NovelToon NovelToon
Time Travel Dokter Modern Ke Zaman Kuno

Time Travel Dokter Modern Ke Zaman Kuno

Status: sedang berlangsung
Genre:TimeTravel / Reinkarnasi / Zombie / Time Travel / Transmigrasi ke Dalam Novel / Fantasi Wanita
Popularitas:251.6k
Nilai: 4.9
Nama Author: Lily Dekranasda

Di tengah dunia yang hancur akibat wabah zombie, Dokter Linlin, seorang ahli bedah dan ilmuwan medis, berjuang mati-matian untuk bertahan hidup. Laboratorium tempatnya bekerja berubah menjadi neraka, dikepung oleh gerombolan mayat hidup haus darah.

Saat ia melawan Raja Zombie, ia tak sengaja tergigit oleh nya, hingga tubuhnya diliputi oleh cahaya dan seketika silau membuat matanya terpejam.

Saat kesadarannya pulih, Linlin terkejut mendapati dirinya berada di pegunungan yang asing, masih mengenakan pakaian tempurnya yang ternoda darah.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lily Dekranasda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Gosip Si Pagi Hari (Revisi)

Pagi itu, ruang istirahat dokter dipenuhi suara obrolan santai. Linlin duduk di salah satu kursi dengan secangkir kopi di tangannya, menikmati momen langka ketika tidak ada panggilan darurat. Di sekelilingnya, beberapa dokter lain juga tengah bersantai sejenak sebelum hari kerja yang sibuk dimulai.

“Hei, kalian dengar gosip terbaru?” tanya Dr. Zhang, salah satu dokter bedah, dengan nada penuh semangat.

Zhao Wei, yang sedang mengunyah roti, melirik malas. “Gosip apa lagi? Kalau soal kenaikan gaji, aku tertarik. Kalau bukan, jangan ganggu sarapanku.”

Linlin terkekeh, menyeruput kopinya. “Kau selalu berpikir soal makanan, Zhao Wei.”

Dr. Zhang mengabaikan komentar itu dan mencondongkan tubuhnya ke depan, menurunkan suaranya seolah hendak membocorkan rahasia besar. “Aku dengar Dr. Li dari departemen ortopedi berpacaran dengan perawat Wang.”

Xu Mei, yang baru saja masuk sambil membawa roti bakar, mengangkat alisnya. “Serius? Bukannya Dr. Li sudah punya pacar?”

Dr. Zhang mengangguk dramatis. “Nah, itu dia masalahnya! Pacarnya masih di luar negeri. Tapi dia sering terlihat makan malam dengan perawat Wang akhir-akhir ini.”

Zhao Wei mendecak. “Tsk, tsk… dokter zaman sekarang. Aku tidak habis pikir bagaimana mereka punya waktu untuk pacaran di tengah kesibukan kerja.”

Linlin hanya tersenyum tipis. “Mungkin mereka pintar mengatur waktu. Tidak seperti kita yang bahkan harus lari-larian saat makan pagi.”

Semua orang tertawa kecil, mengingat kejadian kemarin ketika Linlin dan Xu Mei harus meninggalkan sarapan karena panggilan darurat, diikuti Zhao Wei yang akhirnya juga kena imbasnya.

Xu Mei menggeleng. “Aku masih tidak percaya kalau kau benar-benar mengutuk kami saat itu, Dr. Zhao.”

Zhao Wei mendesah dramatis. “Aku tidak mengutuk, aku hanya menyuarakan penderitaanku. Dan lihat? Hari ini aku akhirnya bisa makan dengan tenang!”

Dr. Zhang menatap Linlin dengan penasaran. “Ngomong-ngomong, Linlin, kau ada jadwal operasi hari ini?”

Linlin menggeleng pelan, meletakkan cangkir kopinya ke meja. “Belum ada. Hari ini aku hanya memeriksa pasien pasca operasi dan, yah… praktik di poli seperti biasa.”

Xu Mei yang duduk di sebelahnya menghela napas lega. “Syukurlah. Setidaknya hari ini tidak terlalu berat. Setelah hari kemarin yang penuh operasi darurat, kupikir kau akan langsung masuk ruang operasi lagi.”

Zhao Wei mendecak, menyandarkan punggungnya ke kursi. “Tsk, aku malah berharap ada operasi. Setidaknya lebih menarik daripada hanya memeriksa pasien di poli.”

Linlin terkekeh. “Kalau kau bosan, tukar saja denganku. Kau bisa menangani pasien di poli, dan aku yang operasi.”

Zhao Wei buru-buru mengangkat tangannya. “Hei, aku tidak bosan sampai segitunya! Menangani pasien poli itu tetap lebih santai daripada berdiri berjam-jam di ruang operasi.”

Semua dokter di ruangan itu tertawa. Percakapan mereka terputus ketika salah satu perawat masuk membawa daftar tugas pagi. Linlin melirik jam di dinding dan tahu bahwa waktu santai mereka hampir habis.

“Baiklah, saatnya bekerja.” Linlin berdiri, meregangkan tubuhnya sebentar sebelum mengambil jas dokternya.

Zhao Wei mendesah panjang. “Selamat bertugas, Dr. Linlin. Jangan lupa mengajak kami bergosip lagi nanti.”

Linlin hanya tersenyum sambil melangkah keluar ruangan. Linlin berjalan menyusuri koridor rumah sakit menuju bangsal pasien pasca operasi.

Papan nama di pintu-pintu ruangan menunjukkan berbagai departemen, tetapi tujuannya jelas, memeriksa kondisi pasien yang baru saja menjalani operasi dalam 24 jam terakhir.

Diikuti oleh seorang perawat yang membawa rekam medis, Linlin membuka pintu ruangan pertama. Seorang pria paruh baya terbaring di ranjang, wajahnya masih tampak pucat, tetapi matanya sudah terbuka.

“Selamat pagi, Pak Liu. Bagaimana perasaan Anda?” tanya Linlin dengan senyum profesional.

Pria itu mencoba tersenyum meskipun masih lemah. “Sedikit pusing, tapi jauh lebih baik dari kemarin, Dok.”

Linlin mengangguk, lalu dengan cekatan memeriksa tekanan darah dan denyut nadi pasien. “Itu wajar. Operasi Anda berjalan lancar, dan tubuh Anda masih beradaptasi dengan pemulihan.”

Setelah memberikan beberapa instruksi kepada perawat, Linlin melanjutkan ke ruangan berikutnya.

Di dalam, seorang pasien wanita yang baru saja menjalani operasi usus buntu masih tertidur. Monitor jantung di sampingnya menunjukkan tanda-tanda stabil. Linlin memeriksa kondisi luka operasi dan kadar oksigen sebelum berbicara dengan perawat.

“Pastikan ia mendapatkan cairan yang cukup. Jika ada tanda-tanda nyeri berlebihan setelah sadar, segera laporkan.”

Perawat mengangguk, mencatat instruksi Linlin dengan sigap.

Begitu seterusnya, Linlin memeriksa satu per satu pasien, baik yang sudah sadar maupun yang masih dalam pengaruh obat bius. Setiap pasien mendapatkan perhatian penuh darinya, memastikan mereka berada dalam kondisi terbaik setelah operasi.

Saat keluar dari ruangan terakhir, Linlin menghela napas lega. “Baiklah, sekarang waktunya ke poli.” Dengan langkah mantap, ia berjalan menuju ruang praktiknya, bersiap menghadapi pasien berikutnya.

Linlin sudah sampai di ruang prakteknya. Begitu ia masuk, Perawat Chen yang sudah menunggunya di dalam langsung menyambutnya dengan berkas di tangan.

“Selamat pagi, Dr. Linlin,” sapa Perawat Chen dengan ramah.

“Pagi, Chen. Bagaimana pasien hari ini?” tanya Linlin.

Perawat Chen menyerahkan daftar pasien. “Hari ini cukup banyak yang sudah mendaftar. Beberapa pasien kontrol pasca operasi, ada juga yang datang untuk pemeriksaan rutin.”

Linlin mengangguk sambil membaca sekilas daftar tersebut. “Baik, mari kita mulai.”

Perawat Chen membuka pintu dan memanggil pasien pertama. Seorang pria tua masuk dengan langkah perlahan, dibantu oleh putranya.

“Selamat pagi, Dokter,” sapa putranya sambil membantu ayahnya duduk.

“Selamat pagi. Bapak Wang, bagaimana kondisi Anda setelah operasi minggu lalu?” Linlin bertanya dengan lembut.

Pria tua itu tersenyum tipis. “Jauh lebih baik, Dok. Sudah tidak terlalu nyeri, tapi kadang masih terasa sedikit kaku.”

Linlin mengangguk sambil mengambil stetoskopnya. “Itu normal. Mari saya periksa dulu.”

Setelah melakukan pemeriksaan fisik dan memastikan luka operasi sembuh dengan baik, Linlin memberikan beberapa saran mengenai pola makan dan aktivitas fisik.

“Pastikan tidak mengangkat beban berat dulu, dan perbanyak makanan berserat agar pencernaan tetap lancar,” pesannya sebelum mengembalikan rekam medis kepada Perawat Chen.

Pasien berikutnya masuk, seorang wanita muda yang tampak cemas.

“Dokter, akhir-akhir ini saya sering pusing dan mudah lelah. Apakah ini ada hubungannya dengan operasi saya sebelumnya?” tanyanya khawatir.

Linlin tersenyum menenangkan. “Mari kita periksa dulu, jangan khawatir.”

Hari itu berlalu dengan banyak interaksi antara Linlin dan pasiennya. Perawat Chen dengan sigap membantu mencatat setiap detail, memastikan semua berjalan lancar.

Setelah menyelesaikan pemeriksaan terakhirnya, Linlin melepas sarung tangannya dan menoleh ke Perawat Chen. “Masih ada pasien lagi?” tanyanya dengan harapan kecil bahwa pekerjaannya untuk sesi pagi sudah selesai.

Perawat Chen tersenyum sambil melihat daftar pasiennya sekali lagi. “Tidak, Dok. Semua pasien untuk sesi ini sudah selesai.”

Linlin akhirnya menghela napas lega. “Syukurlah. Aku hampir lupa bagaimana rasanya duduk dan makan dengan tenang.”

Perawat Chen terkekeh. “Kalau begitu, silakan istirahat, Dok. Saya akan merapikan dokumen dulu.”

Tanpa menunggu lama, Linlin melepas jas dokternya, merapikan rambutnya sedikit, lalu segera berjalan keluar. Begitu melewati koridor rumah sakit, perutnya mulai berbunyi pelan.

“Ya Tuhan, aku lapar sekali…” gumamnya pada diri sendiri.

1
@haerani-d
begitulah hidup, setiap cobaan dan tantangan adalah warnanya tergantung bagaimana kita menghadapinya, dan setiap usaha tidak akan mengkhianati hasil, jadi tetap semangat dan terus mencoba jangan lupa berdoa.../Kiss/
@haerani-d
tenang aja pangeran, sang putri luar biasa mu akan menyelesaikan semua /Determined//Casual/
Srie Ncii Herdiansyah
kenapa jarang up??sibuk kah?
Ayu Septiani
manisnya Linlin dan Yi Heng..... ayo lanjut up lagi thor.... semangat
Laya Anita
Recomended parah !!!!
EsTehPanas SENJA
wakakaa akhirnya saling inget yah 🤣
Rifal Taura
kasi banyak kak
Tri Wahyuanta
terus semangat
Maima Elfaam
Kecewa
Maima Elfaam
Buruk
Gibran Ganteng
jgn pisahkan mereka thor
Efa Arfa
Aamiin... semoga dilancarkan...
panty sari
lanjut
Osie
wuuuaaaww puaaass bacanya..keren lilin.. gak sabar akunu ggu action lilin menghempas para pengkhianat kekaisaran
Osie
preeet keluarga sampah..blm tau aja kalian siapa itu linln..sekali hempas habis dah kalian semua
Tiara Bella
wow....romantisnya
Osie
iyyaacch ini si putri menteri sok jumawa ntar nyungsep ndiri baru nyahok
Mineaa
yang ke empat...kira kira cahaya nya berbentuk apa ya.... penisirin akuh....,
MIA,ER
dalam mimpi😏
Mineaa
ha...ha..ha....., dasar si Linlin...bisa bisa nya...bikin kehebohan seantero kekaisaran....
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!