Jiro Adrian pernah mencintai wanita begitu dalam namun di hianati, beberapa tahun kemudian setelah bertunangan dengan wanita lain tiba-tiba masa lalunya hadir dan kembali mengacak-acak hatinya.
Pria itu menyayangi tunangannya tapi juga tak bisa melepaskan wanita masa lalunya karena ingin membalas rasa sakit hatinya dahulu.
Lalu siapa yang akan ia pilih, tunangannya yang telah membantunya kembali bangkit atau justru masa lalunya yang banyak menyimpan rahasia yang tak pernah ia duga?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Qinan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab~11
Setelah istirahat siang selesai Hanna pun kembali ke kantornya namun ia tak mendapati bosnya itu ada di ruangannya hingga sore hari berlalu. Entah kemana pria itu pergi dan itu bukan urusannya meskipun seharusnya saat jam kantor ia harus tahu jadi saat ada yang mencarinya ia bisa memberikan alasan.
Mengingat beberapa saat lalu ketika mantan kekasihnya itu mengendarai mobilnya dengan kencang ia tahu pria itu pasti sengaja, karena mengetahui ia memiliki trauma masa lalu meskipun saat bersamanya dulu traumanya perlahan membaik.
"Hallo, apa putraku ada di ruangannya?"
Seorang wanita paruh baya yang masih terlihat cantik terawat itu nampak mendatangi mejanya sore itu dengan senyuman mengembang di bibirnya, sangat menawan dan keibuan pikirnya tapi kenapa wajahnya seperti tak asing baginya? Ia seperti pernah melihatnya tapi entah di mana.
"Nak, kamu mendengarku?" ulang nyonya Andrea ibu dari Jiro Adrian ketika melihat gadis manis di hadapannya itu nampak melamun.
"Ma-maaf nyonya."
Hanna pun langsung beranjak dari duduknya dengan wajah gugupnya, sial bahkan di saat seperti ini bisa-bisanya ia melamun.
Wanita paruh baya itu tersenyum tipis menatapnya, "Putraku pasti memberikanmu banyak pekerjaan ya?" ucapnya menatap iba gadis itu.
Hanna melirik mejanya yang di penuhi tumpukan dokumen perusahaan selama setahun terakhir ini, entah apa maksud bosnya itu memintanya untuk memeriksa semuanya.
"Ti-tidak nyonya memang sudah menjadi tugas saya," dustanya.
Sebagai karyawan baru tentu saja ia tidak boleh mengeluh meskipun rasanya sangat lelah di hari pertamanya bekerja, tidak hanya badannya namun psikisnya juga sama lelahnya.
"Baiklah, oh ya kenalkan saya Andrea Adrian ibu dari Jiro." wanita itu pun langsung mengulurkan jabat tangannya memperkenalkan dirinya kepada Hanna.
"Hanna Emerald, nyonya." Hanna pun langsung membalas jabat tangan wanita yang terlihat ramah dan baik hati itu.
"Saya sekretaris baru tuan," imbuh wanita itu lagi.
Nyonya Andrea kembali tersenyum menatapnya, "Apa putraku ada di ruangannya?" tanyanya sembari menatap pintu ruangan putranya yang tertutup rapat.
"Maaf nyonya tapi tuan keluar sejak jam istirahat tadi siang," tukas Hanna memberitahu.
Wanita paruh baya itu pun nampak kecewa, "Benarkah? Apa dia sedang ada meeting di luar?" ucapnya ingin tahu.
Hanna menggeleng kecil. "Maaf nyonya saya tidak tahu karena beliau tidak mengatakan apapun tapi setahu saya hari ini beliau tak ada jadwal meeting." balasnya menanggapi.
"Dia memang selalu kebiasaan pergi tanpa pamit, mungkin sedang bersama Sofie. Baiklah biar ku hubungi saja dia nanti," keluh nyonya Andrea kemudian wanita itu pun berlalu pergi dari sana.
Sepertinya ada hal penting tapi Hanna tak ingin ikut campur urusan mereka dan wanita itu pun kembali memeriksa dokumen di hadapannya tersebut. Baru setengahnya ia melakukannya dan besok pagi harus selesai sesuai permintaan bosnya yang killer itu, sepertinya ia akan lembur malam ini.
Beberapa saat kemudian Jovan nampak mendatangi mejanya. "Hanna, apa kamu tidak pulang?" ucapnya saat melihat wanita itu sibuk dengan pekerjaannya padahal jam pulang sudah lewat 15 menit yang lalu.
Hanna pun mengangkat wajahnya. "Sebentar lagi tuan Jovan," ucapnya berdusta padahal ia tebak hampir tengah malam ia baru selesai.
"Ck, kak Jiro benar-benar keterlaluan tapi sayangnya aku tak bisa menemanimu Hanna karena ada meeting di luar tapi jika belum selesai kamu bisa membawanya pulang." Jovan menatap iba wanita itu.
Hanna pun nampak tersenyum kecil. "Aku baik-baik saja tuan Jovan, sebentar lagi juga selesai." sahutnya berdusta, wanita itu memang tak suka merepotkan atau mengeluh kepada orang lain karena sejak kecil ia di tuntut untuk mandiri tanpa banyak protes.
Setelah Jovan pergi Hanna kembali melanjutkan pekerjaannya dan tak lupa mengabarkan security jika ia masih berada di kantornya, beruntung masih ada sedikit karyawan yang juga sedang lembur di lantai lainnya. Ia tidak mungkin membawa semua dokumen tersebut pulang tanpa seizin CEOnya mengingat itu dokumen rahasia perusahaannya.
Jarum jam telah menunjukkan pukul 11 malam dan wanita itu baru beranjak dari duduknya, setelah meletakkan hasil kerjanya ke ruangan bosnya Hanna segera bersiap-siap untuk pulang.
"Astaga, ada apa denganku?" gumamnya ketika tiba-tiba kepalanya terasa berputar, ini pasti karena ia telah melewatkan makan malamnya. Sejak tadi hujan turun dengan lebat hingga beberapa makanan online yang ia pesan selalu di tolak.
Kini dengan langkah tertatih wanita itu pergi meninggalkan kantornya tersebut, beruntung hujan telah reda hingga membuatnya bisa pulang tanpa khawatir.
Melangkah dengan tergesa menuju stasiun untuk mengejar kereta terakhir tengah malam itu semoga saja ia tak terlambat tapi sayangnya rupanya kereta sudah pergi beberapa menit yang lalu.
Kini Hanna kembali menyusuri jalan raya untuk memesan taksi online atau kendaraan umum yang kebetulan lewat, meskipun hampir tengah malam suasana ibu kota masih sangatlah ramai jadi ia tak merasa khawatir.
Tak berapa lama taksi online yang ia pesan pun datang meskipun sedikit mahal daripada naik kereta tapi tak apa-apa toh hanya sesekali daripada ia harus tidur di jalanan malam ini.
Namun saat hendak melangkah mendekati taksi tersebut Hanna tiba-tiba kembali merasakan nyeri di kepalanya hingga membuatnya hampir jatuh jika saja sopir taksi tersebut tak langsung menolongnya.
"Nona, apa kamu baik-baik saja?" ucap pria itu khawatir.
Hanna berusaha menyeimbangkan tubuhnya. "Terima kasih pak," tukasnya.
"Mari saya bantu nona," sopir itu pun nampak memegangi lengan wanita itu dan di bawanya masuk ke dalam mobilnya.
"Terima kasih," ucap Hanna kembali setelah taksi online yang membawanya telah melaju meninggalkan tempat tersebut.
Hanna merasa bersyukur karena ia selalu menemui orang-orang baik di saat kesulitan menghampirinya, dahulu gurunya pernah berkata jika ia adalah anak pembawa keberuntungan bagi orang yang bersyukur tapi ia rasa itu hanya sebuah kalimat untuk menghiburnya saat ia sedang sedih atas perlakuan ayahnya maupun teman-temannya yang tak adil.
Karena nyatanya ayah kandungnya justru menganggap dirinya adalah anak pembawa sial, karena kelahirannya membuat pria itu tak bisa mengejar cinta sejatinya.
"Wanita itu,"
Hanna kembali mengingat wajah ibu dari CEOnya yang datang ke kantornya tadi sore, entah kenapa wajah wanita itu sangat mirip dengan foto yang pernah tak sengaja ia temukan di kamar ayahnya saat kecil dahulu namun gara-gara itu ayahnya murka dan memukulinya.
Sementara itu di tempat lain Jiro yang sedang menghentikan mobilnya di seberang jalan nampak menatap mobil yang baru saja membawa sekretarisnya itu pergi.
"Ck, sekali murahan tetap saja murahan." gumamnya dan tanpa sadar tangannya mencengkeram stirnya dengan kencang hingga buku-buku jarinya menonjol kemerahan.
Sebelumnya pria itu yang tak sengaja melihat Hanna bersama seorang laki-laki langsung menghentikan mobilnya di seberang jalan dan di lihatnya wanita itu nampak di peluk mesra oleh pria tersebut saat di bawanya masuk ke dalam mobilnya.