Ikhtisar :
Untuk menyelamatkan pesantren dari seorang mafia yang ingin menggusur pesantren yang bernama Jack Jatnika, Khalisa Amira rela menjadi istri Jack sekaligus menjadi budaknya. Tapi siapa sangka Khalisa bukan wanita biasa, yang menerima apa yang terjadi padanya. Jack terkejut saat mengetahui masa lalu Khalisa, bahkan dialah tunduk padanya. Taktik apa yang Khalisa gunakan untuk menaklukkan mafia kejam sepertinya itu ?
Baca selengkapnya !
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon indah Mayaddah f, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35 Aku Akhenda
“Aku harus menolongnya” Ucap Daniel, dia memerangi rasa takut di hatinya. Tak peduli tentang apa yang akan terjadi, dia harus menolong anak kecil itu.
Tanpa berpikir panjang, Daniel menceburkan dirinya ke dalam danau itu.
Byuuur …
Daniel terkejut saat tubuhnya tenggelam di dalam air yang sangat dalam, dia seperti mengingat sesuatu yang pernah terjadi sebelumnya kepedanya.
“Tsunami ! Tsunami ! Tsunami” Suara itu terngiang di telinganya, kata itu familiar dan terdengar begitu nyata di telinganya.
“Suara ap aitu ?” Batin Daniel, dia berusaha mendengar dan mengingat kembali.
“Ade ! Uma !”
“Kakak ! Kakak ! Uma ! Uma !”
Suara-suara itu terdengar di telinga Daniel, entah bersal dari mana. Tapi dia merasa begitu mendalam dan menyayat hatinya.
“Akhenda, kita main sepeda yuk”
Daniel ingin menangis mendengar kata-kata itu, dia melihat pemandangan yang pernah terjadi di masa lalu meski samar-samar.
“Ka-kakak” Batin Daniel
“Aku Akhenda” Ingatan itu seakan kembali, dia mengingat masa lalunya. Kakak dan ibunya seperti ada dalam hidupnya.
Daniel berusaha menguasai tubuhnya, dia harus menolong dirinya sendiri dan menolong anak kecil itu.
“Daniel kamu bisa. Sadarlah” Batin Daniel berusaha melepaskan diri dalam belenggu hati dan pikirannya, perlahan kembali ke permukaan dan berenang mencari anak kecil itu
“Tolong ! Tolong ! Tolong !” Suara anak kecil terus meminta tolong
Daniel bergegas berenang menghampiri anak kecil itu, dia berenang dengan cepat mennagkap tubuh anak kecil itu dan membawanya ke tepian.
Bruuug …
Daniel membaringkan anak kecil itulalu dia berbaring di sampingnya, dia menatap ke atas. Hampir saja di mati karena tidak bisa menguasai dirinya senidiri.
“Huh huh huh” Nafas Daniel tersenggal-senggal
Orang-orang berdatangan, mereka menghampiri keduanya, khususnya anak kecil itu. Mereka membawa anak kecil yang tenggelam untuk mendapatkan pertolongan medis, sedangkan Kyai Rozak menghampiri Daniel yang di lemas di tepi.
“Ustad Amir, anda tidak apa-apa ?” Tanya Kyai Rozak
“Alhamdulillah, saya baik-baik saja pak kyai” Jawab Daniel, dia hanya lemas butuh istirahat dan menghirup lebih banyak oksigen
Daniel terbangun, segera kyai Rozak memberinya air minum.
“Terima kasih pak kyai” Ucap Daniel
“Sama-sama Ustadz Amir” Jawab Kyai Rozak
Daniel meneguk air mineral itu sampai tandas, dia benar-benar harus. Tenggorakannya kering karena memuntakhan beberapa air.
“Ustad, apa anda mau di antar ke rumah sakit ?” Tanya Kyai Rozak, dia khawatir dengan anak muda yang bergelar ustad itu.
“Tidak usah pak kyai, aku baik-baik saja” Jawab Daniel
“Tadi itu ingatanku kan ?” Tanya Daniel
Selama bertahun-tahun dia tidak pernah ingat masa kecilnya tapi dia selalu bermimpi hanyut di dalam air. Sampai Daniel selalu trauma dengan air dengan jumlah yang besar, dan baru tadi Daniel memberanikan diriya melawan air yang begitu di takutinya.
“Namaku Akhenda, ada suara anak kecil perempuan memanggilku dan uma” Batin Daniel, dia mengingat apa yang tadi di ingatnya saat tenggelam
“Ustadz Amir, mari kita pulang” Ajak Kyai Rozak
Daniel mengangguk, dia bingung kenapa laki-laki tua itu memanggilnya ustadz padahal dia mantan anggota mafia. Mereka berdua meninggalkan tempat itu, kembali ke dalam mobil. Daniel duduk dan merdiam memikirkan apa yang terjadi kepadanya. Ada sebuah puzzle yang harus di susun dengan utuh. Dia tidak tahu siapa anak kecil itu, dia memanggil dirinya dan uma.
“Apa dulu aku memiliki keluarga ?” Tanya Daniel, banyak pertanyaan dalam pikirannya. Daniel ingin segera mendapatkan jawabannya, siapa dia dan latar belakangnya.
Mobil terus melaju sampai pesantren Fisabilillah, Daniel dan kyai Rozak turun dari mobil. Barulah Iman menghampiri keduanya.
“Mari pak kyai, ustadz” Ucap Iman mempersilahkan keduanya dengan hormat.
Kyai Rozak dan Daniel mengangguk, badan laki-laki itu bertato di tangannya itu masih basah. Dia berjalan di koridor pesantren bersama kyai Rozak.
“Pak kyai” Beberapa santri menyapa pemilik pesantren itu dengan ramah dan sopan
Kyai Rozak tidak segan membalas sapa dan bersalam dengan mereka yang laki-laki.
“Orang tua ini sangat di segani di pesantren, apa mungkin dia pemilik pesantren ini ?” Batin Daniel, dia tidak tahu siapa laki-laki di sampingnya. Tapi laki-laki paruh baya itu begitu meghormatinya.
“Ustadz Daniel, bagaimana menurut kamu pesantren ini ?” Tanya Kyai Rozak, dia ingin tahu tanggapan laki-laki bersorban itu.
“Masayaallah pak kyai pesantren ini indah, tempatnya sejuk dan adem. Menentramkan hati” Jawab Daniel, dia memang merasa betah dan nyaman di tempat yang baru di tapakinya.
“Anggaplah tempat ini sebagai rumah kamu sendiri ustadz” Ucap Kyai Rozak
“Apa ? gak salah ? oramg ini kenapa ?” Batin Daniel merasa bingung kenapa laki-laki paruh baya yang ada di sa,pingnya memperlakukannya sebaik itu padahal dia orang jahat.
“Iya pak kyai” Jawab Daniel
“Yang itu rumah saya ustadz” Ucap Kyai Rozak sambil menunjuk ke arah rumahnya
“Iya, pak kyai” Jawab Daniel
“Sebenarnya pak kyai ini mau apakan aku sih ?, kenapa aku di bawa ke sini ? sok kenal sok dekat” Batin Daniel, baru juga bertemu tapi seperti sudah lama bertemu bertahun-tahun
Kyai Rozak mengajak Daniel masuk ke dalam rumahnya
“Assalamu’alaikum” Ucap Kyai Rozak
“Wa’alaikumsalam” Jawab Umi Habibah
Kyai Rozak masuk ke dalam bersama Daniel, bergegasumi Habibah mencium tangan suaminya kemudian dia duduk disofa.
*****
Sementara itu, Khalisa, Jack dan anak buahnya sampai di kedai bakso wajib di makan. Khalisa dan Jack duduk memandangi mangkuk bakso yang ada di depannya, itu mangkuk ke dua yang harus mereka habiskan sedangkan Sumiat alias ibunya Jack sedang sibuk mencari pembeli.
“Tadikan aku sudah bilang sayang, kalau ibuku seperti kamu sama-sama bar-bar” Ucap Jack
“Iya, aku baru tahu dan untungnya tadi perutku lapar banget” Jawab Khalisa
“Ayo kita makan” Ajak Jack
“Tapi gigiku sudah linu, apa tidak istrahat dulu ?” Tanya Khalisa
Jack melihat ke belakang, anak buahnya sudah tepar karena kekenyangan. Mereka wajib menghabiskan lima mangkuk bakso.
“Bos, baksonya a lot. Pantesan sepi” Ucap Momon
“Iya bos, gigiku sakit mengunyahnya. Apa kita bisa cuti dadakan ?” Timpal Maman
“Kalian pilih mati atau menghabiskannya” Ancam Jack dengan tatapan tajam
“I-iya bos” Jawab mereka terpaksa, mana berani mereka melawan Jack apalagi ibunya. Dia lebih galak dari Jack.
“Sayang, keapa baksoku bertambah banyak ?” Tanya Jack sambil menatap mangkuk baksonya
“Oh itu, agar kamu semakin kuat” Jawab Khalisa, dia sudah tidak sanggup memakan bakso yang alot dan keras itu
Jack membuang nafas gusar, kemudian dia melihat sekeliling. Dia khawatir ibunya tahu Jack hendak membuang bakso di makuk miliknya.
“Aman, aku akan mengamankannya segera” Ucap Jack
“Kamu apa sayang ?” Tanya Khalisa
Jack bangun dari kursi, dia membawa mangkuk baksonya. Hendak membuang bakso it uke tempat sampah, baru juga membuka tutup tempat baksonya sudah terdengar suara ibunya.
“Berani kamu membuang baksoku” Teriak Sumarti
“Gawat, ibu melihatku membuang bakso ini” Gumam Jack
Sumiati terkenal galak dan cerewat, tidak boleh satu pun ada orang yang bilang baksonya tidak enak. Makan di warungnya berarti harus menghabiskannya.
“Juhri habiskan” Titah Sumiati dengan tatapan mata tajamnya
“Juhri ?” Maman dan Momon terkejut nama bosnya Juhri, mereka berdua langsung tertawa terbahak-bahak
“Jack, namanya Juhri ? jauh banget dari kata Jack” Batin Khalisa, dia juga heran kenapa nama suaminya Juhri
“Juhri, kamu mau keliling lapangan ? Hah” Sarkas Suamiati dengan wajah garangnya
“Nggak bu, ini mau nambah kemangi” Jawab Jack, mengambil kemangi dari dalam tempat sampah. Dia meletakkan kemangi itu di mangkuknya
“Habiskan” Titah Sumiati
“Iya bu” Jawab Jack
Maman dan Momon tak berani membuang bakso itu, mereka menahan tawa melihat bosnya.
“Ternyata seserem-seremmya seorang mafia, lebih serem induk mafianya Mon” Bisik Maman
“Iya, aku baru tahu bos Juhri takut dengan ibunya” Bisik Momon
“Kalian berdua habiskan baksonya, lalubersihkan tempat ini” Titah Sumiati
“Baik madam” Jawab Keduanya, tidak anaknya sekarang ibunya yang memerintahkan mereka
Khalisa menelan savalinya, ternyata beginilah ibu mertuanya sangat bar-bar sekali.
“Pantas Jack hampir tak pernah pulang ke rumahnya” Batin Khalisa
Jack kembali duduk bersama Khalisa, mau tak mau memakan bakso di mangkuknya.
“Sayang, kamu sudah lihat kan seperti apa ibuku ?” Tanya Jack
“Iya mas Juhri” Jawab Khalisa
Jack memijat keningnya, dia lupa tadi ibunya memanggil namanya dengan sebutan Juhri.
“Bos, Juhri nama asli bosk ah ?” Tanya Momon
Jack menoleh ke belakang dan menatap tajam ke dua anak buahnya.
“Ampun bos, kita tidak akan membahasnya lagi” Ucap Keduanya
Khalisa hanya tersenyum manis melihat melihat mereka semua.
Kriiing … Kriiing … Kriiing …
Handphin milik Khalisa berdering, bergegas dia mengambil handphone di sakunya dan melihat panngilan yang masuk ke dalam handphone miliknya.
“Abi !” Khalisa melihat panggilan dari Kyai Rozak
“Angkat sayang” Titah Jack
Khalisa mengangguk, dia langsung mengangkat telpon dari kyai Rozak.
Kyai Rozak [Assalamu’alaikum]
Khalisa [Wa’alaikumsalam]
Kyai Rozak [Bagaimana kabar kamu nak ?]
Khalisa [Alhamdulillah baik abi, abi dan umi bagaimana ?]
Kyai Rozak [Alhamdulillah, kami di sini baik-baik saja. suami kamu apa kabar ?]
Khalisa [Alhamdulillah baik juga abi]
Kyai Rozak [Pulanglah, ada yang ingi abi kenalkan kepada kamu]
“Siapa yang aka abi kenalkan kepadaku ?” Batin Khalisa merasa penasaran
Khalisa [Baik abi]
Kyai Rozak [Ajak nak Jack sekalian]
Khalisa [Iya abi]
Kyai Rozak [Ya sudah nak,abi tutup telponnya. Assalamu’alaikum]
Khalisa [Wa’alaikumsalam]
Pembicaraan pun selesai di akhiri, Khalisa masih memikirkan permintaan kyai Rozak.
“Sayang, ada apa ?” Tanya Jack
“Abi menyuruh kita pulang ke pesantren” Jawab Khalisa
“Kalau begitu besok kita pulang ke pesantren , malan ini kita menginap di rumahku saja” Ucap Jack
“Iya” Jawab Khalisa mengangguk
Dia memang ingin mengenal keluarga suaminya, ayahnya dan adik perempuannya karena dia baru mengenal ibunya.
“Sekarang kita habiskan bakso ini sebelum ibu mengomel” Ucap Jack
“Iya sayang” Jawab Khalisa
Jack menarik nafas panjangnya untuk menghabiskan makannya, mau tak mau dari pada ibunya marah besar.