NovelToon NovelToon
Bukan Istri Idaman

Bukan Istri Idaman

Status: tamat
Genre:Perjodohan / Pernikahan Kilat
Popularitas:3.1M
Nilai: 4.9
Nama Author: Rosma Sri Dewi

Jelita Maheswari, gadis yang kecantikannya selalu tertutupi dengan penampilannya yang sangat sederhana, bahkan terkesan kolot. Dia menerima pinangan dari seorang wanita setengah baya, yang menginginkannya untuk menikah dengan putranya, karena merasa tidak enak untuk menolak permintaan wanita itu. Pernikahan yang semula dianggap akan memberikan kebahagiaan buatnya, benar-benar jauh dari harapan. Gavin Melviano, pria yang dijodohkan dengan Jelita, terlihat sangat tidak menyukainya, karena penampilan Jelita yang benar-benar tidak fashionable. Namun, pria itu terpaksa menerima Jelita sebagai istri, demi supaya harta kekayaan orang tuanya tidak jatuh ke tangan Jelita. Gavin bahkan menuduh Jelita, mau menerima lamaran mamanya, hanya demi harta.

Akankah Jelita bisa bertahan dengan sikap Gavin yang selalu menghinanya? dan apakah Gavin selamanya akan menatap hina Jelita?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rosma Sri Dewi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 11

Gavin dan Reynaldi berjalan masuk ke dalam Cafe yang merupakan milik Denis sahabat mereka. Seperti biasa Gavin dan Reynaldi akan langsung menarik perhatian serta menghipnotis para wanita-wanita yang ada di sekitar mereka, khususnya Gavin.

"Hei, Sob, akhirnya kalian datang juga," sapa Denis, sembari melakukan tos dengan Gavin dan Reynaldi.

"Kalau kamu yang ngundang, kalau nggak sibuk Kami nggak mungkin nggak datang kan? apalagi kami bisa makan dan minum sepuasnya di sini," ucap Reynaldi yang tentu saja hanya bercanda.

"Dasar! malu tuh sama sultan, anti gratisan," Denis menyikut Reynaldi dan mengarahkan wajahnya ke arah Gavin.

"Udah ah! kamu ngajak kita ke sini mau ngapain?" tanya Gavin yang raut wajahnya benar-benar tidak bersahabat.

"Eits, kenapa dengan tuh muka? kok kusut, kaya baju gak disetrika?" tanya Denis yang disertai dengan sedikit candaan.

"Biasa, lagi mikirin bini. Hebat tuh bininya, bisa bikin seorang Gavin, uring-uringan," timpal Reynaldi yang tidak mau ketinggalan untuk meledek. Suara tawanya terdengar sangat renyah.

"Sialan!" umpat Gavin sembari menendang kursi Reynaldi

Sementara itu, kening Denis terlihat berkerut, menandakan kalau pria itu tengah bingung dengan maksud ucapan Reynaldi.

"Ini maksudnya apa? bini apa yang kamu maksud?"

"Oh, kamu belum tahu ya? Sobat kita yang satu ini sudah menikah kemarin."

"What!" pekik Denis tersentak kaget sampai berdiri dari tempat duduknya.

"Kamu jangan bercanda! ini sama sekali tidak lucu," Denis kembali duduk dan menyenderkan punggungnya.

"Aku sama sekali tidak bercanda. Gavin memang sudah menikah kemarin," nada bicara Reynaldi, berusaha meyakinkan.

" Kenapa aku bisa tidak tahu? apa aku tidak kalian anggap sahabat lagi?" Raut wajah Denis berubah tegang, dengan manik mata yang menuntut penjelasan.

"Bukan hanyalah kamu, aku juga baru tahu tadi. Itupun kalau aku gak menyambangi apartemennya, bisa-bisa aku juga tidak tahu,"

"Karena aku memang tidak ingin ada orang yang tahu," Gavin buka suara dengan raut wajah datar.

"Kenapa? apa karena istrimu terlalu cantik dan kamu takut ada orang yang menyukainya selain dirimu?" ledek Denis, yang membuat Gavin berdecih dengan sudut bibir yang tersenyum smirk.

"Tapi sumpah deh, aku kira kamu akan sangat lama move on dari Maya, ternyata secepat ini kamu sudah ada pengganti," Denis kembali melanjutkan ledekannya.

"Jangan sebut nama wanita itu lagi. Dan kalau kamu mengatakan, wanita yang aku nikahi, cantik, kamu salah. Dia sama seperti gadis yang hidup di zaman purba kala, sangat kolot." Sudut bibir Gavin sedikit tertarik ke tempat, tersenyum sinis setelah selesai mengucapkan ucapannya.

"Maksudnya?" Denis mengrenyitkan keningnya.

"Kamu jangan percaya dia! matanya aja yang buta, hani karena pikirannya Daria awal sudah berpikiran negatif sama istrinya itu. Istrinya itu tidak buruk sama sekali menurutku. Bahkan bisa dikategorikan cantik. Tidak berdandan aja cantik, apalagi berdandan, pangling yang ada," timpal, Reynaldi menyangkal ucapan Gavin.

"Aku kok semakin bingung ya? kalau melihat raut wajahmu, sepertinya kamu sangat tidak menginginkan pernikahan ini, tapi kenapa kamu bisa menikah dengannya?" Denis kembali buka suara dengan alis yang bertaut tajam.

Reynaldi akhirnya menceritakan awal mula kenapa Gavin bisa menikahi gadis itu, lengkap seusia dengan cerita yang didengarnya dari Gavin.

Denis, mengangguk-anggukan kepalanya, mengerti titik persoalannya.

"Lagian, kenapa sih kamu? kenapa sekarang kamu melihat wanita hanya dari fisiknya? ini sama sekali bukan Gavin yang dulu," Denis mengeleng-gelengkan kepalanya.

"Aku tahu! ini pasti karena Maya. Dia tidak ingin Maya mengejek, kalau semenjak wanita ular itu meninggalkannya, selera Gavin jadi berubah rendah, iya kan? ayo ngaku!" tukas Reynaldi kembali, dengan nada yang sangat yakin.

Gavin tidak menjawab sama sekali. Pria itu lebih memilih untuk diam.

"Tapi, Men, coba kamu lihat dengan jelas, istri kamu itu, kalau kamu poles sedikit aja, Maya mah lewat. Aku yakin itu," sambung Reynaldi kembali. Kemudian pria itu meneguk kopi yang baru saja diantar oleh pelayan Denis.

"Wah, aku jadi penasaran, seperti apa wajah istrimu, Sob," timpal Denis.

"Bukannya aku sudah bilang, kalau bukan hanya karena fisiknya? tapi karena aku tahu niat awalnya menikah denganku. Coba kamu pikir, wanita mana yang mau menikah tanpa cinta dan tidak mengenal sama sekali? kalau bukan karena harta, apalagi coba? munafik kalau dia bilang, bukan karena itu," Gavin berucap dengan nada yang berapi-api.

"Kan itu hanya pemikiran kamu saja? belum tentu karena itu kan? please berhenti berpikiran buruk pada seseorang tanpa kamu tahu dengan jelas."

"Ah sudahlah! please berhenti membicarakan dia! kalau masih lanjut, aku akan pulang," Gavin berdiri dari kursinya, hendak melangkah pergi. Namun tiba-tiba dia mengurungkan niatnya karena melihat dua orang yang baru masuk ke cafe itu. Wanita itu bergelayut mesra di lengan sang pria, terlihat mesra dan berhasil membuat Gavin geram. Siapa lagi merek kalau bukan Maya, wanita yang pernah sangat dicintainya, bersama dengan Haris mantan atasannya.

Gavin, nyaris saja memalingkan wajahnya, tapi terlambat, Maya sudah lebih dulu melihatnya.

Maya dan Haris terlihat berjalan dengan santai menghampiri Gavin. Sementara Gavin bersikap tenang dan menatap dua orang itu dengan tatapan dingin.

"Wah, ternyata kamu masih sanggup juga ya, masuk ke Cafe mahal seperti ini. Apa kamu sudah mendapat pekerjaan baru? atau kamu sedang mengemis ditraktir sama mereka?" pandangan Maya, terlihat sangat merendahkan.

"Tapi, seandainya kamu sudah dapat, pasti mentok-mentoknya hanya sebagai karyawan biasa, bahkan mungkin hanya sebatas tukang photo copy." Suara tawa Maya, terdengar penuh ledekan, hingga membuat Gavin mengepalkan tangannya. Pria itu masih berusaha untuk menahan amarahnya, walaupun rahangnya sudah terlihat mengeras sekarang.

"Sudahlah, Sayang! kamu jangan pedulikan dia. Tidak ada gunanya, yang ada kecantikan kekasihku ini, jadi luntur nanti," Haris menimpali ucapan Maya, sembari mencubit gemas hidung mancung Maya. Pria itu sengaja mempertontonkan kemesraan di depan Gavin.

"Iya ya, kita duduk di sana aja yuk, Sayang!" Maya menunjuk ke arah meja yang tidak jauh dari tempat Gavin dan dua sahabatnya berada.

"Oh ya, aku punya saran ke kamu. Daripada kamu jadi karyawan biasa yang gajinya sedikit, lebih baik kamu jadi brondongnya tante-tante kesepian. Karena modal yang kamu punya kan hanya tampang." Maya yang nyaris berlalu pergi, tiba-tiba berbalik lagi hanya untuk mengatakan itu.

Reynaldi dan Denis geram dan hendak berdiri, tapi ditahan oleh Gavin. Pria itu menatap Maya dengan tatapan sengit dan seringan sinis di bibirnya.

"Kalian puas-puaskan saja tertawa sekarang, tapi tunggu apa yang akan aku lakukan nanti. Kalian berdua akan menyesal. Dan sampai penyesalan itu datang, semuanya sudah terlambat. Dan kamu Haris, kamu akan menyesal pernah mengenal perempuan yang bernama Maya, yang justru membawa kamu ke dalam kesengsaraan, camkan itu!" ucap Gavin dengan tegas.

"Ihh, takut. Kamu kira aku langsung ketar-ketir dengan ucapanmu? tidak sama sekali! karena ucapan dari orang rendahan seperti kamu sama sekali tidak bisa mempengaruhiku." ucap Maya dengan senyum sinisnya. "Ayo, Sayang kita tinggalkan dia! jangan perdulikan ucapan sampahnya," Maya menarik tangan Haris yang juga tersenyum sinis ke arah Gavin.

Di saat bersamaan, ponsel Haris berbunyi. Pria itu segera menjawab panggilan itu.

"Oh, jadi proposal kerja sama dengan The sky group sudah kamu serahkan ke sana?" Haris dengan sengaja mengeraskan suaranya, agarwal Gavin bisa mendengar kalau dia akan bekerja sama dengan perusahaan yang sangat besar dan berkelas itu.

"Bagus!" Haris memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku setelah panggilannya terputus.

"Gimana, Sayang?" tanya Maya dengan antusias.

"Beres, Sayang. Aku dengar-dengar, putra tunggal pemilik perusahaan itu, akan menggantikan papanya mulai besok. Aku yakin, putranya itu masih baru terjun ke dunia bisnis, dan kita bisa dengan mudah untuk membujuknya untuk bekerja sama dengan perusahaanku,"

"Wah, dengan begitu, perusahaanmu nanti akan semakin besar dong, Sayang." Sorak Maya dengan wajah yang berbinar bahagia disertai dengan lirikan sinis ke arah Gavin.

"Iya dong, Sayang. Besok kalau ada kabar dari perusahaan itu, kamu temani aku ke sana ya? dan seperti biasa, aku mengandalkanmu. Kamu manfaatkan kecantikan dan tutur katamu untuk membuatnya mau langsung bekerja sama."

"Kalau itu mah beres,Sayang. Aku tidak akan mengecewakanmu."

"Tapi ingat, kamu jangan tergoda dengannya ya, Sayang!" ucap Haris sembari menggenggam tangan Maya.

"Tenang saja, Sayang. Aku tidak akan tergoda dengannya. Aku kan hanya mencintamu," ucap Maya dengan nada yang sangat lembut.

"Kalau dia lebih tampan dan kaya, kenapa tidak? siapa sih yang tidak mau kalau bisa bersanding dengan pewaris tunggal the sky group?" batin Maya dengan bibir yang tersenyum penuh muslihat.

Sementara itu Gavin dan Reynaldi yang mendengar pembicaraan kedua orang itu, hanya silang pandang dan tersenyum penuh makna.

Tbc

1
Julia Juliawati
mampir
Mama Pesek
Luar biasa
lizulfa anjani
yang bab ini kaya pernah baca di cerita apa yh
Ari_nurin
hahaha niatnya memfitnah justru jd bumerang buat diri kamu sendiri Sari.. syukurin malah jd dipecat kamu. ga tau diri bgt ini orang 🤨😁
Sari Ramly
🤭😅
Sari Ramly
Koq bisa secepat itu terbang ke kanada…kan harus urus visa dulu 🤨
Nuraini Nuraini
Luar biasa
phoebe
klo udah bucin bawaannya bahagia teruuuss
phoebe
kok aku yg deg degan
phoebe
sudah ku duga
phoebe
🤭🤭🤭 kok aku yg senyum2 sendiri melihat sikap Gavin 😂🤣
phoebe
ternyata gampang menaklukkan hati mas Gavin... hanya dgn muffin 🧁
phoebe
please jgn pernah cemburu Vin... 😂🤣😂🤣😂🤣😂 Krn itu artinya kamu Udeh sukak
phoebe
jangan terlalu khawatir Vin... nanti lama2 demen... 🤭😂
phoebe
ntar jg bucin
Datu Zahra
udah cinta, udah ditidurin, mau ditanggung jawab gengsi, ujung²y nangis mulu. hamil kan
Datu Zahra
gak sopan mukul kepala suami
Datu Zahra
keburu bunting anak loe. ada lagi cerita enggak masuk akal.
Datu Zahra
awalnya karakter jelita kaya wanita baik, kalem, taat suami. ujung²y pembohong smaa suami, bisa² pergi sama pria lain. gak pantes apapu alasannya. gak tepat sama kata² bijak diawal
Datu Zahra
kok bohong sih Jelita, dih
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!