NovelToon NovelToon
Dia Milikku!

Dia Milikku!

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Mafia / Pelakor / Mata-mata/Agen
Popularitas:6.1k
Nilai: 5
Nama Author: Nur Anis

Karena pekerjaannya, Alin terpaksa menghilang, meninggalkan sebentar pria yang dicintai.

Anjar, cukup stres memikirkan kemana perginya sang pujaan hati, ditambah seorang wanita terus mengejarnya akibat rencana perjodohan keluarga.

Apakah keduanya bisa bersatu kembali?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nur Anis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Rezan Memutuskan Hubungan

Malam ini, Rezan duduk sendirian di ruang tamunya yang kecil. Di luar hujan mulai turun membuat suasana semakin sepi dan dingin, dia hanya menatap jendela membiarkan pikirannya mengembara tanpa arah.

Dia teringat Jingga, kekasihnya yang sudah lama tidak ia temui. Ini sudah minggu kedua setelah dia melihat Jingga bersama pria lain. Tidak ada niatan bagi Rezan untuk membalas pesan dari sang kekasih, membiarkan notif di ponselnya terus berbunyi.

Rezan menghela nafas panjang, mencoba menahan rasa sakit yang terus menggerogoti hatinya. "Kenapa harus begini?"pikirnya dengan sedih. Semua kenangan indah mereka berdua kini terasa hambar malah berubah menjadi luka yang sulit disembuhkan.

"Besok aku harus menemui, Jingga. Memutuskan hubungan kami agar jelas statusnya. Aku berhak bahagia dan dia berhak hidup sesuka hatinya." ujar pria itu memantapkan hati. Sudah cukup untuknya membiarkan Jingga semena-mena. Sengaja mendiamkan bukannya menjadi sadar malah semakin menjadi-jadi.

Hujan semakin deras, suara tetesannya menambah kesenduan di ruangan. Rezan mencoba memejamkan mata berharap semua ini hanya mimpi buruk yang bisa dilupakan ketika bangun tidur tapi dia tahu ini bukan mimpi. Ini kenyataan yang harus dihadapi.

"Setelah putus dari Jingga, aku bawa siapa untuk makan malam bersama?" tanya Rezan membatin.

Jika saja bosnya tdak ember mungkin saat ini dia akan santai dalam keadaan apapun. Tidak perlu memikirkan pasangan karena itu hanya akan meributi dirinya saja. Pengalamannya dengan Jingga membuat Rezan harus berpikir ulang dalam mendapatkan pasangan.

"Jingga dulu juga manis, gadis yang pengertian serta menyenangkan. Tapi saat aku mulai sibuk, dia juga mulai berubah. Mulai berani mencari kesenangan dengan pria lain. Itu tidak bisa ditoleransi lagi." ungkapnya tidak mau salah pilih pasangan.

"Jika sendiri saja aku baik-baik saja, kenapa harus memikirkan pasangan hidup. Sudahlah, untuk amak malam besok tinggal sewa perempuan saja. Jaman sekarang tidak ada namanya sulit. Selagi ada uang semua beres." tambah pria itu dengan senyum mengembang.

Sore hari selepas pulang kerja, Rezan sudah sampai ditempat yang sudah dia tentukan untuk menemui Jingga.

Kedatangannya tentu membuat beberapa orang gaduh. Wajar saja sebagai asisten perusahaan milik Anjar, beberapa kali dirinya ikut terkenal setelah masuk dalam majalah bisnis.

Sedangkan di sudut cafe, Jingga duduk dengan cemas. Tangan kirinya memainkan cangkir kopi yang sudah mulai dingin sementara matanya terus menetap pintu masuk. Dia sedang menunggu kekasihnya, Rezan yang katanya akan datang untuk berbicara sudah dua minggu penuh pria itu seperti menghilang. Tidak membalas pesan, tidak juga mengangkat telepon. Jingga tidak mengerti apa yang terjadi dan itu membuat hatinya gelisah.

Terdengar pintu cafe terbuka ketika seorang masuk. Jingga menoleh dan melihat Rezan masuk dengan langkah tenang, jantungnya berdetak sedikit lebih cepat antara lega karena akhirnya bertemu tapi juga tegang karena suasana terasa aneh.

Rezan duduk di hadapannya tanpa banyak kata, ekspresinya datar jauh dari senyum hangat yang biasanya menyambut Jingga. Ada sesuatu yang berbeda, kali ini ada sesuatu yang tidak biasa Jingga rasakan.

"Rezan, kau kenapa tidak pernah membalas pesanku? Tidak pernah juga menemuiku" Jingga akhirnya mencoba bertanya dengan tenang meski suaranya sedikit bergetar, ada rasa panik yang dia pendam.

Rezan menatapnya dengan mata yang sulit dibaca. Dia mengambil nafas panjang sebelum menjawab, suaranya datar dan penuh makna, "Aku sibuk." jawabnya singkat tapi nada bicaranya terdengar seolah ada hal lain dari sekedar kesibukan.

Jingga merasa ada yang janggal, dia mencoba tersenyum meskipun canggung. "Sibuk? Sibuk sekali sampai kau tidak bisa membalas pesanku? Apakah aku ada salah apa padamu?"

Rezan menatap lama kali ini dengan sorot mata yang tajam. "Jingga, menurutmu apakah aku tidak tahu apa-apa?

Pertanyaan itu membuat Jingga tertegun", rasa cemas yang tadinya samar kini mulai menjalar lebih jelas. "Maksudmu apa hah?" tanyanya pelan merasa ada sesuatu yang tak enak akan terjadi.

Rezan bersandar ke belakang menatapnya dengan ekspresi dingin yang belum pernah Jingga lihat sebelumnya. "Aku tahu semuanya, Jingga. Kau pikir aku tidak tahu kau berselingkuh di belakangku, Kau pikir aku tidak pernah sadar ada orang lain selain aku yang selalu menemanimu di sela kesibukanku?"

Kata-kata Regan menghantam Jingga seperti pukulan keras di dada. Wajahnya seketika pucat dan kata-kata itu membuatnya terdiam, dia mencoba mencari alasan mencoba berbicara tapi tak ada suara yang keluar. Hatinya panik, pikirannya kalut, dia tak menyangka Rezan tahu semuanya.

"Rezan, aku..." dia terbata-bata, tidak dapat melanjutkannya.

Rezan menggelengkan kepala, memotong pembelaan Jingga. "Aku tahu lebih dari yang kau kira, Jingga. Dua minggu lalu. aku melihatmu di bar di tempat biasanya kau datang bersama teman-temanmu. Aku melihat semuanya, jadi tidak perlu lagi kau berbohong lagi.

Jingga merasa tubuhnya lemas, semua ketakutannya selama ini terbukti benar. Dia tertangkap basah, mengelak pun percuma. Hubungan rahasianya yang selama ini di sembunyikan dengan hati-hati ternyata sudah terbongkar. Dia tak pernah menyangka Rezan akan mengetahui semuanya dengan mata pria itu sendiri.

"Aku tidak akan marah dengan memakimu." lanjut Rezan, suaranya tetap tenang tapi penuh kekecewaan. "Aku hanya ingin kamu jujur, tapi ternyata untuk berbicara jujur saja kamu sulit sekali."

Jingga menunduk, air matanya mulai mengalir tidak bisa dia tahan. Dia tahu permintaan maaf tidak akan pernah bisa memperbaiki keadaan. Dia sudah merusak kepercayaan yang selama ini Rezan berikan.

"Mungkin aku yang salah karena terlalu percaya kepadamu." ucap Rezan sambil bangkit dari kursinya. "Tapi mulai sekarang kita selesai, Jingga. Tak perlu takut, tetap bulan ini semua kebutuhanmu akan aku penuhi. Namun mulai bulan depan silahkan penuhi kebutuhanmu sendiri."

Tanpa menunggu jawaban, Rezan berbalik dan berjalan pergi meninggalkan Jingga yang terpaku di tempat duduknya, tenggelam dalam penyesalan yang kini terasa terlambat.

Jingga merasa tidak berani menahan kepergian Rezan, karena dia tahu kesalahannya sudah besar. Bagi pria itu apapun akan dimaafkan kecuali perselingkuhan dan kebohongan.

Selama ini seluruh kebutuhan hidupnya juga keluarganya ditanggung penuh oleh Rezan. Pria itu sangat royal padanya, tidak mau membuatnya merasa terbebani dan kesulitan memikirkan hidup.

"Selama kau jadi pasanganku dan kita saling mengerti akan kesibukan satu sama lain, maka aku tidak masalah jika uangku menjadi uangmu." Kata pria itu semenjak mereka menjalin hubungan.

Jingga akui, Rezan memang tipe pria matang yang diinginkan banyak orang. Namun semakin kesini kesibukan pria itu semakin padat sehingga Jingga sering merasa bosan. Dia mulai tergoda oleh rayuan-rayuan pria lain. Itulah kesalahannya, tidak bisa mengerti kesibukan pasangan.

Kini hubungannya dengan Rezan sudah berakhir, sumber uangnya juga akan berakhir bulan ini. Dia harus segera memikirkan cara untuk mendapatkan uang di bulan berikutnya. Jika tidak bagaimana dia bisa menjalani hidup enak.

1
Mulyana
lanjut
Ruang Rindu
lanjuttttt
Mulyana
lanjut
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!