Remake.
Papa yang selama ini tidak suka dengan abdi negara karena trauma putrinya sungguh menolak keras adanya interaksi apapun karena sebagai seorang pria yang masih berstatus sebagai abdi negara tentu paham jalan pikiran abdi negara.
Perkara semakin meruncing sebab keluarga dari pihak pria tidak bisa menerima gadis yang tidak santun. Kedua belah pihak keluarga telah memiliki pilihannya masing-masing. Hingga badai menerpa dan mempertemukan mereka kembali dalam keadaan yang begitu menyakitkan.
Mampukah pihak keluarga saling menerima pilihan masing-masing.
KONFLIK tinggi. SKIP jika tidak sesuai dengan hati.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bojone_Batman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
21. Salah menerka.
"Tapi perjodohan kita sudah di tentukan, Mas..!!"
"Saya tidak akan menerima perjodohan ini. Carilah pria yang sesuai dengan kriteria Kedaton, asal bukan saya. Saya sudah punya istri." Kata Bang Rinto.
"Saya bersedia menjadi istri di bawah tangan asalkan kita bisa bersama. Saya menyukai Mas sejak dulu. Haruskan perjodohan ini berakhir karena Mas mencintai wanita lain." Jawab Sherlyn.
"Saya tidak ingin membahas hal ini lagi. Yang saya cintai hanya Dinar, dia satu-satunya wanita yang akan mendampingi saya..!!"
"Kalau begitu, tidak menikah pun tidak masalah, saya ingin mengabdikan seluruh hidup untuk Mas Rinto." Ujar Sherlyn.
Bang Rinto mengurut pangkal hidungnya. Ia tau Sherlyn adalah gadis yang pintar tapi ia tidak paham mengapa Sherlyn bisa bersikap seperti ini.
Sherlyn berusaha mendekati Bang Rinto. Bang Rinto refleks memilih mundur, di dalam sana pasti ada yang sedang bersedih merasakan situasi seperti ini.
"Tolong panggil seluruh anggota POM Batalyon. Amankan seluruh perusuh ini, mereka sudah mengganggu ketenangan istri saya..!!" Perintah Bang Rinto pada beberapa orang petugas piket jaga yang sejak tadi berada di rumahnya karena sempat terjadi keributan.
"Siap..!!!!"
...
Usai menyelesaikan permasalah, Bang Rinto masuk ke dalam kamar. Ia melihat Dinar menangis. Bang Rinto menghela nafas, luka di pelipisnya belum kering. Dinar yang memulai pertengkaran tapi Dinar pula yang merasa paling tersakiti.
"Saya minta maaf..!!" Ujar Bang Rinto mengalah.
"Nggak usah datang kesini, bukankah 'Mas Rinto' sangat senang melihat cantiknya putri Sherlyn. Dengan Dinar berani membentak, tapi tidak bisa membentaknya..!! Memang selama ini Om nggak pernah sayang sama Dinar. Dinar nyesel nikah sama Om."
Dinar masih sesenggukan terisak-isak tidak terima. Secepatnya Bang Rinto naik ke atas tempat tidur lalu seeratnya memeluk Dinar.
"Sebegitu menyesalnya kamu bersama saya?? Sesakit itukah menjadi istri saya?? Maafkan saya yang tidak sempurna menjadi suamimu."
Dinar semakin sesenggukan, tapi tidak menolak pelukan hangat dari Bang Rinto. Ia tidak sanggup menjawabnya. Yang ada dalam pikiran dan hatinya hanya ada sesak penuh dengan rasa kesal.
"Saya tidak mengijinkanmu menghadapi mereka sendirian karena jumlah mereka banyak. Mereka berenam sedangkan kamu 'sendirian'. Tanpa di minta saya pasti akan membelamu, menjadi pelindung utamamu. Tapi mentalmu tidak cukup kuat. Hingga sejauh ini saya menjagamu, saya tidak ingin orang lain mencelakai kamu lebih dari ini..!!" Kata Bang Rinto.
"Kenapa Om berani bentak Dinar tapi tidak berani bentak Sherlyn????????" Suara Dinar bergetar penuh amarah. Bayi di dalam perutnya sampai menendang-nendang seakan ikut membela ibunya, tidak terima dengan sikap sang Ayah.
Bang Rinto bukannya sengaja melakukannya. Semua refleks tanpa di sadari. Agaknya kali ini maaf pun begitu sulit di terimanya.
"Saya memang khilaf. Apa masih bisa di maafkan?" Tanyanya nampak begitu memelas. Ia pun tak tau lagi bagaimana caranya membujuk Dinar.
Dinar yang kesal hanya bisa meluapkan amarahnya dalam tangis yang tidak kunjung usai.
***
Hingga pagi Bang Rinto terjaga, ia melihat Dinar tertidur dengan mata bengkak. Bang Rinto mengecup sayang kening Dinar.
"Saya minta maaf, saya yang kurang sabar menghadapimu. Kamu pasti merasa sakit hati sekali sekarang." Gumam Bang Rinto kemudian kembali mengecup kening Dinar. "I love you, sayang..!! Hanya kamu yang saya cintai."
...
"Oomm..!!!"
Bang Rinto yang baru saja akan menyiapkan sarapan sampai kaget mendengar Dinar memanggilnya dari dalam kamar. Secepatnya ia meletakan spatula dan menuju ke kamar.
"Ya Allah, dek. Kenapa?"
"Dinar susah nafas..!!" Jawab Dinar.
"Kecapekan kamu, dek..!! Makanya jangan banyak pikiran. Kamu sendiri yang buat pikiran serba ruwet." Omel Bang Rinto sambil mengangkat Dinar naik ke atas tempat tidur.
Bang Rinto membuka mukena Dinar, memang biasanya Dinar selalu mengaji usai sholat subuh meskipun hanya sebentar, berbeda dengannya yang lebih banyak meluangkan waktu usai sholat magrib.
Dinar kembali menangis, mungkin hatinya merasa sedih dengan kejadian semalam. Perasaan bumil memang begitu sensitif.
"Kenapa Om nggak bisa sayang sama Dinar??"
"Gusti Allah..!!" Bang Rinto mengurut keningnya. Haruskah dirinya bersikap kekanakan hanya untuk menunjukan rasa cintanya pada istri kecilnya. "Saya sayang sekali sama Dinar."
Bukannya lega, Dinar malah semakin menangis. "Bohong, Dinar tau Om hanya terpaksa bilang begitu."
"Allah karim.. harus bagaimana saya ungkapkan perasaan. Dengan tindakan dan ucapan sudah saya lakukan tapi kamu tidak percaya?????" Ujar gemas Bang Rinto.
"Om memang nggak pernah ada usahanya."
Bang Rinto menggeleng. Ia mengambil ponselnya lalu mengecup kening Dinar dan kembali ke dapur sembari menenangkan diri agar bisa berpikir jernih dan menyiapkan sarapan pagi dan susu untuk sang istri.
...
tok.. tok.. tok..
Dengan rasa malas tersisa, Dinar membuka pintu rumah. Nampak Prada Johan berdiri di depan pintu.
Setelah pintu terbuka, Prada Johan gugup sekaligus bingung. Dinar pun bingung melihat ada 'ajudan' suaminya di depan rumah.
"Ijin ibu, kami antarkan karangan bunga."
Dinar melihat karangan bunga di depan rumahnya.
TURUT BERDUKA CITA UNTUK DINAR ISTRIKU SATUNYA
"Danton yang kirim karangan bunga itu???" Tanya Dinar dengan wajah murka, mata pun berkaca-kaca.
"Siap..!!"
Dinar langsung masuk ke dalam kamar dan membereskan pakaiannya.
ddrrtt.. ddrrtt.. ddrrtt..
"Bagaimana, Jo?? Sudah di kirim????" Tanya Bang Rinto di seberang sana.
"Siap.. sudah, Danton."
"Istri saya suka??" Tanya Bang Rinto lagi.
"Ijin Danton. Ibu langsung membereskan pakaiannya. Kelihatannya marah sekali dengan Danton."
"Haaaahh.. kok iso????? Kamu sudah tulis sesuai arahan saya????"
"Siap.. sudah, Danton..!!!" Ucap Prada Johan mantap meskipun sedikit menyimpan keraguan.
"Apa???"
"Turut berduka cita untuk Dinar istriku satunya." Jawab Prada Johan.
"Longoooorr..!!!! Telingamu dimana Johaaaann..!!!!! Kamu mau lihat foto saya besok pagi terpampang di buku tahlil??? Saya minta tulis 'suka dukaku hanya untuk Dinar istriku satu-satunya'. Aaaahh.. kau ini memang terlalu..!!!!!!!!" Bentak Bang Rinto kemudian menyambar kunci motornya.
Bang Satria dan Bang Rakit sampai bingung melihat sahabat mereka berlari tunggang langgang kebingungan.
"Kenapa lagi si Black???"
"Tadi terdengar marah besar. Marah sama siapa ya?" Gumam Bang Rakit.
.
.
.
.