Mohon untuk tidak membaca novel ini saat bulan puasa, terutama disiang hari. Malam hari, silahkan mampir jika berkenan.
Season1
Nadira Safitri Kasim. Siswi Kelas XII yang terjebak pernikahan dini. Pertemuan yang tak disengaja dan faktor ekonomi sehingga ia harus menikah di usia yang terbilang muda. Namun pernikahan itu hanyalah sebatas kontrak, yang di mana ia akan menyandang status janda apabila kekasih suaminya telah kembali. Saat kekasih suaminya telah kembali, Nadira sudah terlanjur jatuh cinta pada suaminya.
Apakah Nadira akan menjadi janda di usia mudahnya?
Apakah mereka akan hidup bersama?
Season 2
Tidak semua orang memiliki kepintaran atau pemahaman yang cepat, dan hal itu terjadi pada Marsya. Marsya selalu dikatai bodoh oleh teman dan guru-gurunya.
Deva, saudara kembar Marsya meminta ayah dan ibunya untuk membawa Marsya ke Jerman. Seminggu sebelum kepergian Marsya, Marsya mendapat masalah hingga membuatnya terjebak dalam pernikahan dini.
Mari simak ceritnya..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Asni J Kasim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Awal Tanpa Cinta. Episode 11
Pancaran sinar lampu jalan mulai tak terlihat. Menunjukan bahwa pagi sudah menyapa. Mobil berlalu lalang, sebagian orang-orang kembali pada aktivitasnya. Dan sebagian juga masih dengan aktivitas tidurnya. Begitu pun dengan sang pemilik Rumah unik.
Nadira mengerjap merenggangkan tangannya ke belakang kemudian menoleh ke samping kiri. Lagi-lagi emosinya memuncak, melihat pria yang membuat banyak peraturan dalam kontrak namun pria itu pula yang mengingkari isi perjanjian itu. "Dasar pria aneh!" ketus Nadira.
"Tugasku..." gumam Nadira sembari menepuk jidatnya. Ia lupa akan tugas yang diberikan oleh guru wali kelas yang belum selesai dikerjakan.
Nadira beranjak dari tempat tidur lalu bergegas turun ke ruang keluarga. Kemudian membolak balikan semua bantal yang berada diatas sofa namun ia tidak menemukan bukunya. Nadira kembali ke kamarnya dan hasilnya nihil.
"Semalam aku mengerjakan tugasku dibawah dan tadi aku berada di tempat tidur. Itu berarti Kak Rian yang membawaku ke tempat tidur" guman Nadira seketika pipinya memerah lalu memeriksa tubuhnya.
"Tubuhku masih utuh" gumam Nadira tersenyum.
Nadira kembali mencari bukunya. Ia berniat membangunkan Rian untuk menanyakan di mana buku tugas miliknya. Tiba-tiba ponsel Rian berdering. Nadira mendekat melihat siapa yang menelpon di pagi hari.
"Sayangku Kaira" gumam Nadira. Itulah nama yang tersimpan di kontak.
Nadira berfikir sejenak. "Apa wanita itu yang Kak Rian tunggu" batin Nadira.
"Jika dia sudah kembali maka aku harus pergi dari Rumah ini" gumam Nadira. Lalu meletakan ponsel suaminya diatas nakas.
Nadira kembali mencari bukunya di ruang belajar dan kembali turun dilantai satu. Namun lagi-lagi ia tidak menemukan buku tugasnya. Nadira kembali ke kamar dengan niat bertanya pada Rian. Saat hendak membangunkan Rian, ponsel Rian kembali berdering.
"Apa aku mengangkatnya saja" batin Nadira.
Nadira mengurungkan Niatnya untuk mengangkat panggilan dari Kaira. Ia memilih membangunkan sang pemilik ponsel. "Kak, ayo bangun" pintah Nadira sembari menarik tangan Rian.
"Hmmm. Sedikit lagi" balas Rian dengan mata yang masih tertutup.
"Kakak bangun... pacar kakak menelepon terus" kata Nadira. Lagi-lagi ia menarik tangan kekar sang pemilik ponsel.
Rian yang tadinya tidur dengan secepat kilat membuka mata, menatap Nadira yang kini berdiri sambil menggenggam ponsel di tangannya. "Siapa yang menelepon?" tanya Rian memastikan.
"Sayangku Kaira" jawab Nadira tersenyum.
"Ahkkkk!! Aku lupa menggantinya" batin Rian dengan kesal. Rian menatap Nadira yang tengah tersenyum menatapnya.
Kaira kembali menelepon, tanpa menunggu lama, Rian pun menjawabnya. "Hallo Kaira" sapa Rian saat panggilan terhubung.
"Bisa ke rumah sakit sekarang, Rian. ibuku tiba-tiba kritis" ucap Kaira dengan panik.
"Kamu tenang. Aku akan segera ke situ" balas Rian. Pria aneh yang tidak berpegang teguh dengan pendiriannya. Sudah tahu dihianati tapi masih saja baik.
Rian mengakhiri panggilan telepon. Lalu bangkit dari tempat tidur menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Belum sempat ia masuk kedalam kamar mandi, ia mendengar langkah kaki seseorang berlari menaiki anak tangga.
Kreeek.. (Pintu terbuka lebar)
"Apa kakak melihat buku tugasku?" tanya Nadira dengan napas memburuh.
"Ada di kamarku" balas Rian santai tanpa merasa bersalah.
Nadira bergegas ke kamar Rian. "Nadira... jangan lupa siapkan pakaianku...!" teriak Rian.
"Iya...!" sahut Nadira. Nadira masuk ke ruang ganti lalu mengambil baju kemeja dan jas, serta celana yang senada dengan warna jas.
"Yang ini saja" gumam Nadira sembari memegang baju kemeja putih, jas hitam dan celana hitam. Lalu meletakannya di atas tempat tidur. Seulas senyum kembali terukir saat melihat buku tugasnya berada di atas tempat tidur.
"Jadi di sini buku tugasku" gumam Nadira tersenyum. Nadira mengambil pulpennya lalu membuka buku dan ia pun mencari halaman yang dikatakan Ibu guru saat di sekolah.
"Yeeh..." Nadira bersorak girang. Tugasnya telah selesai dikerjakan oleh Rian.
Nadira bergegas ke kamarnya. Membuka pintu lalu mengambil handuknya. Efek bahagia membuat Nadira lupa jika di dalam kamar mandi ada Rian yang sedang berendam dibathtub.
Cek-lek... (Pintu kamar mandi terbuka lebar)
Dengan santainya Nadira melepas bajunya. Saat hendak membuka pakaian bagian bawah, ia melihat Rian berdiri dihadapannya. Dengan malu dan panik, Nadira menutup kedua gunung kembarnya dengan menggunakan kedua telapak tangannya.
"Apa yang kakak lakukan di sini!!" ketus Nadira.
"Seperti yang kamu lihat" balas Rian tanpa rasa bersalah. Lalu melangkah keluar dari kamar mandi.
"Sial!" umpat Rian. Juniornya sejak tadi berdiri saat melihat Nadira melepas bajunya. Dengan segera Rian kembali ke kamarnya, menuju kamar mandi dan melakukan apa yang harus ia lakukan.
"Apa menurutnya aku ini bukan lelaki normal, kenapa harus membuka pakaiannya di depanku, apa dia tidak punya mata!" umpat Rian disela-sela kegiatannya.
"Ahhh..." desah Rian. "Akhirny kembali seperti sedia kala" gumamnya. Rian kembali menyiram tubuhnya dan kembali memakai handuknya. Kemudian ia keluar lalu memakai stelan yang sudah siap di atas tempat tidur.
Usai bersiap-siap. Rian menghampiri Nadira di kamarnya. Dilihatnya pintu terbuka lebar. Rian pun masuk tanpa mengetuk pintu lalu duduk di sofa. Rian menatap Nadira yang baru saja keluar dari kamar mandi dengan handuk selutut.
"Cantik" batin Rian.
Nadira tak menyadari kehadiran Rian. Dengan santainya ia membuka lemari pakaian. Lalu meraih stelan seragamnya. Tanpa sadar, handuknya terangkat memperlihatkan pahanya yang putih dan mulus.
Rian menatapnya tanpa berkedip. "Tahan Rian. Kamu yang menyiksa dirimu sendiri. Bukan dia yang menyiksamu. Jangan karena nafsu kamu melanggar janjimu" batin Rian mencoba menguatkan dirinya.
"Ehem ehem..." Rian berdehem.
Mata Nadira terbelalak saat melihat Rian duduk menyilangkan kaki di sofa, dengan menatap ke arahnya. "Kakak!! cepat tutup mata!" teriak Nadira saat handuknya tiba-tiba jatuh.
"Aku sudah melihatnya Nadira" balas Rian dengan mata yang tertutup.
"Jangan macam-macam..." seru Nadira.
"Cepat pakai bajumu!" titah Rian.
Sepeluh menit setelahnya, Nadira selesai bersiap-siap. "Buka mata sekarang" titah Nadira.
Rian mengatur napasnya perlahan kemudian menghembuskannya pelan. "Aku lelaki normal jadi jangan ulangi" ucap Rian kemudian beranjak dari sofa lalu menuruni anak tangga.
"Mau kutaruh di mana mukaku! Ingin rasanya aku menghilang dari dunia ini" gumam Nadira menatap wajahnya di depan cermin.
"Nadira... Apa kamu mau sekolah di rumah.." teriak Rian saat Nadira masih berdiri di depan cermin.
Nadira tersadar dari lamunannya. Dengan cepat ia menghampiri Rian yang tengah berdiri di lantai satu. "Ayo kak" ajak Nadira tersenyum.
"Apa kamu mau aku menyewa seorang guru mengajarimu di rumah?" tanya Rian serius.
"Aku tidak mau. Aku hanya mau belajar di sekolah" balas Nadira dengan tegas. Kemudian berjalan mendahului Rian.
"Di sekolah banyak teman-teman dan banyak lelaki tampan. Aku bisa mencuci mataku tiap hari kecuali hari minggu" ucap Nadira dengan mata berbinar.
Rian menghentikan langkahnya. "Aku pastikan kamu akan belajar di rumah" jelas Rian kemudian berjalan melewati Nadira.
.
.
.
.
.
Bersambung...
Jangan lupa like, komen, up, fav dan vote. 😊
Modus Lu Yan