurungkan niat membuka pintu depan. Dia beralih ke belakang, membukakan pintu untuk Jasmine dan sempat mengusap pucuk kepalanya sebelum menyuruh Jasmine duduk di kursi belakang.
Juna melajukan mobilnya meninggalkan rumah, di sebelahnya sudah ada Mama Dewi. Beliau sempat menolak saat diminta duduk di samping kemudi, merasa tidak enak pada sang menantu yang harus duduk di belakang. Namun Jasmine menyakinkan Mama Dewi supaya tetap duduk di depan. Sebab setelah mengantarkan Mama Dewi ke rumah Jihan, Jasmine masih bisa duduk di samping Juna untuk pergi ke perusahaan.
"Tidak terasa pernikahan kalian sudah 3 bulan." Mama Dewi membuka obrolan. Dia melirik anak dan menantunya bergantian karna mereka berdua yang sedang di ajak bicara.
"Iya Mah, rasanya baru kemarin Jasmine berdiri di pelaminan, kaki sampai bengkak sebelah." Seloroh Jasmine sambil terkekeh.
Juna melirik Jasmine dari kaca spion, memperhatikan ekspresi wajah sang istri yang tampak berbinar ketika mengingat hari pernikahan mereka. Sejak awal Juna tak pernah menampik perasaan Jasmine. Juna sendiri bisa merasakan ketulusan dan besarnya perasaan cinta Jasmine terhadapnya. Istrinya itu benar-benar sangat tulus. Dia mencintai tanpa syarat. Mencintai tanpa menuntut untuk di cintai.
"Momen bahagia seperti itu pasti sangat melekat, jadi selalu terasa baru kemarin." Sahut Mama Dewi. Wanita paruh baya itu sedikit menoleh kebelakang, menatap menantu idamannya.
"Kalian tidak menunda memiliki anak kan.?" Tanyanya hati-hati.
Juna tersedak, namun secepat kilat menyingkirkan kegugupannya dengan berdehem. Dia kemudian menggelengkan kepala, menjawab pertanyaan Mamanya.
"Justru Jasmine ingin segera punya anak Mah. Do'ain Jasmine agar segera hamil dalam waktu dekat ya." Ucap Jasmine. Sadar bahwa ucapannya tidak di harapkan oleh Juna, Jasmine memilih tidak melirik Juna.
"Maaf ya Nak, Mama tidak bermaksud mendesak kamu agara segera memiliki anak. Hanya saja kalau memang ingin menunda, Mama harap kalian bisa terbuka." Ujar Mama Dewi tak enak hati pada menantunya. Khawatir sang menantu merasakan di desak agar segera melahirkan cucu untuknya.
"Syukurlah kalau kali tidak menundanya. Tentu saja Mama selalu berdo'a agar menantu Mama segera hamil." Mama Dewi meraih tangan Jasmine dan mengusapnya sebentar, lalu kembali merubah posisi menghadap depan.
Jasmine menghela nafas, dia membuang pandangan ke luar jendela. Rasanya masih ada yang mengganjal setiap kali membahas soal anak. Sebab Jasmine tidak sepenuhnya setuju untuk menunda. Tapi dia bisa apa selain patuh pada suaminya.
...*******...
"Kamu itu bagaimana Jun, menghamili Jasmine saja tidak becus." Seloroh Jihan bercanda.
Pembahasan soal kehamilan rupanya berlanjut ketika mereka tiba di kediaman Jihan. Wanita itu sebenarnya hanya bertanya saja, apakah adik iparnya sudah hamil atau belum. Sekedar ingin tau karna sangat menantikan kabar bahagia dari Juna dan Jasmine.
"Jihan, kamu itu bicara apa. Hamil itu kehendak Tuhan," Tegur Mama Dewi pelan. Jihan juga mendapat tatapan teguran dari Shaka, menunjukkan bahwa dia tidak suka mendengar sang istri bicara seperti itu.
"Iya maaf. Mba cuma bercanda Jasmine, jangan di ambil hati ya." Jihan mengusap punggung Jasmine yang duduk di sebelahnya.
"Jasmine, kita harus berangkat sekarang." Juna beranjak dari duduknya. Raut wajahnya tampak lebih datar dari biasanya. Hanya Jasmine yang bisa merasakan bahwa suaminya sudah tidak nyaman dengan obrolan tadi.
Tanpa berniat menolak, Jasmine segera pamit pada Mama mertua dan kedua kakak iparnya. Jasmine segera menyusul Juna yang sudah lebih dulu meninggalkan ruang keluarga.
"Mas Juna marah.?" Tanya Jasmine ketika mereka sudah keluar dari rumah Jihan.
Juna menggeleng. "Kamu baik-baik saja.?" Dia justru balik bertanya pada Jasmine. Mungkin Juna sempat melihat sorot kesedihan di mata Jasmine ketika Jihan menyinggung soal anak. Jadi ingin memastikan perasaan Jasmine.
Jasmine tersenyum samar. "Bohong kalau aku bilang baik-baik saja. Rasanya aku ingin menangis sekarang juga." Ujarnya kemudian terkekeh kecil untuk mencegah air matanya agar tidak tumpah.
Helaan nafas keluar dari mulut Juna. Pria itu lantas menggandeng Jasmine dan mengajaknya masuk ke dalam mobil.
"Nanti kita bicarakan lagi masalah ini." Kata Juna. Jasmine hanya mengangguk singkat.
...*******...
Raut wajah Jasmine terlihat kusut. Dia mengalami sedikit kendala saat menganalisis kondisi keuangan perusahaan.
Merasa tidak bisa memecahkan sendiri, Jasmine segera menghubungkan telfonnya ke ruang kerja Dion.
"Hallo. Kak Dion sedang sibuk tidak.? Aku mengalami sedikit kedala. Kaka Dion bisa ke ruanganku.?" Nada bicara Jasmine terdengar putus asa dan sedikit memohon.
"Baik, aku kesana sekarang." Jawab Dion di seberang sana.
Tidak sampai 5 menit, Dion sudah datang ke ruangan Jasmine. Pria itu berdiri di samping tempat duduk Jasmine, badannya sedikit membungkuk dengan satu tangan yang bertumpu pada meja untuk menopang tubuhnya.
"Dibagian mana masalahnya.?" Tanya Dion seraya mengamati data laporan keuangan perusahaan.
"Yang ini," Jasmine menempelkan telunjuknya pad layar laptopnya.
Dion langsung mengamati laporan keuangan itu dengan sangat serius, dahinya seketika berkerut.
"Kita pindah ke sofa saja, sepertinya bukan masalah sederhana." Ajak Dion. Jasmine mengangguk setuju. Dia membiarkan Dion membawakan laptopnya dan berpindah ke sofa.
"Kamu sangat teliti dan peka. Sepertinya seseorang mencoba menggelapkan dana perusahaan." Komentar Dion setelah beberapa saat menganalisis laporan keuangan dan mencocokkannya dengan data milik Jasmine.
"Benarkah.? Apa orang-orang seperti itu ada di perusahaan ini.?" Jasmine tampak tak habis pikir. Sepengetahuannya, semua orang yang memiliki jabatan di perusahaan ini adalah-adalah orang-orang yang telah melewati tahap seleksi cukup panjang. Bahkan bisa di bilang sebagai orang kepercayaan Papanya. Tapi ada saja yang ingin berbuat curang.
"Masalah ini sebaiknya jangan sampai bocor, cukup kita saja yang tau sampai kita bisa menemukan pelakunya." Tutur Dion. Jasmine mengangguk paham.
"Kamu sebaiknya makan siang dulu, sudah waktunya makan siang." Kata Dion.
"Masalah ini biar aku saja yang selesaikan. Data dan laporan keuangan sudah aku kirim ke email ku, nanti akan aku periksa lagi." Dion kemudian beranjak dari duduknya.
"Kak Dion tidak makan juga.? Bagaimana kalau ke kafe depan, kita makan siang sambil membahas masalah ini. Aku ingin masalah ini bisa diselesaikan secepatnya."
Dion sempat berfikir sejenak, setelah itu mengangguk setuju dan menerima ajakan Jasmine.
laki plin plan, bilang ga cinta, tapi masih perhatian
laki gila lu
alasan gugat jelas, kebohongan dlm pernikahan ttg seorg anak...
buang aja laki model juna gt
klo perempuan lama2 bs cinta
klo lelaki dr yg cinta lama2 bs jenuh
apalagi klo dr awal ga cinta...
q penasaran sama kisah Jeny dan Joshua
ternyata si viera selalu komunikasi sama mamah Dewi dulu menghindar dr Juna sekarang mau Deket LG