Menantu Yang Tidak Diinginkan sebuah cerita yang dialami seorang wanita yang tidak diinginkan oleh mertuanya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti Asiseh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
11
Fifi sudah berada di depan rumah Surya, ia mengetuk pintu.
Tok tok tok
Dara membuka pintu dan melihat Fifi yang sedang berada di depan pintu, Dara langsung menyuruh masuk.
“Eh Fifi, ayo masuk”
Iya tan”
Fifi dan Dara masuk ke dalam dan duduk di sofa.
“Tante buatkan minum dulu ya”
“Iya tan”
Dara menuju dapur untuk mengambilkan minum untuk Fifi.
“Ini diminum dulu Fi” Dara menaruh gelas di depan Fifi
“Terima kasih tan”
“Tumben kamu ke sini siang Fi?”
“Cuma main saja tan, oh iya tan tadi aku lihat Nita di jalan sana”
“Iya aku yang menyuruhnya untuk membeli sesuatu”
“Memang dia tidak kerja?”
“Tidak, Surya memintanya untuk berhenti bekerja katanya takut dan khawatir karena Nita sempat pingsan jadi Surya menyuruh berhenti”
“Ohh” Fifi menganggukkan kepalanya “Tapi tadi aku lihat Nita sama laki-laki pakai mobil dan diantar”
“Mobil? Siapa? Apa mungkin orang yang kemarin mengantar Nita ke sini” Dara menduga-duga
“Memang siapa dia tan? Kayaknya orang kaya deh malah kayak akrab banget sama Nita atau jangan-jangan orang itu juga terkena peletnya Nita”
“Bos Nita katanya”
“Pantas saja mobilnya keren”
“Kenapa si Nita selalu beruntung dekat dengan laki-laki, ini bosnya yang pasti tajir banget aku harus bisa kenalan dengan dia tapi bagaimana caranya” ucap Fifi dalam hati
“Fifi kenapa kamu bengong” Dara menggoyang tubuh Fifi agar sadar
“Eh iya tan kenapa?” Fifi tersadar dari lamunannya
“Kenapa kamu bengong?”
“Tidak tan aku hanya heran saja padahal Nita sedang hamil anak mas Surya tapi dia bisa pergi dengan laki-laki lain, atau mereka ada hubungan ya tante”
“Aku tidak tahu tapi sepertinya tidak mungkin mereka ada hubungan, karna kemarin mereka mengobrol bertiga”
“Apa tante percaya pada Nita dan bosnya?”
Fifi mencoba membuat Dara percaya kalau Nita mempunyai hubungan khusus dengan Hengki.
Dara yang pada dasarnya memang tidak menyukai Nita kemudian Fifi mempengaruhi Dara, Dara semakin tidak suka dan kan melaporkan semua ini pada Surya nanti agar Nita mendapat pelajaran. Dara tak mau sang anak nanti malah merasakan sakit karna perbuatan Nita.
Sementara itu Nita yang sudah selesai membeli semua keperluan dan juga pesanan sang mertua langsung pulang menaiki ojek.
Nita menenteng belanjaannya, ia membeli bahan-bahan dapur yang sekiranya sudah hampir habis agar ia tidak perlu keluar lagi karna Nita merasa sedikit mual jika berkerumun dengan banyak orang, mungkin karena hamil jadi mencium bau yang sedikit menyengat membuatnya mual.
Sesampainya di rumah, Nita langsung menaruh dan merapikan belanjaannya. Dara yang melihat Nita sudah pulang langsung menghampirinya untuk menanyakan tentang apa yang dikatakan Fifi tadi. Serta mencari tahu hubungannya dengan sang bos.
“Kenapa baru datang?” ucap Dara
“Iya bu, tadi yang bawa barang kerepotan jadi harus dititipkan dulu biar gampang belanjanya” jawab Nita
“Bukan karna berduaan dengan laki-laki lain kan?” Dara menyipitkan matanya untuk melihat kebohongan di wajah Nita
“Berduaan? Maksud ibu apa?” Nita tidak mengerti ucapan Dara
“Halah pakai pura-pura tidak mengerti”
“Tapi aku memang tidak mengerti bu, berduaan dengan siapa?”
“Ya siapa lagi yang mengantar kamu tadi”
Dara menyilangkan tangannya.
“Maksud ibu mas Hengki? Aku memang diantar mas Hengki karna kami searah jadi mas Hengki mengajak aku pergi bersamanya tapi aku tidak berduaan dengannya jadi ibu salah”
“Awas saja ya kalau kamu sampai macam-macam aku bilang sama Surya biar kamu diceraikan, jangan suka pergi dengan pria lain kamu lagi hamil apa kata orang nanti”
Setelah mengatakannya Dara langsung meninggalkan Nita.
Sakit? Sudah pasti, meski apa uang dikatakan oleh ibu mertuanya itu benar tapi Nita tidak menyangka kalau Dara akan berkata seperti itu. Kemarin Hengki sudah ke rumahnya dan Surya pun sudah mengenalnya, Nita kira tidak akan ada perdebatan apalagi hal yang membuat dirinya dikira macam-macam dengan Hengki.
Entah sampai kapan Nita harus bersabar dengan sikap Dara yang tidak pernah ramah kepadanya, jangankan bersikap ramah menganggapnya sebagai menantu saja seperti enggan.
Sore harinya, Surya sudah pulang dari kantor. Nita menyambutnya dengan senyuman manisnya, karna setelah seharian bekerja pasti Surya ingin yang bisa membuatnya semangat lagi. Seperti saat Nita menyambut dengan senyum pasti bisa membuat Surya sedikit menghilangkan lelahnya.
“Sayang” Surya mencium kening Nita
“Aku belum mandi mas, tadi masih masak terus beres-beres jadi keringatan baunya tidak enak”
“Tidak masalah aku suka semua bau kamu”
“Apa sih mas” Nita mencubit lengan Surya
“Ya sudah aku mandi dulu, atau kita mau mandi bareng saja”
“Dasar mesum, sudah sana mandi aku masih mau lanjut tinggal dikit lagi”
“Ya sudah kalau tidak mau tapi nanti malam gantinya” Surya mengedipkan matanya
“Nanti ada ibu mas jangan bicara aneh-aneh, sana mandi”
Surya pun masuk ke dalam kamarnya dan membersihkan tubuhnya yang sudah lengket.
*
Nita semakin hari semakin tidak bisa beristirahat, apalagi Dara yang selalu memerintahkan ini dan itu membuatnya kelelahan.
“Nita!” panggil Dara
“Iya bu” sahut Nita
“Lama banget sih, kalau dipanggil itu langsung datang” omel Dara
“Maaf bu tadi kan ibu yang nyuruh aku buat bersihin rumput di tanaman jadi ke sini jauh dan aku juga tidak bisa lari”
“Halah alasan terus kamu, oh iya kamu buatkan ibu teh ya ibu mau nonton film dulu terus kamu belu cemilan juga katanya Fifi mau ke sini buat temani ibu”
“Tapi bu-“
“Tidak ada tapi-tapian sudah sana” usir Dara
“Iya bu”
Nita berjalan ke dapur untuk membuat teh, setelah itu Nita memberikan pada Dara.
“Ini bu tehnya” Nita menaruh teh di depan Dara
Tok tok tok
“Kamu buka pintu sepertinya itu Fifi”
Nita membuka pintu dan menyuruh Fifi masuk.
“Kamu Nita? Kok penampilannya kucel banget sih, kok bisa mas Surya masih mau sama kamu” cibir Fifi
“Ibu sudah menunggu di ruang sana” Nita menunjuk Dara yang sedang duduk dan melambaikan tangannya pada Fifi
“Kalau kamu seperti ini bisa-bisa suami kamu cari pengganti kamu, makanya dandan biar kalau suami pulang tidak sakit matanya lihat penampilan kamu” Fifi langsung menghampiri Dara meninggalkan Nita yang masih berdiri di dekat pintu
Nita kesal mendengar ucapan Fifi, ingin sekali ia mencabik-cabik mulut Fifi tapi ia menahannya karna Dara pasti akan membelanya dan akan memarahinya habis-habisan.
Nita harus bersabar ketika berhadapan dengan dua perempuan yang menurutnya tiada bedanya itu, pantas saja Dara cocok dengan Fifi karna sifatnya sama saja. Suka menyuruh-nyuruh dan meremehkan orang lain dengan penampilan yang dilihatnya.