Laura, adalah seorang menantu yang harus menerima perlakuan kasar dari suami dan mertuanya.
Suaminya, Andre, kerap bertangan kasar padanya setiap kali ada masalah dalam rumah tangganya, yang dipicu oleh ulah mertua dan adik iparnya.
Hingga disuatu waktu kesabarannya habis. Laura membalaskan sakit hatinya akibat diselingkuhi oleh Andre. Laura menjual rumah mereka dan beberapa lahan tanah yang surat- suratnya dia temukan secara kebetulan di dalam laci. Lalu laura minggat bersama anak tunggalnya, Bobby.
Bagaimana kisah Laura di tempat baru? Juga Andre dan Ibunya sepeninggal Laura?
Yuk, kupas abis kisahnya dalam novel ini.
Selamat membaca!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Linda Pransiska Manalu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11. wajah Bebal Irina.
"Kesalahan pertama adalah khilaf. Untuk kedua kali dan seterusnya adalah, pilihan."
Andre menyusuri jalanan menuju arah ketempat mereka tinggal. Semalam dia mendapat telepon dari sahabat ibunya kalau Irina ada dirumahnya.
Itulah sebabnya dia membohongi Laura, dengan dalih ada pertemuan dengan relasi bisnisnya.
Ketika Andre tiba di rumah Bu Wati, sahabat ibunya. Andre terkejut karena Ibunya sudah berada disana.
"Ibu, sudah disini?" ucap Andre kaget. Bu Maya melengos, saat Andre menyapanya. Sisa kemarahannya masih nampak jelas.
"Buat apa kamu kemari, hah!" sentak Bu Maya dengan wajah memerah menahan emosi.
"Sabar, Bu. Andre minta maaf, ya. Atas perlakuan Andre beberapa hari ini. Aku sengaja lakuin itu, agar Laura percaya sama aku, Bu. Tapi, sialnya Ibu tidak bisa diajak kerja sama." Andre malah melepas kekesalannya pada ibunya dan Irina.
"Kerja sama apaan, kamu saja yang tidak ngomong apa-apa. Meski Ibu sudah nanya, tapi kamu diam saja."
"Andre,'kan sudah bilang, Bu. Kalau sikap aku itu hanya sementara. Tapi, Ibu dan Irina malah memperkeruh suasana."
"Sebenarnya apa yang telah terjadi. Sampai kamu belain Laura terus."
"Laura memergoki aku di kamar Irina, Bu. Dan ia punya bukti. Laura mau menjadikan bukti itu sebagai alasan untuk bercerai. Ibu tau kalau kami bercerai karena kesalahanku itu, akan berakibat fatal, Bu." jelas Andre to the point.
"Akibatnya, apa? Kok, kamu setakut itu pada istri bodohmu itu." ulas Bu Maya gregetan.
"Andre akan kehilangan semuanya, Bu! Rumah, tanah dan kafe itu, akan beralih pada, Laura. Kita akan jadi gelandangan, Bu! Perjanjian itu ada ditangan notaris. Andre sama sekali tidak berkutik, apa ibu paham. Tinggal selangkah lagi, rencanaku itu berhasil. Tapi, ibu membuyarkan semuanya."
"Hei, tunggu! Kenapa kamu malah menyalahkan, Ibu. Jelas, kamu yang bodoh tidak bisa mengatur istrimu."
"Hah! Ibu belum sadar juga. Bukankah ibu yang mengundang, Irina. Tanpa konfirmasi dulu dengan aku. Tololnya pula, kamu mau saja menuruti ucapan, Ibu." tuding Andre kepada Irina.
"Kok aku sih yang disalahkan?" kelit Irina tak mamu kalah.
"Ah, sudah, sudah! Kepalaku jadi pusing, pusing! Tau tidak!" geram Andre
" Ya, sudah Ibu minta maaf. Kalau saja kamu bicara jujur sama, ibu. Semua ini tidak akan terjadi."
"Aku juga minta maaf, bang. Aku terlalu cemburu. Sehingga tidak memikirkan akibatnya."
"Baiklah, sekarang sudah jelas 'kan. Abang berbuat begitu karena ada sebabnya. Semua itu demi masa depan kita. Kamu baik-baik saja?" Andre memeluk wanita yang sangat dia cintai itu.
"Aku baik-baik saja, bang. Walaupun semalam aku sakit hati. Karena abang sama sekali tidak peduli samaku."
"Iya, abang minta maaf, ya. Oh, ya, abang mau mengajak kamu kesuatu tempat," Andre mengurai pelukannya.
"Kemana, Bang? Aku sudah lama tidak jalan-jalan bersama, abang.
Setelah pamit ke ibu Wati, dan mengucapkan terima kasih karena telah bersedia menampung Irina. bertiga mereka menuju ke suatu tempat.yang agak jauh dari lokasi tempat tinggal
mereka.
Tiga puluh menit jarak perjalanan mereka, hingga sampai di tujuan. Mereka ternyata memasuki lokasi perumahan yang baru dibuka.
"Ngapain kita kesini, bang?" ucap Irina saat mobil berhenti didepan swbuah rumah megah.
"Ayo, turun." ucap Andre dengan senyum penuh misteri. Irina dan Ibu Maya, sama-sama heran.
Andre memberikan anak kunci, ke tangan Irina. Yang disambut Irina dengan pekik bahagia.
"Ini, rumah kita, bang?" jeritnya penuh binar kebahagiaan. Andre mengangguk, seraya memeluk suaminya dengan erat.
Bu Maya keluar mobil mendahului Andre dan Irina. Matanya tak lepas dari rumah megah di depan matanya itu. Setidaknya dia akan punya tempat tinggal, meski hatinya sedikit kecewa. Karena rumah itu adalah untuk menantunya, Irina.
Irina sangat senang dan bahagia, saat mendapat hadiah rumah itu dari, Andre.
Irina merasa, kalau cinta Andre sangat besar padanya.
Namun, Irina lupa satu hal. Dengan hadiah itu membuat Irina jumawa. Merasa dirinya lebih cantik dan dicintai.
Bukannya menuruti ucapan suaminya, agar tidak banyak pamer atas pemberian rumah itu.
Irina malah terang-terangan memamerkan kehidupan rumah tanga nya. Diakun sosialnya, FB dan IG.
Bahkan, Irina muncul di kafe secara terang terangan .
"Hai, kakak madu. Selamat siang," sapa Irina memamerkan senyumnya kepada Laura.
Laura yang agak terkejut, menyambut Irina acuh tak acuh.
Sedang Andre, sangat terkejut dan tidak menduga kedatangan, Irina.
"Sudah, biarkan saja." ucap Laura dingin, saat melihat Andre hendak mengusir, Irina.
"Tapi,"
"Tidak apa- apa. Biarkan saja dia berbuat semaunya aku sudah tidak peduli. Lagian benarkan dia itu adik maduku? Kasihan sekali kalau kamu memperlakukannya tidak adil." Andre jadi bingung dengan sikap Laura.
Kesambet apa istrinya sampai bicara seperti itu. Apakah istrinya sedang merencanakan sesuatu? Membalaskan dendam misalnya. Andre jadi bingung.