Menjadi Istri kedua atau menjadi madu dari Istri pertama sudah pasti bukan sebuah mimpi dan harapan, bahkan mungkin semua wanita menghindari pernikahan semacam itu.
Sama halnya dengan Claire yang sudah menyusun mimpi indah untuk sepanjang hidupnya, menikah dengan suami idaman dan menjadi satu-satunya Istri yang paling cintai.
Namun mimpi indah itu harus kandas karena hutang Papanya, uang miliaran yang harus didapatkan dalam dua bulan telah menjadi kan Claire korban.
Claire akhirnya menikah dengan pengusaha yang berhasil menjamin kebangkitan perusahaan papanya, Claire dinikahi hanya untuk diminta melahirkan keturunan pengusaha itu.
Segala pertentangan terus terjadi di dalam pernikahan mereka, Claire yang keras menolak hamil sedangkan jelas tujuan pernikahan mereka untuk keturunan.
Kisah yang sedikit rumit antara satu suami dan dua istri ini dialami Claire, Brian, dan Tania. Akan seperti apa akhirnya pernikahan itu, jika keturunan tak kunjung hadir.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vismimood_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Setelah 12 Tahun
Claire diam ketika lelaki itu berjalan mendekatinya, ingatannya berusaha memutar memori tentang siapa kemungkinan lelaki itu. Tapi Claire tidak mengingatnya sama sekali, Claire tidak mengenali sosok itu sama sekali.
"Claire, itu nama kamu?"
"Siapa kamu?"
"Bekas luka di punggung mu, membuat ku mengenalimu dan rupanya itu benar?"
Claire menunduk, luka di punggung, Claire memang memiliki luka di punggung. Sewaktu membantu Raja dimasa kecil dulu, Claire mendapat sabetan benda tajam dari preman cilik itu.
"Raja." Gumam Claire yang kembali menatap lelaki di hadapannya.
Tidak, Raja kecil yang Claire kenal tidak seperti ini, Raja kecil yang dulu begitu culun dan selalu tampak menyebalkan. Claire menggeleng, ia berusaha kembali mengingat siapa saja orang dimasa lalunya itu.
"Aku masih menyimpan ini."
Claire melihat lelaki itu merogoh dompetnya dan mengeluarkan lipatan kertas yang telah usang, Claire menerimanya ketika lelaki itu memberikannya. Dengan perlahan Claire membuka lipatan kertas itu, masih jelas tulisan masa kecil Claire di sana, itu adalah surat yang Claire tulis menjelang kepindahannya dimasa lalu.
"Aku menemukan kamu malam ini."
"Raja." Gumam Claire yang masih tak percaya.
Memang berubah, Raja benar-benar berubah dari masa kecilnya. Raja kini begitu tampan dengan tubuh tinggi tegapnya itu, Raja terlihat begitu dewasa dan berwibawa.
"Pencarian ku berakhir malam ini, Claire."
Air mata Claire kembali mengalir, kalimat apa yang didengarnya barusan, Raja mencarinya selama ini dan bahkan sampai malam ini langkahnya masih terarah untuk mencari Claire. Tanpa permisi Raja mendekap tubuh Claire, rasanya lega sekali bisa melihat malaikat kecilnya itu kembali.
"Jadi selama ini kamu tinggal di Kota ini, dimana Claire. Aku sudah satu tahun di sini, kenapa baru malam ini aku bisa menemukan mu?"
Tak ada kata apa pun, Claire justru kembali mencurahkan tangisnya dalam dekapan Raja. Tangisan Claire membuat Raja merasa haru, entah tangisan itu untuk apa tapi air mata Raja jadi terundang untuk ikut menetes.
"Ada masalah, kenapa kamu menangis di sini sendirian?"
*
Raja menuntun Claire memasuki kediamannya, Claire mengkaui perubahan Raja sangatlah jauh. Kini lelaki itu tampak gagah, Claire duduk sesuai dengan arahan Raja.
"Tunggu, aku bawakan kamu minum dulu."
Claire hanya diam membiarkan Raja berlalu darinya, punggung lelaki itu menghilang di balik tembok. Claire mengamati setiap penjuru ruangan, lihatlah Raja sudah memiliki kreasi indah untuk mendekor rumahnya.
"Minumlah, tenangkan dirimu sekarang."
Claire menerima gelas yang diberikan, meneguk setengah dari isinya dan menyimpannya di meja. Claire melirik Raja yang tampak tak henti menatapnya, Raja tersenyum dan memilih berjongkok di hadapan Claire dengan menggenggam kedua tangannya.
Seperti inikah Raja sekarang, manis sekali dengan segala perhatian kecil yang baru saja Claire terima. Sewaktu di taman tadi Claire tidak mengatakan apa pun dari semua pertanyaan Raja, Claire juga enggan diantarkan pulang sehingga Raja memutuskan membawa Claire ke rumahnya saja.
"Kalau sudah cukup tenang, tolong ceritakan masalah kamu sekarang ya."
Claire merapatkan bibirnya, bisakah tidak membahas itu sekarang. Claire tidak bisa mengatakan apa pun, emosi dan sakit hati yang masih menguasainya membuat Claire tak bisa membendung air matanya.
"Jangan menangis, Claire adalah malaikat kecil ku yang selalu kuat. Rasanya sangat tidak pantas jika menangis seperti ini, jadi ayo tersenyum."
Claire menunduk, mungkin dulu itu benar adanya, bahkan ketika Claire terluka di punggung kala itu Claire sama sekali tidak menangis. Namun lihatlah sekarang, hanya karena satu masalah saja Claire langsung tampak lemah.
"Ada apa, Claire?"
"Aku harus menikah 2 minggu lagi." Ungkap Claire dengan terbata.
"Menikah?"
Dengan masih terus terisak, Claire menceritakan semuanya dengan susah payah. Claire mengaku tidak menginginkan pernikahannya dengan Brian, tapi kenyataan orang tuanya telah tega menjualnya pada lelaki itu.
Raja sempat menunduk seraya memejamkan matanya, rupanya memang kedatangan Raja sangatlah terlambat. Jika saja Raja datang lebih awal, paling tidak Raja bertemu orang tuanya Claire lebih awal, mungkin Raja bisa lebih dulu manawarkan bantuan.
"Aku gak mau Raja, aku gak mau menikah dengan lelaki gila itu."
"Sutt, tenang dulu. Kamu harus tenang, jangan seperti ini. Menghadapi masalah itu harus dibarengi dengan ketenangan, kamu harus yakin jika selalu ada jalan untuk setiap masalah."
"Aku gak bisa, 2 minggu itu bukan waktu yang lama Raja. Hidup aku akan hancur sebentar lagi, semua gara-gara mereka, mereka sangat egois."
Raja mengangguk paham, ia berdiri dengan lututnya dan kembali memeluk Claire. Tidak masalah, Claire bisa meluapkan semuanya sekarang dan Raja akan mendengarkannya.
Pernyataan Claire memang sangat mengejutkan Raja juga, kenyataan itu juga sedikit mengusik perasaan Raja. Selama bertahun-tahun Raja berusaha mencari Claire dengan segenap hatinya, sejak Raja mampu melawan brandal cilik di Sekolahnya waktu dulu Raja sudah memutuskan akan menemukan Claire, Raja akan menjadi malaikat pelindung bagi Claire setelah Raja dewasa nanti.
Namun ternyata seperti ini pertemuan yang didambakan Raja selama ini, wanita yang selalu mengusik perasaanya sebentar lagi akan dinikahi lelaki lain. Apa bisa Raja menghentikannya, tapi dengan cara apa Raja bisa melakukannya jika kenyataan orang tua Claire sendiri yang membuat kesalahan besar itu.
*
"Mas Brian, kamu sudah minta Claire untuk kembali ke Kantor?" Tanya Tania seraya mengisi piring makan Brian.
Pagi ini Tania begitu berisik membahas Claire, ia memaksa Brian untuk memanggil kembali Claire agar bekerja bersama lagi. Tania sudah menjelaskan semuanya dan memang benar itu bukan salah Claire, tapi pantang bagi Brian untuk menarik keputusan yang sudah dibuatnya itu, Claire sudah selesai masanya di Kantor karena yang tersisa adalah urusan pribadi mereka berdua.
"Mas."
"Dia tidak perlu bekerja, dia akan menikah dengan ku sebentar lagi. Dia hanya harus fokus untuk bisa hamil, itu saja."
Tania menghela nafasnya tenang, membahas kehamilan sebenarnya sedikit mengusik perasaan Tania. Tapi apa mau dikata jika takdir Tuhan sudah menuliskannya, Tania tidak bisa memiliki keturunan bahkan diseumur hidupnya.
"Mas, aku kok tidak tega dengan Claire."
Brian menghentikan kegiatan makannya dan berpindah menatap Tania, bukankah sejak awal wanita itu setuju dengan langkah Brian.
"Claire itu masih gadis Mas, masa depan dia masih panjang. Aku merasa wajar jika dia menolak keputusan ini, dia pasti punya banyak mimpi dalam hidupnya."
"Tapi tugas dia sekarang hanya satu, mewujudkan mimpi ku mendapatkan keturunan."
Tania tersenyum di tengah wajah sendunya, sedih dan sakit sekali rasanya ketika suaminya justru meminta hal itu dari wanita lain. Hidup Tania memang tidak ada gunanya sama sekali, Brian sudah sangat membahagiakannya dengan mewujudkan segala keinginnya, tapi satu mimpi Brian saja Tania tidak bisa mengabulkannya.
"Maaf Mas, aku memang tidak berguna jadi Istri buat kamu."
Brian meneguk minumnya, ia segera memeluk Tania ketika wanita itu menunduk dan terisak. Sudah berulang kali Brian katakan jika itu bukan masalah baginya, Brian mencintai Tania dengan segala kekurangannya, apa pun yang terjadi sekarang tak akan membuat Brian meninggalkan Tania.
*
"Kamu dari mana semalaman tidak pulang, tidur dimana kamu?"
Ellena terus saja mencecar Claire dengan pertanyaan yang sama, Claire enggan menjawab pertanyaan itu karena rasanya Ellena sudah tidak memperdulikannya lagi.
"Claire, kamu dengar Mama atau tidak?"
Claire merapikan dirinya, menyisir rambut panjangnya, dan meraih tas kecilnya. Claire berbalik berniat untuk pergi lagi, tapi kali ini Ellena tak membiarkan langkah Claire begitu saja.
"Lepas."
"Seperti ini cara kamu berhadapan dengan orang tua mu, kamu fikir ini sopan?"
"Mama mau dihargai?"
Ellena diam, nada bicara Claire sangat tidak pantas dilontarkan pada Ellena. Claire menarik tangannya yang ditahan Ellena, Claire malas berbaik hati sekarang.
"Mama mau dihargai, apa Mama sudah menghargai aku beberapa waktu ini?"
"Kamu masih tidak terima dengan semua ini, Claire kamu akan hidup dengan tenang bersama dengan Brian."
"Hidup tenang seperti apa yang Mama fikirkan, Aku akan menikahi laki-laki beristri, aku sudah menyakiti perasaan wanita lainnya Ma."
"Dia sendiri sudah setuju Claire, bagus dia sadar diri tidak bisa memberikan keturunan pada Brian. Kamu akan bisa membuat dia semakin sadar diri untuk tidak lagi mendampingi Brian, setelah kamu berhasil melahirkan anak Brian semua akan berbalik kepadamu."
Claire menggeleng, habis fikir Claire menghadapi Ellena sekarang, kenapa Ellena terlalu menganggap enteng semuanya. Sudah jelas jika Ellena juga seorang perempuan, tapi kenapa Ellena tidak bisa memposisikan diri untuk jadi Tania juga.
"Cukup Claire, Papa sama Mama sudah memikirkan semuanya. Kami yakin pada akhirnya nanti Brian akan bisa jadi milik kamu seutuhnya, kamu hanya harus menerima jalan awalnya saja yang seperti ini."
"Aku gak mau!"
"Jadi kamu lebih memilih membiarkan Papa kamu mati, Claire?"
"Tapi pada kenyataannya kalian yang memilih mematikan hidup aku, kalian merampas masa depan yang sudah aku impikan. Kalian merusak semua harapan aku, kalian memang benar-benar egois!"
Plak....
Claire tersentak dengan tamparan yang diberikan Ellena padanya, keributan mereka kemarin tak lantas membuat Ellena menamparnya. Namun lihatlah sekarang, tangan yang dulu begitu lembut menyentuh Claire, kini dengan kasar menamparnya.
"Claire, Mama-"
"Terimakasih, terimakasih Mama sudah pernah jadi Mama yang aku banggakan dulu. Mama yang selalu penuh kasih dan kelembutan, Mama yang selalu perhatian dan bisa mengerti aku dalam hal apa pun. Terimakasih, sekarang lakukan apa pun yang Mama mau terhadap aku, Mama bisa siapkan pernikahan yang sudah Mama dan mereka semua sepakati. Lakukan saja, aku hanya boneka sekarang, boneka memang untuk dimainkan!"
Claire berlalu begitu saja dengan air mata yang kembali membanjiri kedua pipinya, biarkan Claire dengan langkahnya saat ini sebelum kesempatan untuk bisa melangkah itu benar-benar hilang. Claire akan menjadi seperti yang mereka mau setelah ini, Claire akan mati setelah pernikahan itu terjadi, tidak akan ada lagi Claire dengan segudang mimpi yang sedikit demi sedikit sudah bisa diwujudkannya.