Menikah dengan orang yang paling di cintai adalah impian setiap insan.
Namun bagaimana jika yang menikah denganmu nyatanya tidak pernah mencintaimu?
Bahkan untuk menyentuhmu saja tidak sudi.
Kisah perjalanan cinta Namira yang menikah karena sebuah perjodohan yang dimana ia tidak pernah mendapatkan perilaku baik dari suaminya pasca menikah.
Hina'an bahkan cemo'ohan dari sang suami seolah menjadi makanannya sehari-hari.
Lantas dapatkah Namira bertahan dengan cintanya yang bertepuk sebelah tangan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Clara Dasella, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11
Sesampainya didepan pintu ruangan Rian, langkah kaki Namira terhenti disana. Berdiri dengan diam seraya meremasi ujung bajunya, Namira nampak ragu untuk langsung masuk atau mengetuk pintunya terlebih dulu. Sampai akhirnya Namira mencoba untuk mengetuk pintunya namun pintu itu terbuka sebelum Namira mengetuknya.
Ceklek~
Namira yang terkejut pun langsung menurunkan tangannya. Terlihat oleh Namira dihadapannya ada Rian yang tengah berdiri. Kini keduanya saling berdiri berhadapan dengan saling menatap satu sama lain.
Tatapan Rian yang menatap wajah Namira tiba-tiba menurun hingga kebawah kaki Namira. Pria itu nampak tidak percaya dengan penampilan istrinya siang itu. Berpoles dengan make up, dan dengan mengenakan dress pendek selutut, sungguh itu bukan kebiasaan Namira berpenampilan sedemikian rupa.
"Ma-mas..." Sapa Namira dengan kepala yang sedikit menunduk. Tanpa mengatakan apapun lantas Rian memegang tangan Namira dan membawanya masuk kedalam ruang kerjanya.
"Mas maaf aku datang tanpa mem--" Ucapan Namira terhenti saat tiba-tiba Rian memeluk erat dirinya. "Maafkan aku Namira." Ucap Rian dengan masih memeluk erat Namira.
Namira yang sedikit bingung hanya terdiam mematung dalam pelukan Rian hingga perlahan kedua tangan Namira tergerak untuk membalas pelukan suaminya itu. "Mas, kau kenapa?" Tanya Namira yang kemudian Rian melepas pelukannya perlahan.
Kemudian Rian mengusap wajah Namira perlahan dan mencium bibirnya sekilas. "Apa kau marah padaku?" Tanya Rian seraya mengusap lembut bibir Namira. Terdiam dan tidak menjawab pertanyaan Rian lantas Rian memegang tangan Namira dan membawanya duduk di sofa ruang kerjanya.
Di sana Rian mencoba berbicara dengan baik dan berusaha menjelaskan semuanya pada Namira hingga pada akhirnya tak lama senyuman Namira pun muncul. Dengan senyuman Namira lah Rian pun lantas kembali memeluk Namira dengan lembut.
Setelah semuanya membaik dan dirasa tidak ada kebimbangan dalam hati Namira, kini keromantisan keduanya pun terjalin didalam ruang kerja Rian. Melihat kearah pintu kemudian beranjak dan mengunci pintu ruangannya membuat Namira bingung.
"Kenapa dikunci?" Tanya Namira. Rian tersenyum kemudian ia kembali duduk didekat Namira. Tangannya masuk merasup keleher Namira dengan tatapan yang instens pada wajah gadis itu. Namira memiringkan kepalanya karena merasakan geli akan sentuhan Rian kemudian ia sedikit bergeser dari Rian.
"Kenapa menjauh?" Tanya Rian yang melihat Namira sedikit menjauh darinya.
"Tidak hanya saja..." Namira dengan perasaan yang tidak enak sampai tidak bisa berkata lagi.
"Karena disini hanya ada kita berdua, bolehkah kita melakukannya disini?" Mengerti akan pertanyaan Rian yang mengarah kemana membuat Namira semakin takut. Bukan takut pada Rian melainkan takut jika tiba-tiba akan ada orang yang masuk dan melihat apa yang mereka berdua lakukan.
"Tapi mas... nanti kalau ada yang ma--" Seolah tidak sabar Rian pun langsung menaikkan rok dress milik Namira keatas lalu menarik kain segitiga miliknya. Tanpa melepas jas kerjanya Rian pun membuka kancing celanya dan memasukkan miliknya yang sedari tadi sudah terbangun.
Namira yang tidak tau apa yang harus ia perbuat hanya diam pasrah dengan mata yang melihat kearah pintu khawatir jika tiba-tiba pintu terbuka begitu saja. "Lihat aku jangan terus melihat pintu, tidak akan ada yang masuk." Ucap Rian seraya bermain liar diatas tubuh Namira.
"Mas pelan-pelan." Namira meremas kuat pundak Rian menahan sakit bercampur kenikmatan yang dilakukan Rian padanya. "Apa kau tau jika aku sudah menahan ini sejak kemarin." Rian terus bermain liar diatas tubuh Namira tanpa memberinya jeda.
Sampai 30 menit kemudian permainan pun selesai lalu Rian memakaikan kain segitiga milik Namira kembali. Dengan sedikit malu Namira duduk sedikit menunduk dan tidak berani menatap kearah Rian hingga Dagu Namira ditarik lebih dekat kewajah Rian.
Sementara diluar ruangan Rian terlihat Keynan yang berjalan menuju ruangan Rian namun ditahan oleh salah satu pegawai. "Presdir Key kau mau kemana?" Pegawai itu berdiri dihadapan Keynan dengan merentangkan kedua tangannya.
Keynan yang bingung kemudian menatap penuh tanya pada wajah pegawainya itu. "Maaf presdir didalam ada nyonya Namira." Mengetahui hal itu lantas Keynan tetap tidak mengurungkan niatnya untuk masuk. Di singkirkannya pegawai itu dari hadapan Keynan lalu ia berjalan kembali menuju ruangan Rian dengan di ikuti oleh pegawaninya.
"Presdir jangan masuk."
"Pres--"
Ceklek~
Baru sampai didepan pintu, tiba-tiba pintu ruangan Rian pun terbuka. Terlihat Namira yang tengah berdiri disana dan Rian yang sedang membenarkan resleting celananya. Keynan sedikit memalingkan wajah kesalnya lalu Namira bergegas pergi meninggalkan kantor Rian.
"Permisi presdir Key." Namira berjalan keluar dari ruangan Rian melewati Keynan di hadapannya.
Setelah Namira pergi Keynan pun masuk dengan tatapan kesalnya. Melirik sekilas penampilan Rian yang sedikit berantakan sontak terbesit isi pikiran yang bermacam-macam dibenak Keynan.
"Bukankah kau tidak mencintai Namira, lantas kenapa kau menyentuhnya?" Tanya Keynan pda Rian.
Rian tersenyum dan meminta Keynan untuk duduk bersanding dengannya. "Bukankah kau bilang jika aku tidak menginginkan Namira maka aku bisa menceraikannya?" Tanya balik Rian pada Keynan.
"Sekarang aku menginginkannya, aku menerimanya dan tidak akan menceraikannya." Ucap Rian dengan senyum bahagia dibibirnya. Mendengar hal itu Keynan justru sedikit kecewa. Dimana ia sendiri yang awalnya meminta Rian untuk mencoba menerima Namira namun saat Rian bisa melakukannya tapi justru membuat Keynan seperti tidak rela akan hal itu.
kalau suatu saat suaminya didekati wanita lain yang baik dan perhatian pada suaminya dan suami menerima kebaikan wanita itu dan suami author dan wanita itu selalu kontak fisik dan ketika author marah, tinggal aku tunjukkan novel ini bagaimana dia kembangkan kelakuan Namira dan keynan
biar author paham
*semua kelakuan nya dianggap benar
*semua lelaki lain yang suka dan baik pada nya dianggap lelaki paling baik
*wanita lain yang suka dan baik pada suaminya dianggap wanita murahan
*suami selalu salah
*kelakuan menjijikan Namira yang dibenarkan author
*begitu lembut pada pria lain
*selalu menerima ajakan pria lain
*kontak fisik dengan pria lain
*berduaan dengan pria lain
*curhat berduaan dengan pria lain
*pergi tinggal suami
*tinggal berduaan dengan pria lain
*mengumbar aib rumah tangga
*munafik dia yang membuat fitnah dan slaah paham tapi malah menyalahkan suaminya
kelakuan menjijikan keynan
*selalu mendekati istri orang
*sok baik pada istri orang
*kontak fisik pada istri orang
*membawa istri orang
*membuat salah faham dan fitnah yang menghancurkan rumah tangga orang
tapi karena author buta fakta jadi dia selalu membela dan membenarkan kelakuan Namira dan keynan
fakta dan sudah jelas biang masalah di novel ini adalah istri/Namira dan keynan (pebinor), key selalu menemukan dan kontak fisik istri orang berduaan dan Namira seorang istri yang gampang menerima dan melayani pria lain, dan kelakuan namira dan keynan yang membuat fitnah da salah faham
Thor pakai otak musala suami didekati wanita lain dibelakang mu dan suami menerima kehadiran wanita itu dengan baik (kayak Namira dan keynan) bagaimana perasaan loe, pakai otak thor buang egoismu biar tau mana salah mana benar