Malam temaram, cahaya siluet datang menyambar. Detak jantung berlarian ke segala arah. Menimpali ubin yang kaku di tanah.
Di sana, seorang anak kecil berdiri seperti ingin buang air. Tapi saat wajah mendekat, Sesosok hitam berhamburan, melayang-layang menatap seorang wanita berbaju zirah, mengayunkan pedang yang mengkilat. Namun ia menebas kekosongan.
Apakah dimensi yang ia huni adalah dunia lain? nantikan terus kisahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Asyiah A, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kabut
Cahaya meredup, gadis itu tertidur dengan lelap.
Dalam mimpi panjang nya. Dia melihat seorang perempuan berbaju zirah, berdiri di atas batu besar yang di bawahnya sungai dengan tiga arus. Arus hulu, arus tengah yang berasal dari air terjun dan arus hilir.
Pandangan perempuan itu sangat tajam. Dia menghunuskan pedangnya pada pusaran yang terbentuk dari tiga arus.
Byurrrr ....
Dentuman air membasahi baju gadis itu. Dia tak ingin terlihat, maka ia berlari di balik pohon sambil mengintip.
"Rasakan saja kalau sampai mataku bintitan! " umpatnya.
Sementara perempuan itu menghilang sekian lama. Arus sungai pun mendadak deras, air pasang dan mengenai sedikitnya ujung akar pohon yang gadis itu tempeli.
"Ckck ... ke mana perginya perempuan itu. " gumam gadis itu bertanya sendiri.
***
Perempuan berbaju zirah tampak basah kuyup, dia menatap tajam hasil buruannya kali ini. Tanpa pikir panjang, dia menusuk jauh lebih dalam yang sudah dia buru sejak lama.
"Cih, jadi begini wujud asli mu? hanya seperti ini saja kau hidup. Dasar makhluk yang tak tau belas kasihan. "
Siapa lagi kalau bukan Makhluk yang menghuni setiap pusaran tiga arus, dialah yang bernama hantu air.
Badan yang seperti ular, rambut yang panjang, dia sangat menantikan korban jiwa agar dia tetap kekal abadi.
Sudah banyak anak-anak desa yang menjadi mangsanya. Dia sulit sekali ditemukan, bahkan keberadaan nya sulit diprediksi.
Perempuan ini sangat dendam padanya, karena dia yang telah memangsa adik kandungnya, dengan dendam yang membara dia pun mencari selama berminggu-minggu hanya untuk menghunus dengan belati, jantung makhluk dingin tak berhati.
Kalau manusia ada yang memiliki sifat seperti ini, maka sampai ke ujung dunia, akan dia cari bila perlu dia sembelih di tempat.
Dendam membawa perubahan, berakibat segalanya.
"Ckck, harus ku apakan ini! "
Perempuan itu menanggalkan rompi anti peluru, mulai meraba-raba beberapa ranting, ingin membuat api.
Saat itu tanpa paksaan dan suka rela, dia mulai memanggang buruannya, tanpa rasa, tanpa ekspresi, hanya duduk berlutut.
setelah makhluk itu menjadi abu, senyum nya menyeringai.
"Sudah selesai! " ujarnya.
Perempuan itu tanpa lupa memakai rompi dan menyandang pedangnya. Dia tak perlu terburu-buru. Matahari masih terik, saatnya dia berjalan santai di tengah hutan sendirian.
***
Desa yang riuh dengan berbagai macam profesi, lelaki tua yang menyandang dagangan, preman yang berjudi, laki-laki muda yang menyabung ayam, remaja perempuan cantik yang dirayu laki-laki pujaannya, seorang ibu muda yang tengah mengandung menanti kepulangan suaminya yang sejak setahun lalu menghilang. Itu cukup gila!
Desa yang terpencil, tanpa terjamah oleh kata-kata sampah, namun kelakuan manusia yang berupa sampah. langit menjadi mendung, bumi tercemar, ketakutan menjadi saksi nyata saat belasan korban jiwa harus di telan oleh makhluk penunggu sungai panjang, Sungai Chi.
Desa ini sangat asri, semua jenis tanaman dan obat-obatan subur, tanah yang kualitasnya baik. Bahkan banyak penjajah tirani yang berkoloni ingin desa ini, tapi seorang biksu sangat melindungi desa ini. Tentu saja, perempuan berbaju zirah salah satunya.
Dialah kunci dan mantra berjalan desa itu. Tanpa berkata, semua yang memandangnya akan bertekuk lutut apabila memiliki kekhilafan.
Penduduk desa juga gencar membawa masalah-masalah yang dialami kepada perempuan itu. Seperti seorang cenayang, dia bahkan selalu menerima keluhan-keluhan dari pasiennya. Hal itu juga yang kadang membuatnya pusing dan lari terbirit-birit menuju lembah, dia bertapa.
Langit mendung, hujan menetes sedikit demi sedikit. Mengikuti pergerakan perempuan itu. baju nya sudah basah. Tanpa diperas, dia berjalan berjinjit ke dalam rumah. Membersihkan dosa yang sudah dia buat hari ini, menyucikan pikiran dan hati dari tamaknya perilaku manusia yang menyerupai iblis.