Raisa, seorang gadis berparas cantik, adalah primadona desa yang hidup dalam kesederhanaan bersama ayahnya. Kehidupannya yang bahagia berubah drastis ketika suaminya meninggal dalam kecelakaan mobil pada awal pernikahan mereka. Raisa terpaksa harus menjanda dan menghadapi tantangan hidup yang lebih besar.
Di desa kecil mereka, di mana kabar berita menyebar dengan cepat, gosip dan fitnahan dari masyarakat selalu menghampiri Raisa. Kehadirannya yang sebagai pengantin baru dan langsung ditinggalkan oleh suaminya yang meninggal membuatnya menjadi sasaran ejekan dan celaan. Dia merasa terisolasi dan terpinggirkan.
Namun, Raisa adalah seorang wanita yang kuat dan tegar. Dia tidak menyerah pada keadaan dan bertekad untuk membuktikan bahwa dia bisa bangkit dari penderitaan yang menimpanya.
Bagaimana kisah Raisa dalam menjalani kehidupannya? Ikuti ceritanya di novel yang berjudul "Janda Tapi Perawan Tulen"
Jangan lupa kasih like, subcribe, vote rate 5...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aurora.playgame, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 11 - Gadis yang malang
\*\*\*
"Usir perempuan itu! Jangan biarkan dia berada di kampung kita!... Usir dia dari sini...!."
Suatu hari, desa tempat tinggal Raisa dihebohkan dengan kehadiran sekelompok warga yang mendatangi rumahnya dengan tuntutan untuk mengusirnya dari kampung tersebut.
Para warga tersebut membawa tulisan demo, berteriak-teriak, dan menunjukkan ketidakpuasan mereka terhadap kehadiran Raisa di desa.
"Raisa! Cepat tinggalkan kampung ini! Kami tidak ingin kesialan menimpa keluarga kami!," ucap seorang warga yang jadi propokator demo saat ini.
Kejadian ini membuat Raisa terkejut dan bingung. Dia mencoba memahami alasan di balik tuntutan tersebut. Raisa tidak mengerti mengapa tiba-tiba dia menjadi sasaran kemarahan warga, padahal dia selama ini menjalani hidup dengan baik dan tidak mengganggu siapapun.
"Maaf! Ada apa ini?!." Dengan perasaan was-was ia mencoba bertanya, namun malah teriakan yang ia terima dan tidak ada sedikitpun sikap baik dari warga padanya.
Ayah Raisa yang baru saja tiba dari ladang dan melihat keributan, ia langsung menghampiri warga dan menghadang warga agar tidak menyakiti putri semata wayangnya itu.
Namun, kuatnya propokator dari beberapa orang, perkataan ayah Raisa pun sama sekali tidak warga dengar dan terus menghakimi sendiri janda muda yang mereka anggap sial itu.
Sebenarnya bukan masalah antara sial dan tabuh untuk seorang janda di kampung tersebut. Hanya kecemburuan ibu-ibu pada suami-suami mereka yang menjadikan Raisa sebagai sasaran, karena nyatanya para suami mereka lebih betah ngopi di warung Raisa karena terpikat pada kecantikannya.
Kejadian yang sangat memilukan, ayah Raisa di jegal oleh beberapa orang sedangkan Raisa di giring menuju jalan agar segera pergi.
"Ayah...!."
"Raisa...! Jangan ganggu putriku! Raisa...!."
"Ayah...!." Anak dan ayah itu tiada henti-hentinya saling memanggil, namun tidak ada seorang pun yang merasa iba pada mereka. Meskipun ada, hanya bisa menonton dan tidak bisa melakukan apa-apa.
Buruknya niat para pria hidung belang, di saat Raisa di giring mereka mengadu kecepatan dan berdesakan agar bisa menggapai dan menyentuh Raisa.
Bahkan lebih sial ada beberapa diantara mereka yang mencoba melecehkan Raisa dengan menyentuh bagian tubuhnya yang sensitif seperti bo*ong dan dada.
Raisa pun hanya bisa menangis dan pasrah, belum perlakuan ibu-ibu yang mengacak rambutnya dan mendorong hingga terjatuh ke lumpur. Tidak hanya sampai itu, Raisa juga di teriaki dengan berbagai macam hinaan.
"Putriku... Hu hu hu...."
Ayah Raisa yang berada tidak jauh dari lokasi putrinya dan masih bisa melihatnya hanya bisa menangis meratap. Kondisinya yang sudah sering sakit-sakitan membuatnya lemah dan tidak bisa melawan.
"Apa salahku? Kenapa kalian semua memperlakukan aku seperti ini... Hiks hiks hiks...," ucap Raisa lemah yang terus di giring dalam keadaan yang memprihatinkan hingga sampai ke jalan raya.
"Kenapa berhenti?," tanya pria tua yang berada di jok belakang mobil. "Maaf Tuan, sepertinya ada satu masalah di depan," jawab sang supir.
Merasa penasaran, kakek tua itupun melihat dari jendela kaca mobilnya dan merasa iba pada gadis yang nampak malang. Saat melihat wajah Raisa, seketika kakek itu mengingat sesuatu lalu memerintah supirnya untuk membawa Raisa.
Di rumah Raisa berada, Radit yang baru tiba entah dari mana segera menghampiri Roni yang sedang bersimpuh tidak berdaya di teras rumahnya.
"Pak Roni, apa yang terjadi? Mana Raisa?," tanya Radit dengan panik.
"Nak Radit... Tolonglah Raisa, mereka membawanya pergi... Hu hu hu...."
Mendengar hal itu, Radit pun segera pergi mencari Raisa ke arah yang di tunjukan Roni. Dan tidak lama berselang, Radit pun melihat Raisa. "Raisa." Lalu ia berlari menuju ke arahnya.
Namun, saat tinggal beberapa langkah lagi, Radit terhenti saat ia melihat Raisa di tolong seseorang yang akan membawanya. Dan yang lebih aneh, dia segera sembunyi di balik semak-semak saat kakek tua dari dalam mobil menyambut Raisa.
Kini Radit mengintip di balik semak dan hanya membiarkan Raisa di bawa pergi. Dan kini ia kembali menuju rumah Raisa dengan perasaan yang sulit di artikan.
"Nak Radit, dimana Raisa?," tanya Roni yang melihat Radit pulang tanpa membawa Raisa.
"Dia pergi di bawa seseorang, tapi tenang saja, Raisa akan baik-baik saja karena orang yang membawanya adalah orang baik," jawab Radit sambil membantu Roni berdiri dan membawanya masuk ke rumah.
Di dalam mobil berada, Raisa menatap perih jalanan yang ia lalui. Matanya tidak henti-hentinya mengeluarkan air mata namun tidak bersuara. Ia seakan tidak mau peduli dengan siapa dia berada sekarang.
"Nak, apa kamu baik-baik saja?," tanya pemilik mobil yang juga penolongnya itu. Raisa hanya mengangguk dan menoleh sekilas tanpa melihat orang yang bertanya padanya lalu fokus kembali ke jendela sambil tersedu-sedu.
Setelah beberapa saat perjalanan, karena saking lelahnya, akhirnya Raisa tertidur di mobil tersebut dan kakek sang pemilik mobil itupun hanya membiarkannya, karena merasa itu mungkin lebih baik saat ini.
Hingga tibalah di sebuah rumah mewah dan besar, yakni kediaman keluarga Aryana. Konglomerat ternama di kota tersebut. Dan kakek yang menolong Raisa itu adalah kakek Romi, orang yang bertemu Raisa saat di rumah sakit tempo hari.
"Tuan, bagaimana dengan gadis ini?," tanya sopir saat membukakan pintu mobil untuk tuannya itu.
"Bawa dia masuk dan biarkan istirahat."
"Baik Tuan." Raisa pun di gendong ke dalam rumah yang luas dan nampak tidak berujung, lalu di baringkan di sebuah kamar yang juga luas.
Bagaikan mendapat obat tidur, Raisa terlelap hingga berjam-jam dan nampak nyaman. Hingga pada jam sebelas malam, dia baru terbangun dan terkejut mendapatinya dirinya berada di dalam ruangan yang nampak asing untuknya.
"Aku dimana?." Raisa melihat sekitar dan meraba tubuhnya sendiri. "Apakah aku sudah mati? Kenapa aku berada di tempat seperti ini?." Dia terus bertanya pada dirinya sendiri.
Kemudian ia melihat sebuah cermin yang nampak besar di hadapannya dan melihat pantulan bayangannya yang nampak kacau. "Akh! Hantu!," teriak Raisa sambil menutup wajah dengan kedua tangannya.
Merasa dirinya konyol karena meyakini mana ada hantu di dunia ini, Raisa pun mendekati cermin dan yang di lihat memanglah dirinya.
Dia segera bertolak menuju kamar mandi dan membersihkan dirinya. Di tengah guyuran air shower, Raisa menangis kembali meratapi nasibnya dan perpisahan yang dengan mendiang suami, yakni Rio.
"Raisa, kamu harus kuat! Kamu tidak boleh menyerah!." Dia menyemangati dirinya sendiri sambil berkaca, lalu keluar dari kamar mandi.
"Tapi, ini rumah siapa ya? Dan kenapa aku ada di sini?." Dia mengingat kejadian tadi sore dan orang yang menolongnya. "Siapa orang itu, kamu bodoh Raisa, kenapa harus tidur segala!." Dia mengerutuki dirinya sendiri.
Kemudian, dia segera memakai baju yang sudah tersedia di sofa samping tempat tidur. "Aku tidak tau ini baju siapa, tapi aku harus memakainya," imbuhnya. "Tapi pas juga di badan aku."
Raisa melihat ke arah jendela dan melihat jika hari sudah malam dan jam menunjukan pukul 12 malam.
Krokokokok...
Raisa meremas perutnya yang terasa lapar. Pantas saja karena dari tadi siang dia belum makan apapun. "Aku lapar sekali...."
Bersambung...
🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸
karakter raisa terlalu lemah,
smoga raisa jd wanita yg smart
semoga hari2 kalian bahagia 🤲💪 semangat y untuk authornya 😘😘😍