NovelToon NovelToon
Di Antara Dua Hati

Di Antara Dua Hati

Status: tamat
Genre:Romantis / Cintapertama / Perjodohan / Cintamanis / Patahhati / Tamat
Popularitas:4.5M
Nilai: 4.9
Nama Author: Suesant SW

Dara anak seorang pembantu di jodohkan dengan seorang pewaris tunggal sebuah perusahaan karena sebuah rahasia yang tertulis dalam surat dari surga.

Dara telah memilih, menerima pernikahannya dengan Windu, menangkup sejumput cinta tanpa berharap balasannya.

Mampukah Dara bertahan dalam pernikahannya yang seperti neraka?
Rahasia apa yang ada di balik pernikahan ini?

Mampukah Dara bertahan dalam kesabaran?
Bisakah Windu belajar mencintai istrinya dengan benar? Benarkah ada pelangi setelah hujan?

Ikuti kisah ini, dalam novel " Di Antara Dua Hati"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Suesant SW, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 11 SEBUAH NEGOSIASI

"Dara..." Tiba-tiba suara Windu terdengar datar memecah sunyi.

Pertama kali Dara mendengar Windu memanggil namanya.

Dara tidak menyahut, dia hanya mengawasi laki-laki yang masih berbaring di bawah kaki tempat tidurnya itu, dengan punggung tangan di atas dahi dan mata tertutup.

"Aku hanya ingin bertanya padamu, apakah kamu benar-benar ingin bercerai denganku?" Tanya Windu lamat- lamat.

Dara tertegun, orang ini benar-benar sangat aneh. Baru kemarin dia berteriak-teriak mengatakan betapa dia sangat tidak menginginkan pernikahan mereka. Dan yang lebih sadis lagi dia mengatakan Dara bukanlah siapa-siapa baginya kecuali anak pembantu yang diwariskan sebagai istri oleh mamanya.

Dan sekarang, dia bertanya, apakah Dara benar-benar menginginkan perceraian mereka berdua? Bukankah itu seperti membolak-balik fakta, membuat seolah-olah dirinya adalah korban dari kisah pernikahan mereka berdua ini.

"Bukankah kamu yang tidak sabar ingin bercerai denganku?" Dara bertanya dengan tajam. Kata "kamu" itu di tekannya sedemikian rupa supaya Windu tahu, dia tak memiliki rasa hormat dan rasa lainnya lagi pada Windu.

"Aku sebenarnya tidak terlalu tergesa-gesa bercerai denganmu, asalkan kamu bisa bekerja sama denganku." Tiba-tiba Windu membuka matanya, lalu duduk di sofa bed, meski lakinya masih dalam keadaan berselonjor. Kedua tangannya bertopang pada ujung tempat tidur.

"Apa maksudmu?" Dara tak bergeming, dia menjadi semakin waspada pada Windu.

Gelagat aneh laki-laki ini benar-benar mengusiknya.

"Kita tidak harus segera bercerai, selain menghormati permintaan mama, juga tidak enak dengan pendapat kerabat dan kolega papa dan mama jika belum setahun pernikahan kita, tiba-tiba bercerai begitu saja."

Dara semaksimal mungkin berusaha mencerna maksud kalimat yang disampaikan oleh Windu.

Rasanya, masih lekat sekali wajah Windu saat memarahinya karena menerima pernikahan mereka, betapa mereka bukanlah dua orang yang selevel, sehingga tak pantas bersanding.

Sekarang, dia mengucapkan kalimat panjang yang sok bijaksana itu? Apa dia sedang gegar otak?

"Sebenarnya, apa maumu?" Mendadak kepala Dara menjadi pusing tujuh keliling, betapa plin plan dan berbelit-belitnya suami sekaligus tuan mudanya ini.

"Aku...aku hanya ingin mempermudah urusan kita berdua."

"Mempermudah seperti apa?"

"Aku sebenarnya tidak tega bersikap kasar padamu."

Dara hampir saja tertawa mendengarnya, sangat ironis seorang suami yang menggagahinya dengan brutal di malam pengantinnya, mengatakan dia tidak tega bersikap kasar padanya. Bukankah itu hanya omong kosong yang penuh dengan basa-basi tak jelas.

"Lalu?" Dara melepaskan pelukannya pada lututnya, sekarang dia duduk menantang wajah Windu, di balut raut acuh dan tak perduli.

"Kita tetap bisa menikah dan kamu tetap baik-baik saja, tanpa harus kehilangan semua aset yang ditinggalkan mama untukmu." Windu sekarang mengalihkan pandangannya kepada Dara, berbinar dengan aneh.

"Apa sebenarnya yang ingin kamu bicarakan padaku? Tentunya kamu menyimpan sebuah persyaratan untuk hal sebaik itu. Semahal apa harga yang harus kubayar untuk itu?" Tanya Dara dengan sinis.

"Kamu tetap bisa sebagai nyonya di rumah ini, seperti wasiat mama." Windu berucap dengan hati-hati.

Dara menunggu, apa kalimat selanjutnya dengan pias tak sabar.

"Tapi ijinkan aku menikah dengan Novi."

Dara yang telah menyiapkan mental untuk segala kemungkinan perkataan Windu, tetap saja seperti disambar petir mendengar permintaan laki-laki di depannya ini.

"Menikah lagi?" bibir Dara gemetar, hatinya terasa seperti di hantam godam. Sebagaimanapun Windu telah bersikap padanya, tetap saja dia tak bisa menerima jika diminta untuk sukarela di madu.

Dasar pernikahan mereka mungkin saja sangat rapuh, mungkin juga tanpa di dasari perasaan apa-apa dari Windu tapi Dara mengalaskan perasaan yang dalam untuk laki-laki itu. Dara mencintai Windu!

Tak ada satu perempuanpun yang siap berbagi cinta dengan perempuan lain, atau lebih-lebih berbagi seorang suami.

"Ya, Novi bilang, kalau kamu mengijinkan aku menikahinya, maka dia bersedia ku nikahi." Jawab Windu begitu lugasnya.

Dara masih terpana di tempatnya, menatap tak percaya dengan apa yang di dengarnya, Windu, suaminya ini sedang bernegosiasi untuk menjalani pernikahan dengannya dengan syarat bersedia di poligami.

Apakah dia mengira, begitu besarnya hasratku untuk terus menjadi istrinya sehingga sangat yakin aku akan suka rela di madu?

Dara menggeleng-gelengkan kepalanya, menatap Windu tak habis fikir dengan apa yang ada di benak laki-laki ini.

"Kamu tidak perlu menjawabnya sekarang, mungkin kamu perlu waktu untuk..."

"Aku tidak butuh waktu banyak untuk memikirkan hal yang tidak penting." Dara memotong ucapan Windu, suaranya bergetar menahan luapan perasaannya sendiri.

Windu menatap Dara dengan tajam, matanya berkilat tidak sabar.

"Kamu tidak perlu menunggu, jika ingin mendengar jawabanku." Dara balas menatap Windu tak kalah tajamnya, hatinya telah hancur berkeping, merasa sama sekali tak ada harapan untuk sekedar bermimpi bisa dicintai oleh Windu.

"Jangan terlalu memaksakan diri, aku tahu ini bukan hal yang mudah untuk diterima setiap orang." Windu menggedikkan bahunya seakan cukup memahami perasaan Dara.

"Aku bisa menerimanya!" Sergah Dara

Windu terpana mendengar ucapan Dara yang keras dan penuh keyakinan itu, dia tak menyangka Dara begitu cepat mengiyakan permintaannya ini.

"Aku bisa menerima kamu melakukan apa saja, termasuk menikah dengan seratus perempuan sekalipun..." Nada suara yang menggeram itu menyadarkan Windu, Dara tidak serta merta menyetujui permintaannya.

"Hanya saja, kamu bisa melakukannya setelah kita bercerai!" Lanjut Dara begitu dingin.

Windu tertegun dengan jawaban Dara yang terdengar begitu tegas dalam raut tanpa ekspresi. Dia kehilangan kata-katanya.

Gadis ini, di luar persangkaannya, sama sekali tidak bisa di bujuk. Di balik wajah lembut dan sikapnya yang lemah, dia menyimpan kekerasan hati. Padahal, Windu mengira Dara akan menerima semuanya dengan pasrah dan mengurungkan niat bercerai itu, karena saat papa menelponnya tadi pagi dari surabaya, dia menyuruh Windu benar-benar menjaga Dara yang sedang dalam keadaan sakit. Jika sampai dia menelantarkan Dara maka ayahnya tak segan-segan memberikan pelajaran padanya.

Yah, papa Windu memang menyayangi Dara seperti juga mamanya, entah dengan sihir apa gadis desa ini membuat kedua orangtuanya jatuh cinta sedalam ini padanya.

Dara tak bersuara lagi, dia tak perduli tatapan Windu yang bulat terpaku padanya.

Lalu dengan perlahan dia menarik selimut tebal di atas tempat tidur menyusup di dalamnya dengan meringkuk, seolah dirinya akan segera tidur.

"Aku mau tidur sekarang, aku sudah tak ingin mendengar apa-apa lagi..." Desisnya lirih.

Dia menyembunyikan tubuhnya yang bergetar dan air matanya yang tiba-tiba mendesak keluar. Perasaannya tetap saja seperti tercabik-cabik meskipun dia tahu dia tak pernah di inginkan.

Wanita mana yang tidak shock, meskipun mungkin suaminya tidak mencintainya dengan benar, tiba-tiba sang suami mengatakan ingin menikahi wanita lain?

Terlebih Dara menyimpan perasaan yang dalam kepada Windu, walau lamat-lamat sekarang berubah menjadi kebencian yang tak kalah dalamnya.

Rasa terluka seorang wanita yang paling besar adalah hidup bersama dengan orang yang kita cintai, sementara pasangan kita memikirkan orang lain, bukan kita!

...Terimakasih sudah membaca novel ini❤️...

...VOTE, LIKE dan KOMEN kalian selalu author nantikan😊...

...I love you all❤️...

1
Arlini Pakan
Kecewa
Arlini Pakan
Buruk
Visencia Alingga
Luar biasa
Visencia Alingga
Lumayan
heni hariati
nyimak
Mebang Huyang M
Luar biasa
Mebang Huyang M
ngulang lagi baca ceritamu thor . kangen dgn mba dara yg imut.
Riska Afzal
😭😭😭
Tiara
Novel terbaik yg pernah aq baca di aplikasi ini 🙏🙏🙏🙏
Terimakasih
Tiara
Cerita ini ada "isi" nya. Terimakasih penulis udah menuangkan sesuatu yg sangat baik, sesuatu yang sangat menginspirasi. Banyak pelajaran yang bisa dipetik, sangat mengagumkan.
Rangkaian katanya indah tapi mudah dimengerti.
Karakternya tokoh2nya kuat,
Alurnya jelas, jadi tidak melewatkan 1 kalimatpun,
Sekali lagi Terimakasih 🙏🙏🙏🙏🙏
Eny Frihdihastuti
aku suka jalan ceritanya.
author pandai merangkai kata.
tapi tak pandai memilih visual windu, ga cocok tor sama dara haha maap ya tor 🙏
JandaQueen
apakah itu harus cuci darah spt pd org yg alami gagal ginjal ya..?
JandaQueen
dan kata2 keramat itu akhirnya meletusss
JandaQueen
berani ngapa2in bocah imut ku, tak santet onlen kau pak eko...🤣🤣
JandaQueen
ah si imut radith, suka sama cewek lebih tua ini rupanya... sini nak... tante aja yg peluk kamu... 😄
Vitriani
Lumayan
Dewa Rana
nangis aku thor 😭😭😭
Romi Tama
ya Allah😭😭😭
ami
Luar biasa
iren thezer
suka ceritanya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!