Gharial El Barrack, seorang pria yang dijodohkan dengan selebriti papan atas. Namun, hasratnya justru hanya bangkit ketika bersama sang adik, Liliyana.
Hingga suatu kejadian membawa Liliyana terjebak dengan kegilaan Gharial.
Akankah mereka bersatu? Sementara di mata umum, cinta mereka adalah cinta terlarang?
Noted : Banyak umpatan kasar, dan kata-kata nyeleneh. Kalau tidak suka harap skip!
Salam anu 👑
Follow Ig @nitamelia05
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ntaamelia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11. Cie Udah Gede
Sudah dua minggu sejak kejadian itu, Lily mulai kuliah seperti biasa. Tidak ada ketakutan atau apapun tentang Frans, karena pria itu sudah di drop out oleh pihak kampus, atas permintaan kakaknya.
Kini Lily dan Ghara sudah berada di dalam perjalanan menuju tempat masing-masing. Karena setiap hari Ghara memang mengantar Lily untuk berkuliah, dia selalu menolak jika Lily harus diantar oleh supir, karena dia akan memastikan bahwa sang adik sampai dengan selamat.
Ghara bersenandung kecil, mengikuti alunan lagu yang sedang berputar di mobilnya. Namun, tiba-tiba ketenangannya diganggu oleh panggilan masuk dari Keysha.
"Ck, ngapain sih nih Lampir nelpon gue pagi-pagi. Gak ada puas-puasnya ganggu orang!" gerutu Ghara, merasa malas meladeni sang tunangan. Padahal selama ini Keysha terlihat sabar sekali menghadapi sikapnya.
Namun, hal tersebut tidak akan mungkin membuat Ghara luluh begitu saja. Sebab kejadian di masa lalu membuat dia tidak sudi kembali pada Kesyha.
Ya, dulu mereka sempat berpacaran. Karena Ghara adalah tipe buaya darat yang menerima setiap wanita yang mengatakan cinta padanya. Akan tetapi ternyata Keysha menjadikan itu sebagai bahan taruhan, dan membuat Ghara merasa direndahkan.
Walaupun Ghara adalah seorang pemain, tetapi tidak akan terima jika dirinya dipermainkan.
"Siapa?" tanya Lily penasaran.
"Si Lampir."
"Ish, Kakak tuh kalo ditanya jawabnya gak pernah bener!"
"Kalo gue bener dunia kiamat, Li," jawab Ghara sambil terkekeh, daripada meladeni Keysha, dia lebih suka untuk menggoda adiknya.
Lily langsung menatap sinis, tak mengindahkan ucapan Ghara, lantas dia merebut benda pipih yang ada di tangan pria itu.
"Orang Kak Keysha, kok disebutnya lampir sih? Dia kan tunangan Kakak!" cetus Lily, menasehati sang kakak agar bersikap lebih baik pada calon istrinya. Namun, Ghara terlihat acuh tak acuh, sebab hal tersebut tidak berguna sama sekali untuknya.
"Dia itu ribet, Li. Bukannya seneng, gue malah enek ditanya udah makan belom, udah minum belom, udah bokeer belom. Gue udah gede kali, punya otak yang bisa diajak berpikir ketika gue laper ya gue makan, aus ya gue minum, kebelet bokeer ya gue ke WC. Kecuali dia tanya gue udah ngesexs apa belom? Lain cerita, gue belum beli sexs toys soalnya," cerocos Ghara dengan tampang tanpa dosa, membuat Lily langsung mendelik.
"Ih, mulut Kakak tuh gampang banget sih ngomong kotor?!" sentak gadis cantik itu, sambil menggeplak lengan kekar Ghara.
Namun, bukannya merasa bersalah, Ghara justru terkekeh semakin keras. "Kita gak bakal tahu bersih sebelum kenal kotor, Li."
"Ini beda, Kakak jorok!"
"Jorok apaan sih? Orang ngomong sexs doang. Lu juga udah gede kali, udah cukup umur buat ngenal apa itu sexs!"
Lily tak mau mendengar, dia lebih memilih untuk menutup kedua telinganya. Dari pada harus tercemar oleh ucapan-ucapan absurd Ghara.
Dan hal tersebut membuat Ghara semakin gemas, hingga dia mengusak puncak kepala Lily dengan asal. "Cie Adek gue udah gede cie. Bentar lagi ganti ukuran nih." Ledek Ghara dengan senyum mengejek.
Kening Lily mengerut, karena nyatanya apa yang ia lakukan tak dapat menghalau semua suara Ghara. Dia masih bisa mendengar jelas, apa yang dikatakan pria itu. Hingga dengan polosnya dia bertanya. "Ukuran apa maksud, Kakak?"
Mendengar itu, Ghara menoleh dengan bibir bawahnya yang sedikit tergigit. Kemudian menjawab dengan ledakan tawa yang dashyat.
"Ukuran behalah, ya kali ukuran kepala."
"Ish, aku benci ngomong sama Kak Ghara!" teriak Lily, yang tanpa sadar didengar oleh Keysha, sebab jari Lily tak sengaja mengusap icon hijau di ponsel milik Ghara.
***
Setibanya di kantor, dia langsung disambut oleh beberapa karyawan yang menyapanya. Sesuatu yang begitu biasa bagi seorang Ghara, tetapi terlihat menakjubkan bagi para karyawan wanita yang begitu mengagungkan postur tubuh dan paras wajahnya.
"Ghar!" panggil Edo yang baru saja mendapat informasi dari resepsionis, bahwa Keysha ada di ruangan pimpinan kedua.
Lantas Ghara langsung menoleh, dan melihat sang sahabat yang tengah menghampirinya. "Ngape lu, Do?" Tanya pria itu dengan kedua alis yang menaut. Dia menggulung lengan kemejanya hingga ke siku, tetapi entah kenapa malah jadi mirip kang cendol yang biasa mangkal di depan perusahaan.
"Calon bini lu ada di atas, Bre," jawab Edo dengan nafas yang sedikit terengah.
"Serius lu?"
"Bener, dia udah dateng dari tadi."
"Ya Saroh, nih Lampir atu otaknya kenapa sih? Ngebet banget pengen beduaan sama gue."
Ghara menggerutu sambil berjalan ke arah lift, sementara di belakangnya Edo mengekor dengan langkah kaki yang cukup lebar.
"Lu susah diajak ketemu sih, jadi dia usaha terus sampe bela-belain dateng ke sini, padahal dia kan lagi sibuk syuting."
"Gue gak peduli, Anyingg!" sentak Ghara, sebab dia tidak mau tahu apapun tentang Keysha.
"Gue yakin dia gak bakal nyerah, Ghar," tebak Edo, apalagi status Keysha sudah menjadi tunangan Ghara. Wanita itu pasti menggunakan kesempatan sebaik mungkin, untuk mengikat pria yang dicintainya.
"Ck! Lagian apa sih yang dia liat dari gue?"
"Ya lu tahu sendiri dia gimana? Kalo bukan diliat dari kantong celana, ya isi celananya."
"Anjirr, maksud lu Jeky?"
"Ya apalagi isi otak wanita dewasa?"
Ghara mendesaahkan nafas, hingga tak berapa lama kemudian lift membawa mereka ke lantai 69. Di mana ruangan Ghara berada.
Tanpa mengetuk pintu, Ghara langsung menyelonong masuk, membuat Keysha begitu terkejut. Apalagi saat pria itu berbicara dengan nada tak ramah. "Kalo gak ada yang penting, lu mending minggat deh. Gue gak mau waktu kerja gue terganggu sama kehadiran elu!"
"Ghar, bisa gak sih kamu ramah sedikit aja sama aku? Niat aku ke sini itu baik."
"Kalo gue keganggu itu gak baik namanya!"
"Ya karena kamu selalu anggap aku itu pengganggu, padahal aku ini calon istri kamu!" tegas Keysha.
"Baru calon! Lagian gue gak nafsuu sama elu."
Keysha langsung mengepalkan tangannya di bawah sana. Mencoba untuk tidak peduli dengan semua ucapan Ghara. Dia melangkah mendekati pria itu, sebab dia ingin mengantarkan undangan pesta untuk mereka berdua.
"Aku cuma mau kasih undangan ini buat kamu. Jadi, aku harap kamu bisa dateng ke pesta itu sama aku."
Ghara melirik benda persegi panjang di tangan Keysha. "Gue gak bisa!"
Mendengar itu, rasanya Keysha ingin mengumpat saat itu juga. Harus dengan apa dia menaklukkan Ghara? Dia terdiam, dan mencoba untuk berpikir, hingga akhirnya dia memiliki sebuah ide, agar Ghara mau pergi bersamanya.
"Aku bakal bilang Tante Ara. Kita liat aja kamu bisa ngebantah apa enggak!"
Heuh, Ghara menarik sudut bibirnya ke atas, ternyata Kesyha bisa mengancamnya juga.
"Oke, gue pastiin lu bakal nyesel ambil keputusan ini!"
***
Jangan lupaaaa votenyaaa🤸🤸🤸
"maen apa dad?? "😆😅