NovelToon NovelToon
Ketika Aku Menyerah

Ketika Aku Menyerah

Status: tamat
Genre:Tamat / CEO / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:1M
Nilai: 5
Nama Author: Bhebz

"Buka hatimu untukku kak Praja," mohon Ardina Rezky Sofyan pada sang suami dengan penuh harap. Air matanya pun sejak tadi sudah menganak sungai di pipinya.

Pernikahan sudah berlangsung lama tapi sang suami belum juga memberinya kebahagiaan seperti yang ia inginkan.

"Namamu belum bisa menggantikan Prilya di hatiku. Jadi belajarlah untuk menikmati ini atau kamu pergi saja dari hidupku!" Balas Praja Wijaya tanpa perasaan sedikitpun. Ardina Rezky Sofyan menghapus airmatanya dengan hati perih.

Cukup sudah ia menghiba dan memohon bagaikan pengemis. Ia sudah tidak sabar lagi karena ia juga ingin bahagia.

Dan ketika ia menyerah dan tak mau berjuang lagi, akankah mata angin bisa berubah arah?

Ikuti perjalanan cinta Ardina Rezky Sofyan dan Praja Wijaya di sini ya😍

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bhebz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 11 Seorang Sekretaris Baru

Tiga tahun kemudian.

"Sudah tiga tahun Praja. Saatnya kamu membuka hatimu untuk orang lain nak," ucap Dewinta dengan wajah serius pada putranya.

Praja Wijaya menghela nafas kemudian tersenyum.

"Aku sudah berusaha ma." Pria itu menyeruput teh hangat yang ada di hadapannya.

"Tapi sayangnya aku tak bisa," lanjutnya dengan tatapan kosong ke arah taman di depan beranda rumah mereka.

"Yusta Yusuf mungkin bisa mengobati lukamu Praja. Atau Fika, mereka berdua adalah gadis yang baik."

"Entahlah ma. Aku susah memulai sebuah hubungan lagi. Rasanya aku sudah tidak akan bisa membuka hati." Praja menghela nafasnya lagi. Semangat hidupnya kini tiada. Dua kali gagal mendapatkan kebahagiaan dengan dua orang perempuan bersaudara itu rasanya sudah membuatnya mati rasa.

Dewinta ikut menghela nafasnya. Ia begitu sedih jika sang putra tidak ingin lagi menjalin sebuah hubungan.

Bagaimana dengan keturunan keluarga Wijaya? Apakah akan punah secepat ini?

Oh tidak, ia tidak akan rela ini terjadi.

Perempuan itu mulai berpikir untuk mencarikan lagi jodoh untuk sang putra. Tiba-tiba saja perhatiannya teralihkan ke arah depan.

"Ah siapa itu yang datang?" tanyanya pada Praja saat melihat ada sebuah mobil yang memasuki halaman rumah mereka.

"Selfina Ma. Sekretaris aku di Perusahaan." Praja menjawab seraya menunggu gadis itu turun dari mobil berwarna merah itu. Ia sudah sangat hafal dengan mobil gadis itu.

Dewinta ikut menunggu. Ia juga penasaran dengan gadis yang katanya seorang sekretaris itu.

"Assalamualaikum Pak. Bu." Selfina memberi salam kemudian menyalami dua orang yang sedang duduk santai di beranda depan rumah mewah itu.

"Waalaikumussalam," jawab Dewinta dan Praja bersamaan. Dewinta menatap gadis itu dari atas sampai bawah dengan senyum diwajahnya.

Lumayan masuk kriteria

Ujarnya dalam hati.

"Duduk Fin," ujar Praja seraya menunjuk kursi kosong yang ada di hadapannya.

"Makasih pak." Selfina duduk dengan wajah yang sangat senang.

"Maaf pak, saya mengganggu waktunya. Investor dari Jakarta baru saja menghubungi saya untuk meminta bertemu dengan bapak di sebuah tempat," lanjut gadis itu.

"Oh, tuan Maher? Tapi kenapa kamu repot-repot kesini Fin. Kamu 'kan bisa menelpon." Praja meluruskan punggungnya. Ia menatap Selfina yang nampak canggung.

"Saya kebetulan mau keluar juga cari angin gitu pak hehehe. Jadi gak masalah kalau saya sengaja datang kemari."

"Nah, betul sekali tuh. Kadang kalau kita memang suntuk dan bosan dengan keadaan rumah ya kita perlu keluar melihat suasana baru." Dewinta menimpali dengan maksud menyindir Praja yang sepertinya perlu untuk melihat dunia luar dan melupakan kenangan menyakitkan dengan istrinya.

"Eh, minum tehnya nak Fin," lanjut Dewinta mempersilahkan sang sekretaris baru itu.

"Ah iya tante makasih banyak." Selfina tersenyum. Ia pun meraih cangkir teh yang baru saja dituangkan cairan merah itu oleh Dewinta.

"Kapan tuan Maher ingin bertemu Fin?"

"Besok pagi pak sekitar jam 10 pagi di Hotel Grand Prix."

"Ah iya. Kamu bisa menemani saya Fin kalau kamu ada waktu," ucap Praja tersenyum. Sekertaris baru itu balas tersenyum. Ia tentu saja ingin ikut meskipun seandainya Praja Wijaya tidak memanggilnya.

"Ah iya pak. Insyaallah saya tidak ada kegiatan besok pagi."

"Ah iya baiklah. Aku akan menjemputmu jam 9 pagi. Dan maaf, ada hal yang harus aku lakukan di dalam. Kamu tidak masalah 'kan kalau di sini bersama dengan Nana?" Praja berdiri dari duduknya. Ia lebih suka menyendiri saja di dalam kamarnya di saat weekend seperti ini.

"Ah iya pak. Silahkan." Selfina mempersilahkan dengan wajah tak nyaman. Hatinya kecewa. Ia sengaja datang ke rumah itu untuk bertemu Praja Wijaya untuk lebih mengakrabkan diri.

"Ayo nak Fina dicicip lagi tuh kuenya."

"Ah iya tante terimakasih banyak. Kuenya enak." Selfina menggigit potongan kue itu dan memujinya.

"Ngomong-ngomong Pak Praja suka makan apa ya tante?" tanya gadis itu lagi.

"Praja makannya biasa aja sih. Semua makanan yang disiapkan disukainya yang penting halal katanya."

"Oh gitu ya tante. Jadi kalau seandainya saya menawarkan diri untuk memasak hari ini, boleh ya?"

"Hah? Kamu mau memasak?" tanya Dewinta dengan wajah kaget tak percaya. Hari gini ada gadis mau ke dapur sebagai hobi rasanya sudah sangat kurang.

"Iya tante. Saya sedang tidak ada kesibukan jadi bolehlah mengisi waktu dengan memasak untuk pak Praja."

Kata orang dari lidah turun ke hati, dan itulah yang sedang ingin dipraktikkannya saat ini untuk mendapatkan hati Praja Wijaya.

"Kalau begitu, mari kita ke dapur. Kita bisa memasak sekarang untuk persiapan makan siang."

Dua perempuan itu pun masuk ke dalam rumah dan langsung menuju dapur. Dewinta sangat yakin kalau gadis ini bisa menjadi obat untuk sang putra.

"Eh, Fin kamu masih di sini?" tanya Praja saat ia memasuki ruang makan untuk makan siang.

"Iya pak. Saya sengaja memasak untuk bapak. Dan semoga saja suka," jawab Selfina dengan senyum diwajahnya.

"Aku suka semua makanan tapi kalau Ardina yang masak pasti aku akan lebih suka lagi."

"Ardina? Siapa dia pak? ART di rumah ini ya pak?"

"Bukan Fin." Dewinta cepat-cepat menyahut.

"Ardina adalah mantan istrinya Praja."

"Ma, bukan mantan tapi masih istri."

Praja tak kalah cepat menyela perkataan sang mama. Ia tidak suka mengakui kalau Ardina adalah mantan karena ia merasa belum pernah dan sengaja untuk berpisah dengan perempuan itu.

Sedangkan Selfina langsung merasakan hatinya remuk. Ia sudah tahu jawaban tentang usaha yang ia lakukan selama ini.

Dewinta menghela nafas kemudian menatap sang putra yang juga sedang menatapnya.

"Maafkan mama Praja. Mama hanya mau kamu membuka hatimu untuk perempuan lain nak."

"Ah silahkan dicicipi pak makanannya, saya yakin kalau makanan ini akan sangat cocok dengan lidah bapak." Selfina cepat mengalihkan pembicaraan karena tak ingin tahu lebih banyak tentang perasaan Praja Wijaya pada istrinya yang sudah sangat jauh hidup itu.

"Ah iya Fin, aku coba ya kelihatannya sih enak," ujar Praja kemudian mencicipi makanan yang masih hangat itu.

"Hum, enak. Kamu bisa buka bisnis kuliner nih Fin. Kamu ternyata jago memasak." Praja mengunyah makanan itu dengan tak berhenti memuji. Selfina tersenyum senang. Dewinta pun ikut. Dua perempuan itu saling berpandangan kemudian mengangkat jempolnya masing-masing.

"Ayo Pa ikut makan. Ada chef baru di rumah kita," panggil Dewinta saat melihat suaminya baru memasuki ruangan makan itu. Alif Wijaya memandang sekilas gadis cantik yang sedang berdiri di samping sang putra.

"Alhamdulillah kalau begitu. Papa memang sudah sangat lapar sekarang." Pria itu meraih piring dan mengisinya sendiri. Setelah itu langsung meneguk air putih dingin dari dalam gelas di hadapannya.

"Memangnya papa darimana? Kok sampai lapar dan haus begitu?" Dewinta menatap wajah suaminya dengan tatapan menelisik.

"Ah gak dari mana-mana. Saya tadi habis janjian dengan teman lama di sebuah tempat. Dan eh kami jadi tidak sempat makan gara-gara ada insiden anak balita jatuh ke dalam kolam." Alif Wijaya menjawab kemudian menyuap makanan ke dalam mulutnya setelah membaca bismillah.

"Astaghfirullah. Kok bisa sih pa? Ceroboh banget tuh orang tuanya. Trus gimana Pa? Selamat gak?"

"Alhamdulillah selamat. Untungnya ada papa disana."

"Jadi? Papa yang nolongin?" Praja ikut penasaran dengan berita yang dibawa oleh sang papa. Ia bahkan menghentikan makannya.

"Iya. Ada untungnya papa masih bisa berenang meskipun sudah tua seperti ini hehehe," kekeh pria paruh baya itu.

"Alhamdulillah, syukurlah kalau begitu pa." Semua orang ikut bersyukur dengan apa yang telah dilakukan oleh pria itu.

"Ah Iya, Alhamdulillah." Alif Wijaya melanjutkan makannya dengan senyum samar diwajahnya.

🌹🌹🌹

*Bersambung.

Hai readers tersayangnya othor mohon dukungannya untuk karya receh ini ya gaess dengan cara klik like dan ketik komentar agar author semangat updatenya oke?

Nikmati alurnya dan happy reading 😊

1
Ratna Fika Ajah
Luar biasa
Khairul Azam
dr bab ini aku stop baca jujur sih meski ini novel aku paling gak suka perempuan yg memakasakan cinta, merendahkan harga diri jadi perwmpuan mahal dikit dong. geli sendiri aku bacanya
Dede Bleher: betuul.
aku benci pd perempuan yg menghiba pd pria demi Cinta.
krna aku pernah di tolak oleh pria jg!
aku di tolak malah aku gandeng mas bule.
taraaaaa, sekarang 31 thn nikah.
dan dia malah di jodohkan sm tetangga nya krna bujang lapuuuuk 🤣🤣🤣🤣
total 1 replies
Khairul Azam
ya bener sih dibilang murahan menjijikan perempuan seperti itu
delfastri
ntar aje maafanya ramadhan aja masih lama pa lagi lebaran..
Diana Sofya
Luar biasa
Normah Basir
ternyata..,....oh ternyata
Normah Basir
double2 SJ mumpung masih kuat2nya
Normah Basir
sahabat lebih baik, tp adakah teman dekat sama laku2tanpa membawa perasaan
Normah Basir
valda buat penasaran penggemarnya pasti ramai
Normah Basir
kalau halus tak bisa masuk,kan TDK jdde bela durennya
Normah Basir
modul kamu David mau dilayani sama istri mau pijat2 ples
Normah Basir
tahan dululah ada orang lihat/Grin//Grin/
Normah Basir
TDK mau tersaingi orangtua SM menantu/Facepalm//Facepalm/
Normah Basir
tahanlah David di Tokyo bisa berkali2 ronde
Normah Basir
mau solo aja david
Normah Basir
David perempuan kadang bicara sebaliknya,kok dicuekan TDK peka
Normah Basir
apa lagi taktik David supaya dapat belah durennya
Normah Basir
David pencitraan seolah2 tak butuh padahal kebelet nikah
Normah Basir
deg-degan dulu valda bahagia akhirnya
Normah Basir
David kamu sungguh pemain handal mempermainkan valda
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!