NovelToon NovelToon
Setelah Menikah

Setelah Menikah

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Cintapertama / Poligami / Cintamanis
Popularitas:6M
Nilai: 4.8
Nama Author: Lunoxs

Kiran adalah seorang gadis berusia 34 tahun yang sudah menyandang gelar perawan tua dihadapkan pada 2 pilihan, menikah dengan Aslan yang sudah memiliki istri atau tetap menjadi simpanan mantan kekasihnya yang sudah lebih dulu menikah.

Antara cinta dan hidupnya sendiri, mana yang akan Kiran perjuangkan?

✍🏻 revisi typo dan pemberian judul bab 💕

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lunoxs, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 11

"Terserahmu," Jawabku acuh seraya memalingkan wajah. Laki-laki memang seperti itu, selalu berkata manis tapi tidak pernah bisa menepati.

Ku pikir Aslan berbeda dengan mas Alfath, ternyata sama saja.

Aslan tak lagi menjawab ucapanku, pun aku yang merasa tak ada lagi yang perlu dibicarakan. Kami terus saling mendiami, sampai akhirnya kami sampai di rumah mbak Riri.

"Tidak usah ikut turun." kataku ketus sebelum keluar.

Tapi seperti orang bodoh, saat aku turun, Aslan mengikuti langkahku. Bahkan, dia lebih dulu sampai di bagasi dan mengambil koper itu.

Berjalan di depan menuju pintu rumah mbak Riri.

Ah, memang bodoh.

"Susah ya, bicara denganmu." sindirku saat kami sudah berdiri tepat di depan pintu, beberapa saat lalu ia telah menekan bell rumah.

"Tergantung penerimaanmu, jika kamu selalu menolak, pasti susah untuk menyatu." jawabnya tanpa melihat ke arahku.

Aku berdecih, makin ia ingin menganggap aku ada, makin membuatku tak melihatnya ada.

Bagaimana bisa, dia semudah itu mengatakan untuk saling menerima. Sementara di hatinya sudah penuh dengan Maya.

Apa saat denganku, semua hanya kebohongan?

Atau cintanya memang mudah sekali berbagi-bagi?

Cih, dasar laki-laki.

"Ya Allah Ran, lama sekali, bukankah kalian pergi dari subuh?" tanya Mbak Riri sesaat setelah ia membuka pintu.

Aku tersenyum kikuk, memang lama sekali perjalanan ini.

"Ya sudah sini, ayo masuk." Ajaknya dengan ramah.

Aku memang sudah mengenal mbak Riri, dia adalah sahabat mas Fahmi dan juga mbak Tika.

"Jadi ini yang namanya Aslan?" tanya mbak Riri, ia tersenyum sumringah sekali saat kami sudah duduk di sofa ruang tamu.

Aslan tersenyum tak kalah ramahnya, benar-benar pintar cari muka.

"Iya Mbak, kenalkan, nama saya Aslan. Besok pagi saya akan jemput Kiran, untuk mengurus surat-surat nikah kami." jelasnya panjang sekali, aku hanya menggeleng pelan. Lain dengan mbak Riri yang antusias mendengarkan.

Tak lama, Aslan akhirnya pamit pulang. Awalnya aku tak berniat sedikitpun untuk kembali mengantarnya ke depan, tapi tiba-tiba mbak Riri buka suara, dan memintaku untuk mengantarnya.

Ah, kenapa mbak Riri jadi seperti mbak Tika.

"Aku pulang."

"Hem." jawabku sekenanya.

Setelah itu dia benar-benar masuk ke dalam mobilnya dan pergi.

"Aneh." Desis ku pelan saat melihat mobil hitam itu semakin menjauh.

Ya, aku masih merasa aneh dengan ini semua. Terlebih tentang Maya.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

POV AUTHOR

Sampai di rumah, Aslan langsung disambut oleh sang istri, Maya. Tadi sebelum pergi, Aslan sudah mengatakan, jika ia akan mengulur waktu agar bisa lebih banyak bicara dengan Kiran.

Berbicara agar wanita keras kepala itu mau menerima pernkahan ini dengan hati terbuka.

"Bagaimana, Mas?" tanya Maya langsung, ia memeluk lengan suaminya erat. Diam-diam menciumi aroma tubuh suaminya.

Dan begitu lega, ketika ia tak mendapati aroma parfum yang lainnya.

"Insya Allah Kiran siap, dia akan menerima kita." jawab Aslan, ia menoleh seraya tersenyum. Tangan kirinya terulur untuk mengelus pucuk kepala sang istri.

Kepala yang ditutup dengan hijab warna salem, anggun sekali.

"Alhamdulilah." jawab Maya lancar, meski ada desiran aneh dihati.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Sementara itu, di jalanan Kota Jakarta, Alfath dirundung kebingungan. Pujaan hatinya hilang entah kemana.

Bahkan kabar Kiran akan menikah terus memenuhi seisi kepala.

Laki-laki ini tak peduli, pada rasa sakit diujung bibir bekas pukulan Fahmi tadi. Yang ia pikirkan kini adalah kemungkinan-kemungkinan dimana Kiran berada.

"Dimaa kamu Ran." gumamnya, dengan terus menyetir ia memikirkan wanit itu.

Hingga suara dering ponsel mencuri perhatiannya. Merasa jika itu adalah Kiran, buru-buru Alfath menepi dan mengangkat panggilan itu.

"Ran! kamu dimana? biar aku menjemputmu." ucap Alfath dengan terburu, bahkan suaranya terdengar cemas bercampur amarah.

Tak ada jawaban, hening begitu saja.

Merasa aneh, Alfath lalu menarik ponsel itu dari telinga. Dilihatnya, ternyata bukan Kiran. Melainlan nama wanita lain, Dinda. Sang istri.

"Din, ada apa?" tanya Alfath gugup.

Sesuatu yang tak Kiran tahu tentang pernikahannya dengan Dinda.

"Pulanglah, jangan buat aku jadi pengatin baru yang menyedihkan." ucap Dinda yang sudah dipenuhi amarah.

Sejak hari pertama mereka menikah, Alfath selalu saja pergi dan sibuk sendiri. Bukan tentang pekerjaan, mainkan karena Kiran.

Tak langsung menjawab, Alfath mengusap wajahnya kasar.

"Jangan lupa Mas, aku sudah mengandung anakmu sebelum kita menikah. Jangan sampai buat aku mengatakan semuanya pada Kiran."

Alfath tak menjawabpi ucapan sang istri, ia langsung saja mamutuskan sambungan telepon itu.

Benar, cintanya memang seluruhnya untuk Kiran. Tapi karena sebuah keinginan, ia menyentuh Dinda yang dengan sukarela menggantikan.

Sayang, kesalahannya itu tak bisa terhenti begitu saja karena tiba-tiba Dinda mengatakan tentang kehamilan.

Dan akhirnya perjodohan itu benar-benar tak bisa terhentikan.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Keesokan harinya, tepat jam 8 pagi, Aslan benar-benar datang untuk menjemput Kiran. Rencananya, pagi ini mereka akan membuat pass foto untuk buku nikah mereka, sekaligus untuk melengkapi syarat-syarat yang lainnya.

Ceklek!

Kiran membuka pintu rumah, seketika itu juga bibirnya menyeringai. Entah situasi macam apa ini.

Aslan tak datang seorang diri, Maya ada disampingnya.

"Mana mbak Riri, biar aku berpamitan dengannya," Aslan buka suara.

Sementara dengan acuhnya, Kiran tak mengindahkan pertanyaan itu. Ia malah beranjak keluar dan mengunci pintu.

"Mbak Riri sudah pergi?" tanya Maya sekaligus menebak.

"Hem," jawab Kiran singkat.

Tak ingin mengulur waktu, Kiran lalu membimbing jalan untuk langsung masuk ke dalam mobil. Ia duduk di kursi belakang dan langsung menutupnya begitu saja.

Namun tak lama kemudian, pintu itu kembali di buka oleh Maya.

"Mbak duduk di depan saja, biar aku yang duduk disini." ucap Maya, ia ingin menunjukkan keihklasannya sejak dini. Agar semua rencana yang sudah ia susun berjalan sesuai dengan rencana.

Tak langsung menjawab, kiran malah menggelengkan kepalanya pelan. Tertawa miring, seolah menertawakan ucapan Maya itu.

"Tidak usah basa basi, kalau kamu mau duduk disini ya tinggal duduk, tempat ini cukup untuk kita berdua." Setelah mengatakan itu Kiran menggeser posisi duduknya, mendekati pintu mobil yang lain.

Dengan canggung, akhirnya Maya masuk, ikut duduk di kursi belakang.

Aslan yang melihat dan mendengar itu semua hanya mampu menghelakan napasnya dengan berat. Bisa dipastikan jika biduk rumah tangganya tidak akan berjalan dengan gampang.

Setelah kedua wanita itu masuk, barulah Aslan menyusul. Duduk di kursi kemudi.

"Aku sengaja mengajak Maya, ku pikir kalian juga perlu mendekatkan diri." ucap Aslan memecah keheningan, sedangkan mobil terus melaju memasuki jalan raya.

"Satu hal yang perlu kalian tahu, aku bisa menikah denganmu dengan cara tak menganggap Maya ada." jawab Kiran sarkas.

Memang itulah yang ada dihati dan pikirannya, ia bisa menikah dengan Aslan, dengan cara tak menganggap Maya ada.

Jika ada Maya, ia tidak akan bisa.

Hening, rasanya Aslan ingin sekali membantak wanita itu, wanita yang tak memiliki hati.

"Aku tidak peduli Mbak menganggapku ada atau tidak, aku hanya ingin mas Aslan memiliki anak darah dagingnya sendiri." jawab Maya yang sudah kehabisan kesabaran. Susah payah ia meredam ego agar selalu bisa memperlakukan Kiran dengan baik.

Tapi Kiran tetaplah Kiran, tak peduli betapa orang berusaha untuk baik dengannya. Ia akan tetap bersikap dingin.

Lagi-lagi Aslan menghela napasnya yang berat, ia bahkan terus beristigfar didalam hati.

Benarkah keputusan ini ya Allah? bisakah aku mundur? batinnya.

1
Rizkaa
Luar biasa
Ratna Dewi
Biasa
Ratna Dewi
Kecewa
Yunia Spm
siapa menabur... pasti akan menuai hasilnya
Yunia Spm
Luar biasa
Yunia Spm
karena dari awal pikiran maya udah negatif aja
galang aulia yuda_2
Lumayan
Akbar Razaq
Seperti tak ada jalan lain saja.Mmg harus ya jadi orang ke 3 dlm rumah tangga Aslan dan Maya.Kau pikir Maya tak sakit hati dasar kau tak peka.Otakmu di mana?
Pergilah kau bs merasakan dunia.luar sana.Asal kau pegang akidah kau akan baik baik saja tanpa harus jd duri dlm rumah tangga orang .Harga dirinu perlu di pertanyakan Kiran
Akbar Razaq
Rupanya Kiran mmg sdh sangat gat allll
Akbar Razaq
Benar kata Fahmi adiknya mmg jala ng sudah di tinggal nikah juga masih mau mau saja.Harga diri di mana?
Akbar Razaq
Nyalahi laki brengseknya wong dianya mau mau juga.
shu qi
malaam2 ngakakkkkk
shu qi
omG.. kalo posisiku spt maya.. tidak akan bs bertahan.. lebih baik pisah drpd di madu. berbagi suami tidak ada dlm kamus..
perih kali novel ini ..
guntur 1609
hati2 jangan sampai nanti dinda jadi pelakor anatara kirana dan widya
guntur 1609
keluarga yg saling pengertian dan harmonis
guntur 1609
kqu yg busuk sebenarnya maya
guntur 1609
kena kau kan maya. niat awal kau jelek..pasti akhirnyabtk mu juga jelek
guntur 1609
brti alfath yg brengs3k. dengan dalih perjodohan
guntur 1609
asal benar saja kau asil ya aslan
guntur 1609
tujuan awalnya saja gak bagus hanya karena anak. apalagi kiran fan aslan tdk saling cinta. maka ada kemungkinan kiran akan makin terpuruk
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!