Klarybell Berliana, seorang penyihir agung nan terkenal karena kegilaan dan kekejamannya menghukum musuh. Klarybell mati karena sebuah ledakan meteor saat dirinya sedang melakukan penelitian terhadap sihir hitam. Sesampainya jiwa Klarybell di alam akhirat, hakim akhirat menyatakan bahwa Klarybell tidak diterima surga maupun neraka sebab dosanya selama di dunia sudah terlalu banyak. Kemudian Klarybell meminta kepada dewa kedamaian untuk menjadikannya sebagai dewi, tapi dia harus memurnikan dosanya dengan cara masuk ke tubuh manusia dan melakukan kebaikan.
Valencia Allerick, gadis bangsawan yang bertubuh gemuk dan mempunyai kehidupan suram. Setelah memergoki calon tunangannya berselingkuh dengan sahabatnya, Valencia pun mengakhiri hidupnya dengan melompat dari balkon mansion.
Klarybell mengambil alih tubuh Valencia, dia menggantikan hidup Valencia lalu memberantas masalah yang menghadang. Bisakah Klarybell menjalani hidup seperti orang biasa? Bisakah dia akhirnya menjadi seorang dewi?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Xeiralana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perihal Sate Ayam
Valencia menghabiskan buah cherry seribu tahun itu sendiri tanpa membagikannya pada Sean. Akibat ulahnya yang merontokkan buah cherry dari batang pohonnya tanpa menyisakan satu pun, akhirnya para kesatria menjadi kebingungan. Padahal mereka telah bermimpi ingin menikmati buah cherry yang langka dan manis itu, namun apa daya karena Valencia mengambil lalu menikmatinya sendirian.
"Hei, kau sudah membuat keributan di kekaisaran, sekarang kau malah bersantai seperti tidak terjadi apa-apa," oceh Sean.
Valencia saat ini tengah duduk bersantai di sofa, dia merasa masih belum kenyang meski telah menyantap buah cherry seribu tahun seorang diri.
"Aku tidak peduli, yang penting aku sudah membantu para kesatria melawan bunga liofill itu. Seharusnya mereka sekarang mencariku lalu berterima kasih padaku," jawab Valencia.
"Astaga, apa kau sudah lupa tujuan kita turun ke dunia manusia? Mau sampai kapan kau akan bersantai? Kau harus banyak bergerak dan melakukan kebaikan. Ingat! Dosamu itu tidak terhitung, jadi aku harap kau sadar diri dengan dosamu!" Sean kembali memarahi Valencia, dia tidak salah memarahi gadis itu karena memang Valencia terlalu santai menghadapi permasalahan yang terjadi kala itu.
"Iya aku tahu itu, tenang saja sebentar lagi aku akan bergerak. Aku ingin menikmati waktu menenangkan ini lebih dulu sebelum bertempur melawan penjahat."
Sean menghela napas berat, dia ingin segera kembali ke alam akhirat karena bersama Valencia membuatnya sakit kepala setiap waktu.
"Terserah kau saja, sekarang aku akan keluar sebentar dan mungkin aku tidak kembali sampai besok. Jadi, aku harap kau tidak menciptakan masalah yang lebih besar. Kau paham itu?"
"Iya, aku paham."
Setelah Sean pergi, Valencia bangkit dari tempat duduknya. Dia bermaksud pergi jalan-jalan ke ibu kota, jika ada Sean di sini maka sudah jelas orang itu akan melarangnya berkeliaran.
"Mari kita berburu makanan enak!"
Valencia memakai sihir kamuflase sehingga takkan ada orang yang bisa melihatnya dan dia bisa terbang menuju ibu kota. Tidak lupa Valencia mengenakan jubah demi menutupi wajahnya sebab dia tidak suka dikenali oleh orang lain.
Setibanya di ibu kota, Valencia menghampiri satu persatu toko makanan, cafe, hingga lapak makanan kecil milik rakyat biasa. Senyumnya tampak sumringah sekali memakan berbagai jenis makanan lezat. Ya, Valencia memang paling suka makan, dia menganggap bahwa makan merupakan bagian utama dari hidupnya.
"Beri aku sate ayam sepuluh tusuk," ujar Valencia kepada seorang penjual sate ayam di tepi jalan.
Tidak butuh waktu lama sampai akhirnya sate itu berada di tangannya. Dia membayar penjual itu dengan satu koin emas.
"Nona, ini terlalu banyak," kata si penjual, tangannya bergetar menerima koin emas dari Valencia.
"Tidak apa-apa, ambil saja kembaliannya."
Valencia menikmati sate ayam sambil berjalan, tapi ketika dia hendak menghabiskan sate ayam terakhir, seseorang datang dari arah berlawan dan menabrak Valencia sehingga sate ayamnya terjatuh ke permukaan tanah.
"Kejar orang itu! Dia telah membunuh seseorang!" seru banyak orang mengejar manusia yang menabrak Valencia barusan.
"Sate ayamku yang berharga ... kenapa kau bisa berakhir seperti ini? Tidak bisa dibiarkan! Aku harus mencari perhitungan dengan baj*ngan itu!"
Valencia berlari secepat kilat mengejar orang yang menabraknya. Dia tanpa sadar menggunakan sihir, tapi untungnya tak ada orang lain yang menyadarinya. Valencia berhasil menghadang pemuda mencurigakan tersebut.
"Kau tidak bisa lari lagi! Beraninya kau menjatuhkan sate ayamku yang berharga!" Valencia mengamuk dan memukul perut pemuda itu hingga membuat dirinya tersungkur ke tanah.
"Sialan! Menyingkir kau dari jalanku! Atau kau akan aku buat menyesal karena sudah berani menghalangiku."
Pemuda itu mengeluarkan sebilah pisau, dia mengancam Valencia menggunakan pisau tersebut. Namun, sayangnya Valencia tidak bergeming dari posisinya, dia bahkan tidak menganggap serius ancaman itu.
"Dasar bocah! Kau mengancamku memakai pisau tumpul! Manusia sepertimu perlu aku beri pelajaran!" Valencia melompat ke atas kepala pemuda itu lalu menekan kepala si pemuda sampai berbenturan dengan tanah. Tidak hanya sampai di sana saja, Valencia menghajar pria yang diduga pembunuh itu hingga setengah sadar.
"Masih sepuluh ribu tahun lebih cepat bagimu untuk mengancamku. Kau sampah karena berani membunuh orang lain di siang bolong seperti ini. Aku yakin otakmu sedikit miring, jadi kau tidak bisa membedakan siang dan malam."
Tanpa sadar, ternyata orang-orang telah berkumpul di sekitar Valencia. Mereka tercengang menyaksikan seorang gadis kecil mengalahkan penjahat. Valencia tersentak sesaat berpasang-pasang mata tertuju pada dirinya.
"Anak kecil, kau luar biasa! Tidak disangka kau mahir bela diri."
"Wah, anak kecil itu sangat hebat, dia menghajar penjahatnya dengan tangan kosong."
Valencia merasa tidak enak hati tatkala orang lain memanggilnya anak kecil. Walaupun tubuh Valencia memang seperti anak kecil, tapi tetap saja jiwa yang berada di dalamnya telah berusia lebih dari seribu tahun.
'Aku terlalu asik menghajar penjahat ini sampai aku lupa kalau di sini ramai mata yang mengamati.'
Tanpa mengeluarkan suara, Valencia berlalu meninggalkan kerumunan masyarakat. Dia mengeratkan tudung jubahnya supaya tidak ada orang yang melihat wajahnya. Semua orang terlihat heran, tapi keheranan mereka lenyap seketika kesatria datang membekuk penjahat tersebut.
"Sudah jauh, di sini mereka takkan bisa melihatku."
Valencia melanjutkan kembali langkahnya, tapi di persimpangan jalan dia bertemu seorang pria berambut hitam panjang, berkacamata, dan berpupil biru sembari berdiri membaca buku.
"Anda luar biasa, Nona, bisa mengalahkan penjahat menggunakan tangan kosong memang sesuatu yang patut disanjung," tutur pria itu berbicara pada Valencia.
Valencia menjeda sejenak langkahnya sambil memutar badan menghadap pria itu.
"Oh, ternyata kau melihat semuanya, aku harap kau tutup mulut soal masalah ini karena aku tidak mau menciptakan kehebohan," balas Valencia.
Pria itu menutup bukunya, dia merekahkan senyum yang sulit diartikan.
"Tenang saja, tidak ada gunanya bagi saya memberitahu orang lain. Tetapi, bolehkah saya tahu nama Anda?"
Valencia menatap curiga pria itu, tubuhnya tinggi bahkan jauh lebih tinggi darinya.
"Apakah kau seorang pedofil?"
Pria itu terbatuk saat ditanyai seperti demikian oleh Valencia.
"Tidak, mana mungkin aku seorang pedofil," bantah pria itu berusaha tenang.
"Benarkah? Aku lihat umurmu lebih dari dua puluh tahun, sedangkan aku masih lima belas tahun. Jadi, kalau bukan pedofil lalu apa? Ya sudahlah, aku tidak peduli."
Valencia berbalik badan, tapi belum sempat dirinya berbalik sepenuhnya, sekelebat angin kencang tiba-tiba saja meniupkan tudung jubahnya hingga menampakkan dengan jelas wajah imut serta rambut panjangnya. Pria itu terpukau seketika menyaksikan keimutan yang dimiliki Valencia. Siapa sangka kalau yang berada di balik tudung jubah itu seorang gadis menakjubkan seperti Valencia.
"Sialan! Bagaimana bisa ada angin kencang di siang bolong nan tenang seperti ini?" omel Valencia menutupi kepalanya lagi dengan tudung. Dia melangkah pergi menjauh dari pria itu tanpa menatap sedikit pun ke arah si pria bermata biru.
'Rambut coklat muda dan mata hijau safir? Tidak salah lagi, gadis itu adalah Valencia Allerick. Tampaknya aku baru saja menemukan sesuatu yang unik,' batin pria itu seraya tersenyum miring.
alurnya mudah dipahami
ceritanya gak ribet