NovelToon NovelToon
Business Marriage

Business Marriage

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Nikah Kontrak / Cinta Seiring Waktu / Angst / Kehidupan alternatif / Romansa
Popularitas:4.4k
Nilai: 5
Nama Author: Theodora A

Setelah mengetahui sebuah rahasia kecil, Karina merasa bahwa ia akan mendapatkan banyak keuntungan dan tidak akan rugi saat dirinya mendekati Steve, pewaris dari perusahaan saingan keluarganya, dengan menawarkan sebuah kesepakatan yang sangat mungkin tidak akan ditolak oleh Steve. Sebuah pernikahan yang mendatangkan keuntungan bersama, baik bagi perusahaan maupun secara pribadi untuk Karina dan Steve. Keduanya adalah seseorang yang sangat serius dan profesional tentang pekerjaan dan kesepakatan, ditambah keduanya tidak memiliki perasaan apa pun satu sama lain yang dapat mempengaruhi urusan percintaan masing-masing. Jadi, semuanya pasti akan berjalan dengan lancar, kan? * * Cerita ini hanyalah karangan fiksi. Baik karakter, alur, dan nama-nama di dalam tidak ada sangkut paut dengan dunia nyata.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Theodora A, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 20

Keesokan paginya, Steve keluar dari kamar mandi dan disambut oleh celemek yang dilemparkan ke wajahnya.

“Kenapa mandimu lama sekali?” gerutu satu suara yang tidak asing dari arah meja rias. Steve menoleh, dan melihat Karina yang berdiri dan berjalan terseok-seok ke arah pintu kamar. Steve hanya berdiri diam di dekat pintu kamar mandi, membiarkan celemek berwarna merah dengan motif kotak-kotak yang tadi dilempar Karina bertengger di kepalanya. Karina kembali melanjutkan, “Aku sudah memberikan umpan balik ke tim R&D. Sekretarisku sedang menyusun laporan dan akan mengirimkannya langsung kepada mereka jika sudah selesai.”

“Hmm, oke.” Gumam Steve pelan, kemudian senyum tipis muncul di bibirnya. “Gimana? Apa kamu suka sesekali bangun sebelum matahari terbit?” tanya Steve sambil menurunkan celemek dari kepalanya, menatap istrinya itu dengan senyum yang semakin mengembang. Meskipun mendengar ocehan Karina adalah hal yang menyebalkan, namun itu juga tidak pernah gagal membuat Steve merasa terhibur. Ada sesuatu tentang Karina yang mengeluh panjang lebar dengan kesal yang mengingatkan Steve pada gambaran anak kucing yang sedang marah.

“Tentu saja tidak! Aku akan membunuhmu kalau kamu membuatku harus ikut meeting pagi seperti tadi lagi,” jawab Karina kesal. Ia tidak suka dengan cara Steve menatapnya sambil tersenyum mengejek, jadi ia membalikkan badan dan langsung berjalan cepat menuju pintu kamar dengan wajah merajuk. Steve tertawa pelan, analoginya terbukti akurat. Karina bahkan berjalan sambil sedikit menghentakkan kakinya. Sungguh menggemaskan.

“Cepat keluar, ibumu sedang membuat kue kering di dapur dan dia ingin kita membantu.” Karina kembali berbalik menatap Steve begitu ia membuka pintu kamar.

Steve menghela napas pelan dan berjalan ke arah Karina sambil memasang celemek dengan mudah. Saat dia mengikat celemek tersebut ke pinggangnya, Steve baru menyadari bahwa Karina sudah tidak mengenakan pakaian formal yang tadi dikenakannya saat meeting. Wanita itu kini mengenakan kaos putih polos dan celana pendek berwarna biru navy, dengan celemek yang sama persis seperti yang Steve pakai melekat di tubuhnya.

Citra Karina sebagai wakil direktu dari Vineyard Valor yang selalu terlihat berpenampilan rapi dan classy, kini berubah menjadi sosok ibu rumah tangga, dengan pakaian santai dan celemek, bersiap-siap untuk memasak. Hal ini membuat Steve tersenyum. “Kamu terlihat sangat imut memakai celemek seperti itu. Aku harus memotretmu dan mengirimkannya ke Felix.”

Steve langsung dihadiahi dengan wajah cemberut dan satu pukulan di lengannya. “Beraninya kamu menyebutku imut!” ujar Karina, ia membiarkan Steve melewatinya dan menutup pintu kamar dengan sedikit keras.

Saat mereka menyusuri koridor menuju dapur, Karina masih terus mengoceh sambil merapikan kerutan di celemeknya. "Aku tidak percaya aku melakukan semua ini demi ibumu. Lihatnya, aku ini benar-benar sosok menantu yang sempurna. Beritahu Kate untuk meningkatkan kemampuannya, jika dia ingin ibumu juga menyukainya.”

Steve mengeluarkan tawa kecil dan memutar bola matanya. Karina yang melihat itu langsung menyikut lengan Steve. “Apa? Memang benar kok, ibumu bahkan lebih menyukaiku daripada kamu.”

“Begitu juga dengan ibumu. Dia lebih mencintai aku melebihi cintamu padaku,” Steve menanggapi sambil sedikit menggoda Karina. Dan itu berhasil, karena Karina langsung mengayunkan tangannya untuk memukul Steve, namun pria itu dengan cepat menghindar dan berbelok ke area dapur. Disana dia melihat dua sosok yang tampak sedang sibuk, berdiri membelakangi mereka dan sepertinya tidak menyadari kehadiran mereka.

Karina dengan cepat menyamahi langkahnya dengan Steve, “Berani-beraninya kamu menganggap aku cin–”

“Ibu, apakah kalian perlu bantuan?” Steve langsung memotong ucapan Karina dengan melingkarkan tangannya di pinggang Karina, menariknya untuk berdiri lebih dekat dengannya sambil diam-diam meremas pinggang Karina sebagai tanda agar ia diam. Steve menoleh pada Karina dan memberikannya senyum tipis.

Benar. Steve dan Karina tidak bisa membiarkan ibu mereka melihat mereka bertengkar seperti anak kecil, ketika mereka seharusnya berada dalam fase bulan madu. Ekspresi marah Karina berubah menjadi senyum kaku. Berapa lama sih waktu yang diperlukan sampai sepasang suami istri melewati masa-masa romantis mereka dan masuk ke masa-masa normal di mana bertengkar dan berargumen itu adalah hal yang wajar? Karena Karina sangat tidak sabar untuk menantikan saat itu tiba, di mana ia bisa bebas memarahi Steve bahkan di depan orangtua mereka.

“Ah, kalian sudah datang.” Ibu Karina yang menoleh terlebih dahulu, langsung meletakkan sendok yang dia pegang di meja dan berjalan mendekat. “Kami sedang membuat kue kering. Kami sedang mengaduk adonan, setelah itu kalian bisa membantu kami untuk mencetak dan menghiasnya.”

Tidak peduli seberapa besar Karina ingin menyangkalnya, sepertinya apa yang dikatakan Steve memang benar. Dilihat dari cara ibunya yang langsung berjalan ke arah Steve, menarik tangan pria itu untuk mengikutinya tanpa sedikit pun melirik ke arahnya, sudah dipastikan ibunya lebih menyayangi Steve daripada dirinya. “Ini, Steve. Pakai sarung tanganmu.”

Bibir Karina mengerut cemberut, dengan masam menatap Steve yang terlihat lebih akrab dengan ibunya dibanding dirinya sendiri. Karina memperhatikan bagaimana keduanya langsung mengobrol dengan nyaman, ibunya yang tertawa pada apa saja yang Steve katakan, dan lesung pipi yang muncul di kedua pipi Steve saat dia menatap ibunya dengan raut wajah yang sangat hangat. Mereka lebih terlihat seperti ibu dan anak dibandingkan dirinya. Karina jadi ingat dengan pribahasa, darah lebih kental daripada air.

Sebagai anak tunggal yang manja, sebagian dari dirinya ingin merajuk karena harus berbagi kasih ibunya dengan Steve. Tapi sebagian dari dirinya dipenuhi oleh rasa hangat dan senang ketika melihat pemandangan yang ada di hadapannya ini. Satu senyuman lembut muncul di wajahnya tanpa ia sadari. Tidak peduli Steve saat ini hanya berpura-pura atau tidak, apa yang ia lihat tetap saja membuat hatinya terasa hangat.

Tidak pernah terbesit dalam pikirannya bahwa suatu hari, putra dari perusahaan saingan keluarganya akan berada di dapur bersama ibunya, membantunya mengaduk adonan kue dan mengobrol seolah-olah mereka sudah saling mengenal satu sama lain untuk waktu yang sangat lama.

Seperti ini kah rasanya menikah dan memiliki keluarga? Karina jadi memahami mengapa sebagian orang mendambakan sebuah pernikahan dan membiarkan anggota keluarga baru masuk ke kehidupan mereka. Ada sesuatu tentang semua ini yang tidak bisa Karina rasakan hanya dengan memiliki materi yang berlebih dalam hidupnya.

Kehangatan yang menenangkan memenuhi ruangan dapur ini. Aroma adonan kue yang harum menebar ke seluruh penjuru ruangan, obrolan pelan dan suara tawa sesekali terdengar, membuat suasana menjadi begitu nyaman. Semua ini sungguh membuat Karina merasa tenang dan aman.

Untuk sesaat, ia hampir melupakan kepalsuan dari semua ini, hampir lupa bahwa ia tidak seharusnya menatap Steve dengan tatapan hangat seperti ini. Lupa bahwa ini semua hanya lah sebuah akting, hanya bagian dari sebuah kontrak bisnis yang menguntungkan untuk dirinya dan Steve. Karina lupa bahwa rasa jengkel dan kesal yang seharusnya memenuhi dadanya ketika ia melihat ke arah Steve.

Karina masih ingat dengan jelas, bagaimana enam bulan yang lalu hanya rasa kesal, jengkel dan benci yang memenuhi dadanya ketika mereka duduk berhadapan di cafe yang ramai dan membicarakan rencana pernikahan mereka ini. Setelah dipikir-pikir, seiring berjalannya waktu Karina hampir tidak menemukan rasa benci yang sama lagi di dadanya. Apa yang telah berubah?

“Karina, sayang, sampai kapan kamu akan terus menatapnya seperti itu?” satu suara terdengar dari belakangnya, bersamaan dengan sebuah tangan hangat yang menempel di lengannya.

Karina merasa seperti baru saja ditarik kembali dari dimensi lain dan tersentak kembali ke dunia nyata. Ia mengerjap-ngerjapkan mata ke arah orang yang kini berada di sampingnya. Setelah beberapa detik, ia kemudian menyadari bahwa orang tersebut adalah ibu mertuanya.

Ibu Steve berdiri dengan senyum manis di wajahnya, sedikit memberikan remasan lembut pada lengan Karina. “Kamu menatapnya seperti bagaimana aku menatap ayahnya, dulu.”

Well.

Karina biasanya dapat menanggapi situasi dengan cukup baik, apa pun itu. Ia selalu tanggap ketika sedang berada di hadapan ratusan bahkan ribuan orang pada konferensi pers, di depan klien penting dari berbagai negara, dan sebagainya. Namun saat ini, ia tidak tahu bagaimana harus menanggapi ibu mertuanya.

Karina tergagap, dengan canggung berdehem dan menyunggingkan senyum lebar. “Apakah ibu perlu bantuanku?”

Ibu Steve tetap menatapnya selama beberapa saat, sebelum kemudian tersenyum dan mengangguk. “Kamu bisa membantuku membuat madelines. Itu adalah kue kesukaan suamimu.”

Karina hampir tersedak ketika ibu Steve menyebutkan kata ‘suamimu’. Karina merapatkan bibirnya. Ya, ibu Steve tidak salah. Memang itulah mereka sekarang, suami dan istri. Karina tersenyum, “Hmm, baiklah. Ibu harus membagikan resepnya padaku, jadi nanti aku bisa membuatnya untuk Steve jika ada waktu.”

1
Shirase
wah banget, alurnya udah bagus ditambah dengan jumlah kata yang banyak untuk 1 bab! ini bakal jadi karya romance yang bagus untuk kedepannya!! semangatt/Hey/
Mily
jleb bgt/Grimace/
Skylar
😢
Violette_lunlun
ihh seru banget bacanya, padahal ini baru awal...
aku mampir nih thor... semangat ya!
Yunita
Roseane: padahal gua diam2 aja anj-

😭
Theodora: Kak😂😭😭
total 1 replies
Skylar
Waduh.. beneran ikutan nyesek sama chapter ini😣 mau nyalahin karina.. tapi gimana ya. Lihat felix kasian tp setelah dibaca2 ternyata dia jg ada salahnya. Takut bgt habis ini felix sama steve jd musuhan. Duh dilema dah asli😩 seru sih ini chapter! Lanjut kakkk, ini jg si karinanya lari kemana dah dramatis amat
Jacky
ikutan galau bgt;;;
Valley
Ga ada yg bener mah ini mereka berdua🥺
Valley
Deg banget asli😭
Mackenzie
nyesek banget bjir/Sob/
May
dahlah/Sob/
May
dua2nya mulai goyah ini/Blush/
Jacky
wihhhh udah ketahuan😢 makin menarik sih ini. cepat update pls!!
Jacky
emak mereka kerjaannya ngintip mulu wkwkwk
R 💤
🌹 sbg tanda perkenalan hehe
R 💤
Hai Thor aku mampir 👋🏻
R 💤: okey Kaka, 🙏🏻
Theodora: Halo, terima kasih udah mampir🫶
total 2 replies
Anyelir
jalan awal ceritanya udh bagus
Theodora: Terimakasih kak :)
total 1 replies
Skylar
Duh takut😭
Skylar
Real banget sih ini.. relate sama kehidupan nyata🙃
Valley
Waduh gawat😭😭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!