NovelToon NovelToon
Biarkan Aku Jatuh Cinta

Biarkan Aku Jatuh Cinta

Status: tamat
Genre:Tamat / Nikahmuda / CEO / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:11.8M
Nilai: 5
Nama Author: Me Nia

BIARKAN AKU JATUH CINTA
Ig @authormenia

Akbar diundang ke SMA dan bertemu dengan Ami yang muda dan cantik. Hatinya terasa kembali pada masa dia masih muda, bagaikan air dingin yang dituangkan air mendidih. Dia menemukan jiwa yang muda dan menarik, sehingga dia terjerumus dalam cinta yang melonjak.
Akbar menjalin hubungan cinta dengan Ami yang berumur belasan tahun.
Bagaimana hubungan dengan perbedaan usia 16 tahun akan berkembang?
Bagaimana seorang gadis yang memutuskan untuk menikah muda harus berjuang untuk mendapatkan persetujuan dari keluarganya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Me Nia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

11. Obrolan Minggu

Ada beberapa motor terparkir di pekarangan rumah Ibu Sekar yang pintu gerbangnya terbuka setengah. Panji yang datang terlambat sepuluh menit, berucap salam di ambang pintu utama yang terbuka lebar.

"Masuk, Kak." Aul mengulas senyum usai menjawab salam dari tamu yang ditunggunya itu.

"Lagi ada tamu, ya?" Panji duduk di sofa ruang tamu berhadapan dengan Aul.

"Ada teman-temannya Ami lagi belajar bersama di atas."

Panji membulatkan bibir, ber oh ria tanpa suara.

"Kak Panji mau minum apa?" Tanya Aul dengan wajah yang dihiasi senyum.

"Hm, apa ya. Kopi hitam aja deh." Sebenarnya Panji ingin sekali memuji penampilan Aul saat ini yang sangat cantik mempesona. Membuat jantungnya berdebar lebih kencang. Tapi di sisi lain hatinya mendadak perih lagi, karena merasa gadis yang didambanya itu bukanlah jodohnya.

"Baik, Kak. Tunggu sebentar ya!" Aul beranjak ke dapur.

Panji menghela nafas panjang, kemudian mengusap mukanya. Ia merasa akan menghadapi ketok palu hakim. Tapi sebelum mendengar vonis sudah merana lebih dulu. Ia menatap kedatangan Aul yang membawa nampan. Lagi-lagi wajah sang pujaan hati berhias senyum manis. Namun bikin hatinya teriris.

"Kak, makasih udah sabar menunggu satu hari. Aku....aku menepati janji untuk memberi jawaban sama Kak Panji." Ucap Aul menatap sang tamu yang menunduk menekuri lantai.

Panji menelan ludah. Ia tegakkan kepala dan meluruskan pandangan dengan memasang ekspresi tenang dan memaksakan tersenyum. Siap tidak siap untuk mendengarkan keputusan Aul. "Jadi gimana?"

"Perlu Kak Panji tau dulu, semalam aku bicara banyak dengan Kak Angga untuk mengklarifikasi beberapa hal. Intinya aku dan Kak Angga hanyalah sahabat, tidak lebih. Jadi andaikata nanti Kak Panji melihat kami akrab, suka ada komunikasi, jangan salah kira ya." Jelas Aul.

Raut terkejut tergambar di wajah Panji. "Bersahabat?!" ujarnya spontan dengan suara meninggi. Membuat Aul menegakkan punggungnya karena terkaget.

"Kak Panji gak suka?" Tanya Aul.

"Bukan. Bukan begitu." Sahut Panji dengan cepat. Mendadak terbit binar di matanya. "Kirain pergi malam mingguan buat jadian," ujarnya jujur mengutarakan prasangka.

Aul menggeleng. "Dari dulu sampai ke depannya aku dan Kak Angga tetap berteman. Kalau Kak Panji tidak percaya, bisa tanyakan langsung."

"Aku percaya sama kamu, Aul." Panji berpindah duduk satu sofa dengan Aul. "Jadi sekarang aku dipanggil ke sini mau ngasih jawaban apa?" Ia menatap lembut. Hilang sudah perih yang dari semalam timbul. Berganti terbit asa di dalam dada.

"Memangnya pertanyaannya apa?" Aul mengulum senyum sambil memeluk bantal sofa.

Panji tersenyum simpul. Ditatapnya dengan lekat wajah cantik berbalut pasmina warna krem yang kini menundukkan wajah. "Aul, aku sayang sama kamu lebih dari sekadar sahabat. Sejak dulu, sejak tiga tahun yang lalu, aku nungguin kamu mau membuka hati. Udah gak perlu lagi pacaran. Aku dan kamu udah saling kenal. Keluarga udah jelas dekat. Jadi pertanyaannya, apakah kamu bersedia jadi calon istriku, Aulia?"

Aul memeluk bantal sofa lebih erat untuk menekan dadanya yang berdebar kencang. Ia mendongak dan menatap Panji dengan kedua pipi yang merona. "Iya, Kak Panji. Aku bersedia."

Panji tersenyum lebar dengan wajah semringah. Ia hendak meraih tangan Aul, namun tiba-tiba,

"Assalamu'alaikum." Seorang kurir berjaket dan berhelm hijau berdiri di depan pintu yang terbuka lebar. "Pesanan atas nama Ami Selimut, Teh."

Aul menjawab salam dan berdiri dengan menahan tawa karena Panji terkaget. "Sudah dibayar belum, Kang?" Ia mengambil alih dua kantong besar dari tangan kurir itu.

"Sudah, Teh. Permisi." Kurir berlalu pergi. Meninggalkan Aul yang mengernyit melihat jajanan Ami yang banyak.

"Kak, sebentar ya mau ke atas dulu. Pesanan Ami." Aul mengangkat tentengannya.

Panji mengangguk dan tersenyum. Hari ini menjadi sejarah baginya. The new journey akan dimulai.

***

Di lantai atas sedang berlangsung belajar bersama dengan serius. Duduk bersama di gelaran karpet dengan gaya bebas. Berbagi metode belajar dengan menggunakan rumus cepat. Fokus pada pelajaran matematika dan kimia.

"Mi, apa rahasianya kamu bisa ranking satu. Padahal kamu tuh duduknya di belakang. Terus kelihatannya selow gitu kalo di kelas. Konser mulu hobinya." Tanya Ozi yang sudah merasa pusing mengerjakan tes soal matematika. Sampai mengacak-ngacak rambutnya. Kelakuannya itu ditertawakan teman lainnya.

"Masih pada ingat nggak motivasi Coach Akbar. Aku sih ditempel di kamar biar bisa kebaca tiap saat dan itu bisa jadi boster." Ami akan mulai menerangkan.

"Poin keempat kata Coach Akbar, KONSISTEN ISTIQOMAH DISIPLIN. Nah itu aku udah aplikasikan dari dulu. Kan waktu di pesantren waktu SMP, bangun tidur tuh wajib jam tiga. Jadinya dibiasakan terus deh sampe sekarang. Dan aku belajar di jam itu sampe subuh. Gak pernah SKS. Makanya selow aja kalo tiba-tiba guru ngasih ulangan." Jelas Ami berbagi rahasia.

"Abis subuh tidur lagi, Mi?" Tanya Sonya tak kalah penasaran.

Ami menggeleng. "Nggak lah, mana sempat. Kan jam 6 udah harus meluncur ke sekolah."

"Kalau aku bangun jam segitu bisa-bisa di kelas malah tidur." Marga nyengir kuda.

"Tidurnya jangan malam-malam. Aku jam sembilan udah tidur. Jadi bangun jam tiga tuh seger." Ami mencebikkan bibir pada Marga yang ia tahu suka begadang hanya untuk bermain game. Orang yang ditatapnya itu tertawa cengengesan.

"Lanjut kerjain soal, Marga. Jangan rebahan!" Ifa memukul punggung Marga dengan bukunya. Karena si tukang menguap di kelas itu telungkup di sampingnya.

"Break dulu lah, Fa. Otakku ngebul nih." Marga bergeming dengan posisinya.

"Amiiiii." Terdengar panggilan Aul dari bawah tangga. Salah seorang teman Ami berinisiatif turun.

"Teh, Ami nya lagi ke kamar mandi." Ucap Kia yang menghampiri Aul.

"Nitip aja deh sama Kia, ya? ini orderan Ami." Aul menyerahkan tentengannya. Diterima Kia dengan anggukkan dan kembali ke atas.

Ami yang baru keluar dari kamar, berpapasan dengan Kia yang baru duduk lagi di karpet.

"Mi, ini dari Teh Aul. Orderan Ami katanya." Kia menunjuk kantong yang disimpannya di meja.

Ami mengerutkan kening sambil mendekati meja. "Aku gak order kok. Salah alamat kali?" ujarnya bingung dan penasaran melihat isinya. Dua kotak pizza big box dan minuman tujuh cup dari merk yang sama. Juga sekantong roti merk ternama. Bisa dipastikan itu belinya di mall yang sama.

"Waduh dari aromanya pizza nih pasti." Marga mendadak bangun dengan semangat. "Mi, unboxing sekarang dong. Jadi lapar," sambungnya tanpa sungkan.

Ami yang masih dilanda bingung dengan jajanan lebih dari lima ratus ribu itu, mengabaikan ucapan Marga. Beralih menatap ponselnya yang berdering. Kak Akbar calling.

"Ha....." Belum selesai Ami menyapa, Akbar sudah lebih cepat menyambar.

"Mi, Kak Akbar order makanan buat Ami dan teman-teman. Udah sampe belum?"

Ami melebarkan mata. Bergegas ia berpindah tempat. Masuk ke kamarnya. Merasa malu jika teman-temannya tahu kalau yang menelepon adalah Coach Akbar. Yang tadi dibahasnya. "Oh, ini dari Kak Akbar? Aku lagi bingung, kirain kurir salah alamat."

Akbar terkekeh. "Dimakan ya! Biar makin semangat belajarnya. Jadi ingat Ami dulu. Kan sukanya ngemil. Masih sama kan sampe sekarang?"

Ami tersenyum dengan wajah merona. Yang tentu saja tidak akan terlihat oleh Akbar. "Iya, hehe. Aku juga masih ingat ucapan Kak Akbar dulu di rumah Kak Rama. Yang rajin belajar ya biar cepat gede. Sungguh, quote aliran sesat," ujarnya dengan mendecak.

Terdengar tawa lepas di ujung telepon. "Nggak nyangka Ami masih ingat ucapan itu." Kemudian Akbar mengganti panggilan telepon menjadi panggilan video.

Ami beralih duduk di sofa sambil bersila. Ia menerima sambungan video sehingga bisa melihat wajah baru Akbar yang rambutnya dipotong tipis di kedua sisi belakang telinga. Terlihat fresh. Membuatnya mengulum senyum.

"Iya Kak, aku juga gak tau kenapa ucapan itu sampai melekat di otak. Kadang suka geli sendiri." Sahut Ami sambil terkikik. Ia menjadi betah berbincang. Sejenak terlupa ada teman-temannya yang sedang menyelesaikan soal latihan.

"Padahal dulu itu spontan. Karena Ami nya emang imut menggemaskan. Eh, ternyata sekarang juga masih sama. Malah makin cantik." Seringai tampan menghiasi wajah Akbar yang sedang berada di sisi jendela kamarnya. Mengenakan setelan kaos hitam slimfit dan celana jeans.

Ami tersipu malu. Merasa kini badannya menjadi tidak nyaman. Kedua pipinya memanas. "Hm, Kak udahan dulu ya. Mau lanjutin belajar. Makasih banget untuk kirimannya ya, Kak," ujarnya memilih menyudahi karena baru sadar sudah lama berada di dalam kamar.

"Oke, Ami. Kak Akbar juga mau pergi. Ada acara dengan teman-teman."

"Mau hangout ya, Kak? Emang hari ini hari apa sih?" Ami mengerutkan kening.

"Iya, main dulu lah. Kan ini hari minggu. Ami lupa?"Akbar menatap layar dengan sudut bibirnya tertarik ke atas.

"Bukan hari minggu. Hari ini Kak Akbar ganteng banget. Hi hi hi." Ami menutup mulutnya dengan satu tangan.

Akbar tertawa sambil menepuk jidat. "Haduh. Terjebak gombalan lagi deh aku," ujarnya sambil geleng-geleng kepala. "Pengen balas tapi nggak bisa. Ajarin dong, Mi!"

"Oke, aku ajarin dengan soal matematika dasar ya. Kalo ini bisa dijawab, Kak Akbar bisa jadi suhu." Ami memasang wajah serius.

Akbar menautkan kedua alisnya. Tak urung ia mengangguk. Penasaran.

"Soalnya, dua ditambah lima jadi berapa?" Tanya Ami.

"Tujuh." Akbar menjawab cepat.

Ami menggeleng. "Salah, Kak. Dua ditambah lima itu, semoga kita selalu bersama. Hihihi."

"Sudah ah, Kak. Assalamu'alaikum." Ami memutus sambungan sepihak disaat Akbar menghempaskan punggung ke dinding tembok. Ia terkikik sendiri. Merasa lucu dengan respon Akbar yang oleng.

Ami keluar dari kamar usai menetralkan wajahnya yang tadi penuh senyum. Karena Akbar mengirim pesan saat sambungan diputuskan.

[Mi, Kak Akbar mau pergi sekalian cek gula darah. Sepertinya terserang diabetes nih]

Ami sudah membalasnya dengan emoji tawa.

Ia kini bergabung duduk di karpet usai menurunkan kantong makanan yang ada di meja.

"Mi, jadi itu makanan orderan siapa?" Tanya Sonya yang tadi mendengar ucapan Ami yang mengaku tidak memesan.

"Ternyata kiriman dari sodara. Barusan nelpon orangnya. Alhamdulillah rejeki anak soleha. Yuk ah dimakan dulu sambil cek jawaban. Nanti kita lanjut fisika." Ami memangkas rasa ingin tahu teman-temannya agar tidak lagi lanjut bertanya-tanya.

1
Aira Azzahra Humaira
seeerrr tarik mang
Aira Azzahra Humaira
ahhaayyy aku yang kelonjotan serrr
Aira Azzahra Humaira
ah dasaaar cewek gatel
Pudji Widy
ami kan di tinggal ayah nya dr kecil,jadi di suka dan nyaman dg pria dewasa' Krn merindukan kasih sayang bapak nya
Pudji Widy
kenapa yg berasa dag Dig dug aku juga ya? hiss apa aku jatuh cinta sama Akbar?? amii..Akbar ku tikung yaaaa!!!!😀😀
𝕭'𝐒𝐧𝐨𝐰 ❄
3tahun bisa sabar, ehhh 1hari aja gak sanggup sih...
𝕭'𝐒𝐧𝐨𝐰 ❄
ehhh kode tuh...
𝕭'𝐒𝐧𝐨𝐰 ❄
🤣🤣🤣🤣
Aira Azzahra Humaira
ah camer perhatian amat
Aira Azzahra Humaira
MasyaAllah cutie 🥰🥰
Aira Azzahra Humaira
pokoknya mah ter Ami amii 🥰🥰
Aira Azzahra Humaira
Amiin
Aira Azzahra Humaira
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
Aira Azzahra Humaira
hahhhh bukan matre tapi kebutuhan 🤣🤣🤣
Aira Azzahra Humaira
selamat ya iko 😘
Aira Azzahra Humaira
hahhhh salam paham kira Anu ehm ehmmm ya sya 😂😂
Aira Azzahra Humaira
percintaan manis penuh dengan senyuman
Aira Azzahra Humaira
bukan mimpi itu Amii emang ayang lg nonton
Aira Azzahra Humaira
akbar jadi SUPORTERNYA Amii
Aira Azzahra Humaira
tuh akbar bijak orangnya suka deh
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!