Rate 21+
Nashira membuka mata, ia begitu terkejut melihat tubuhnya yang polos tanpa terutup benang sehelai pun. Ia menganggap kalau semalam ia telah memanggil seorang gigolo dan menemaninya tidur. Nashira pun meninggalkan beberapa uang di atas meja untuk lelaki itu. Lalu ia kabur.
Takdir kembali mempertemukan mereka berdua, akan tetapi Nashira tidak mengingat lelaki itu. Nashira yang terlilit hutang besar akhirnya dibantu oleh lalaki asing itu dengan imbalan mau menjadi pengantinnya.
“Aku akan membantumu, tapi kau harus mengabulkan tiga permintaan untukku,” ucap seorang lelaki bernama Akash Orion Atkinson.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Delia Septiani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pergi Menemui Dia
Shira membuka paper bag yang tersimpan di atas nakas, ia mengeluarkan sebuah dress yang sangat indah. Kedua matanya dibuat terkejut, saat melihat nominal di struk belanjaannya. Menerangkan bahwa harga dress tersebut sangatlah mahal.
“Dia membelikanku dress semahal ini. Harganya saja sudah sama dengan gaji full seorang sopir, kok bisa ya?”
“Apa dia membelinya dengan harga discount? Ah tapi tidak mungkin jumlah yang tertera di struk sebanyak ini, kalau memang harga discount,” pikirnya.
Tidak ingin ambil pusing ia pun segera mencobanya, dan ternyata bajunya sangatlah begitu pas di tubuhnya. Nashira terheran-heran karena Akash bisa membelikan baju yang sangat sesuai dengan ukurannya.
“Bagaimana bisa dia tahu ukuran bajuku? Apa dia seorang peramal?” gumamnya dalam hati.
Dan malam harinya, setelah selesai membersihkan diri, dengan kaki telanjang dan kepala yang digulung handuk, Nashira keluar dari kamar mandi. Nashira berjalan menuju cermin rias, ia mendudukan tubuhnya di atas kursi, memandangi wajahnya yang polos, lalu mengambil foundation untuk merias diri. masih memakai handuk yang ia lilitkan di dadanya.
Tok, tok, tok. Suara ketukan pintu kamar terdengar.
“Siapa?” sahut Shira, membalikan posisi duduknya.
Tidak ada jawaban, tiba-tiba pintu terbuka begitu saja, dan yang datang adalah Akash. Shira terkejut bukan main, ia langsung mengambil dress yang ada di atas kasur, lalu menutupkannya di bagian atas dadanya.
“Ah... kenapa kau lancang sekali memasuki kamarku!” seru Shira begitu kesal.
“Memangnya kenapa? Bukankah kau juga pernah begitu,” ucap Akash.
“Begitu apanya?! Dasar, bukannya berpaling malah menjawab! Huh, otak mesum!” sungutnya, menggerutu kesal.
Akash tersenyum miring, sambil mengulum lidah dan membuang pandangan. Lalu ia kembali menatap ke arah Shira. “Tidak sadar pada diri sendiri, kau yang lebih mesum!” jawabnya ketus.
“Cepetan dandannya, aku tunggu setengah jam harus sudah beres,” ucapnya kemudian berlalu meninggalkan Shira.
Shira meringsutkan bibirnya dengan kesal. “Dasar, tidak punya sopan santun! Dia kira dia siapa?! Hanya sopir saja, gaya bicaranya udah kayak anak konglomerat aja!” gerutunya kembali berdandan.
Setelah kurang lebih menunggu 35 menit, akhirnya Shira keluar dari kamarnya. Penampilannya sungguh jauh dari penampilan Shira kemarin.
Kali ini wanita itu terlihat lebih cantik, bahkan sangat terlihat manis. Polesan makeup bertema peach membuat wajahnya terlihat lebih segar, bahkan balutan dress sabrina yang begitu cocok dan pas di tubuhnya, membuat Shira benar-benar terlihat anggun seperti wanita berkelas atas.
Shiraa berjalan ke arah Akash. Akash yang tengah duduk di atas sofa putih di ruang depan, ia sudah tampil rapi dengan jas bersetelan serba warna cream itu, dia pun sangat terlihat tampan dan gagah. Apalagi saat melihat arsiran rambutnya yang begitu rapi. Pasti, siapapun yang memandang sedikit akan terpana padanya.
Akash memandang Shira hingga ia tidak sadar bahwa mulutnya sekarang sudah sedikit menganga. Akibat terpesona akan kecantikan Shira.
“Kenapa dia bisa secantik itu?” gumam Akash dalam hati.
Shira yang kini sudah sampai di depan Akash, ia tersenyum malu, sambil menunduk dan membenarkan sedikit rambutnya ke belakang telinga.
“Biasa aja kali lihatnya, aku ‘kan sudah bilang kalau aku memang cantik,” ucap Shira tersenyum malu-malu.
Ucapan Shira barusan langsung dibalas gelengan kepala oleh Akashh yang tersadar dari rasa takjubnya. “Gak jelas!” Langsung berjalan keluar rumah.
Dan lagi-lagi, Shira merasa tidak nyaman karena kali ini Akash kembali memakai mobil porsche yang sebelumnya pernah mereka pakai.
“Akash, apa kau memang seberani ini memakai mobil bosmu sesuka hati?” tanya Shira begitu heran.
“Aku berani karena mobil ini sudah menjadi milikku,” jawabnya.
“Hah milikmu? Kamu serius? Kamu lagi gak mimpi 'kan?” tanya Shira tidak percaya.
Lagi-lagi, Akash dibuat kesal dengan ketidak percayaan Shira padanya. "Apa diriku memang tampak seperti pria miskin di matanya?
“Sudah, cepat masuk! Kau banyak bertanya sekali!” sungutnya, begitu kesal.
Shira hendak membuka pintu mobil di bagian depan. Namun Akash terlebih dahulu melarangnya.
“Hey, duduk di belakang jangan di depan!” ucapnya. Membuat kening Shiraa mengkerut bingung.
“Loh, terus ka—” Belum sempat Shira menyelesaikan ucapannya, Akash langsung masuk dan duduk di kursi belakang. Membuat Shira terheran-heran kebingungan.
Ia pun langsung membuka pintu mobil belakang, ia sedikit terkejut saat melihat ada seseorang yang sudah duduk di kursi kemudi. Shira pun tidak berani langsung bertanya, ia lebih memilih untuk segera masuk dan duduk di samping Akash.
Setelah mereka sama-sama duduk dengan benar, dan sudah memasang seat belt dengan benar pula, barulah Sekretaris Edwin yang duduk di depan, menancap gas, melajukan mobilnya, memacunya dalam kecepatan sedang.
Selama beberapa menit, keadaan masih terasa canggung. Shira masih begitu penasaran dengan sosok lelaki yang tengah mengendalikan setir di depan.
Perlahan Shira memiringkan badannya mendekati Akash. Akash meliriknya, ia sudah tahu, hal apa yang akan dilakukan gadis di sampingnya tersebut.
“Oh ya yang nyetir di depan, dia siapa?” tanya Shira berbisik.
“Orang yang akan mengantar kita,” jawab Akash simple.
Shira mencebikkan bibirnya saat mendengar jawaban Akash, ia juga sudah tahu, kalau lelaki itu yang pasti akan membawa laju mobil mereka. Akan tetapi bukan itu yang dimaksud oleh Shira.
Dari pada bertanya lebih, Shira lebih memeilih untuk ber-oh panjang saja sambil mengangguk-anggukan kepalanya.
Setelah belasan menit mobil melaju, dan di dalam mobil hanya ada keheningan tanpa suara apa pun, akhirnya Shira kembali membuka obrolannya kepada Akash.
“Oh ya, mengenai permintaan pertamamu ini? Kau ingin aku melakukan apa?” tanya Shiraa pelan, memecah keheningan di antara keduanya.
“Tidak perlu banyak bertanya, di pertemuan nanti kau hanya perlu mengatakan kata ‘IYA’ dan jangan berbicara yang lain, kecuali aku yang menyuruhmu,” jawab Akash jutek.
“Pertemuan? ... Memang kita akan bertemu dengan siapa?” tanya Shira, masih penasaran.
Akash berdecak kesal, ternyata wanita yang dikenalnya ini benar-benar cerewet juga.
“Ck, kau ini selalu saja banyak bertanya! Apa aku harus mengulang perkataanku tadi? Ingat! Tugasmu di sana, nanti hanya cukup mengatakan kata IYA,” tegasnya.
“Hm, oke oke, aku mengerti. Nanya gitu aja jawabannya galak banget sih! Baiklah, cuma mengatakan kata iya, ya mudah lah ya,” ucapnya dengan kata ‘Iya’ yang ia perjelas.
Edwin yang sedari tadi fokus mengemudi, beberpa kali ia mengintip bos serta wanita yang tidak ia kenal lewat kaca spion di dalam mobil.
Lalu setelah menempuh perjalanan kurang lebih tiga puluh menit, akhirnya mereka pun sampai di tempat tujuan.
“Kau tunggu di mobil ya, atau kalau kau ingin berkeliling dulu silakan, aku hanya akan berurusan sekitar tiga puluh menit,” ucap Akash sebelum ia keluar.
“Baik, Tuan,” jawab Edwin, membuat Shira terperangah saat lelaki yang ada di depan itu memanggil Akash dengan sebutan Tuan.
Shira dan Akash keluar dari mobil. Kini heels putih yang digunakan Shira setinggi 5cm itu, menginjak jalanan beraspal yang menjadi jalanan khusus menuju rumah besar yang ada di depannya.
Bangunan yang hampir sama dengan tempat tinggal Akash, membuat Shira kembali terperangah. Akan tetapi, rumah yang kali ini benar-benar terlihat sangat mewah dan indah. Istana bertingkat berwarna serba putih itu, bagaikan istana yang ada dalam film barbie. Mewah dan indah dengan lampu-lampu hias yang menjadikan suasana di depan rumah itu sangatlah indah.
Mereka pun masuk ke dalam rumah tersebut, di sambut oleh dua orang penjaga berseragam hitam di depan pintu rumah. Dan lagi-lagi Shira dibuat terperangah, ia benar-benar takjub saat melihat isi di dalam rumah pun interiornya yang baru kali ini ia lihat.
Dan kini di dalam pikirannya, Shira berpikir. “Siapa sebenarnya Akash itu? Dan apa hubungan dia dengan orang yang memiliki istana mewah ini?”
“Akhirnya, kau datang juga,” ucap seseorang yang baru saja datang dari arah ruang di depan sana.
Lelaki berpakaian formal seperti Akash. Dia juga begitu tampan, tetapi wajahnya terlihat sedikit arogan sama seperti raut wajah Akash yang selalu terlihat begitu serius.
"Siapa lelaki itu? Apa mereka kakak adik?” batin Shira menduga-duga.
Lelaki berjas serba hitam itu, menatap sinis ke arah Shira. “Oh, jadi dia yang kamu maksud,” ucapnya, menatap Shira dari atas hingga bawah dengan tatapan yang sulit dijelaskan.
Bersambung...
Lanjut gak nih?
Readers tersayang yang baik hati, author mau minta bantuan votenya ya, sekalian mau minta bantuan share ceirta ini ke sosial media kalian.
Yang mau bantu Alhamdulillah author ucapkan terima kasih, yang enggak juga enggak apa-apa, author tidak memaksa.
Semoga readers tersayang semuanya sehat selalu dan dilancarkan rezekinya ya...
Sampai bertemu di bab selanjutnya.
krn ssuatu hal jd bakker tk bs menceraiknny,nampak bakker tw lw istri kedua ny jahat