Hanya dengan tinjunya, dia menghancurkan gunung.
Hanya dengan tinjunya, dia membuat lawan gemetar.
Hanya dengan tinjunya, dia menjadi yang terkuat di bawah langit.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ARDIYANSYAH SALAM, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 03.
Hari terus berlalu. Sudah seminggu sejak Yao Ming bangun dari keterpurukannya.
Keluarga utama Yao masih mengabaikannya, sama sekali tidak peduli dengan keberadaannya.
Di halaman belakang yang terpencil, Yao Ming masih terus berlatih. Ia bangun lebih cepat dari ayam jantan, memulai latihan fisiknya dengan disiplin.
Kini, kerja keras itu mulai terlihat hasilnya.
Tubuh Yao Ming yang dulu kurus kini mulai berisi, menunjukkan otot-otot yang terbentuk dengan baik. Mata yang cekung kini kembali normal, memancarkan tatapan tajam dan jernih. Gerakannya pun mulai lincah, meskipun pusat dan saluran energinya masih belum pulih total.
"Wahhh..."
"Tuan Muda kita sudah bisa berlatih lagi! Hebat sekali!"
Tiba-tiba, terdengar suara bernada memuji namun penuh ejekan yang terselubung.
Yao Ming segera menghentikan latihan fisiknya dan menoleh. Kerutan muncul di dahinya—ia mengenali pria yang berdiri di depannya. Orang inilah yang setahun lalu membuatnya terbaring tak berdaya di ranjang.
Dia adalah HAM BO, Kapten Prajurit keluarga Yao. Ia datang bersama beberapa prajurit di belakangnya, semuanya tampak geli dan tertawa meremehkan.
Ham Bo tersenyum licik. "Tuan Muda, saya lihat kau bekerja keras! Apa kau ingin aku membantumu berlatih?"
Senyumnya melebar menjadi seringai. "Aku bisa membuat Tuan Muda tidur lagi, dan mungkin kali ini tidur lebih panjang!" katanya.
Tawanya meledak, diikuti oleh gelak tawa anak buahnya.
Melihat seringai itu, Yao Ming membalas dengan senyum sinis. "Aku bukan Yao Ming yang dulu kau remehkan," batinnya penuh dendam. "Kau akan menyesal kali ini."
"Apa kau benar-benar datang untuk melatihku?" tanya Yao Ming santai. "Aku merasa senang jika kau bersedia membantuku latihan."
Mendengar kata-kata itu, tawa Ham Bo dan anak buahnya semakin keras. Mereka mulai melontarkan kata-kata yang semakin meremehkan Yao Ming.
Yao Ming menahan diri. Ia tahu ada seseorang yang mengawasinya dari kejauhan, dan kemungkinan besar, orang itulah yang menyuruh Ham Bo datang kemari. Ini adalah provokasi yang direncanakan.
Dengan senyum yang semakin provokatif, Yao Ming berkata, "Mungkin kali ini... kau tidak akan bisa menyentuhku lagi."
Ucapan itu seketika menghentikan tawa Ham Bo. Sorot matanya berubah tajam, dipenuhi amarah.
"Tuan Muda, jangan anggap dirimu telah berubah," cibir Ham Bo. "Di mataku, kau tetap sama: orang tidak berguna dan sampah keluarga."
Senyum Yao Ming semakin lebar, dan ia tertawa. Tawa remeh itu memancing amarah Ham Bo, yang tanpa berpikir panjang langsung menyerang Yao Ming dengan tinju keras.
Namun, Ham Bo terkejut, karena Yao Ming menahan tinjunya dengan tinju balasan.
Tinju mereka berbenturan, menciptakan suara derak yang nyaring.
Yao Ming mundur hanya selangkah, tetapi Ham Bo terhuyung mundur hingga tiga langkah.
"Apa dia benar-benar telah berubah?" batin Ham Bo, terkejut luar biasa.
"Ada peningkatan," kata Ham Bo, berusaha menyembunyikan keterkejutannya.
Kali ini, dia mencabut pedangnya dan menyerang, menebas ke arah Yao Ming dengan kekuatan penuhnya.
Yao Ming sudah bersiap. Ia mundur satu langkah, dengan mudah menghindari tebasan pedang Ham Bo.
Ham Bo kembali terkejut. Ia segera melancarkan serangkaian serangan brutal lainnya.
Yao Ming melihatnya sambil tersenyum, seolah meremehkan semua serangan itu, membuat Ham Bo semakin kesal.
Ham Bo mulai menggunakan seni internalnya, melancarkan serangan yang jauh lebih brutal. Yao Ming terus menghindar, mencari celah untuk melakukan serangan balasan.
"Apa kau hanya tahu menghindar!" teriak Ham Bo kesal.
"Perhatikan saja seranganmu, kau sama sekali tidak bisa menyentuhku!" balas Yao Ming, nadanya meremehkan.
Saat itu juga, Yao Ming melihat sebuah celah. Ia segera mengaktifkan satu-satunya kemampuan yang bisa ia gunakan saat ini: "Thunder Fist Tingkat Satu: Pukulan Guntur".
Tanpa membuang kesempatan, Yao Ming melancarkan serangannya. Meskipun tanpa dukungan seni internal yang kuat, tinju Yao Ming berhasil mengenai pelipis Ham Bo dengan akurat.
Wajah Ham Bo segera membiru dan lebam. Pertarungan baru saja dimulai, dan sang kapten telah menerima pukulan telak.