NovelToon NovelToon
AKU YANG DIANGGAP HINA

AKU YANG DIANGGAP HINA

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Selingkuh / Pelakor / Kehidupan di Kantor / Wanita Karir / Ibu Mertua Kejam
Popularitas:16.1k
Nilai: 5
Nama Author: Dae_Hwa

“Perut itu harusnya di isi dengan janin, bukan dengan kotoran mampet!”

Ara tak pernah menyangka, keputusannya menikah dengan Harry—lelaki yang dulu ia percaya akan menjadi pelindungnya—justru menyeretnya ke dalam lingkaran rasa sakit yang tak berkesudahan.

Wanita yang sehari-harinya berpakaian lusuh itu, selalu dihina habis-habisan. Dibilang tak berguna. Disebut tak layak jadi istri. Dicemooh karena belum juga hamil. Diremehkan karena penampilannya, direndahkan di depan banyak orang, seolah keberadaannya hanyalah beban. Padahal, Ara telah mengorbankan banyak hal, termasuk karier dan mimpinya, demi rumah tangga yang tak pernah benar-benar berpihak padanya.

Setelah berkali-kali menelan luka dalam diam, di tambah lagi ia terjebak dengan hutang piutang—Ara mulai sadar: mungkin, diam bukan lagi pilihan. Ini tentang harga dirinya yang terlalu lama diinjak.

Ara akhirnya memutuskan untuk bangkit. Mampukah ia membuktikan bahwa dia yang dulu dianggap hina, bisa jadi yang paling bersinar?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dae_Hwa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 2

Hujan belum benar-benar reda saat Arawinda melangkah masuk ke rumah. Dasternya basah kuyup, menempel di kulit seperti luka yang belum sempat kering. Sekantong roti di dekap rapat di dalam pelukan, seperti sedang menyelamatkan sesuatu yang paling berharga.

Suara Bu Syam terdengar nyaring dari ruang tengah, ketika melihat penampilan Ara.

“Astaghfirullah, Ara?! Kok, basah kuyup begitu?!” Bu Syam tampak panik. “Aduh, itu roti aku gimana?! Pasti basah juga?!” tentu saja yang dikhawatirkan Bu Syam, hanyalah rotinya.

Ara menatap datar ibu mertuanya, sejenak ia menahan napas. Pertanyaan yang dilontarkan Bu Syam sungguh membuat hatinya tersayat-sayat. Dia pulang dalam kondisi basah kuyup, dan sang mertua justru hanya mengkhawatirkan roti pesanannya? Ara benar-benar tak bisa lagi berpikir waras.

Melihat Ara terdiam di tempat, Bu Syam berjalan cepat ke arah sang menantu. Tentu bukan untuk menyodorkan handuk ataupun memberi pertolongan yang tepat, melainkan untuk merampas kantong roti dari pelukan Ara.

Ara tersentak kala kantong dalam pelukannya di rampas paksa. “Roti nya masih aman, Bu.” Jawab Ara pelan, dengan tubuh menggigil.

Wajah Bu Syam jelas menunjukkan rasa tidak percaya, matanya mengernyit curiga. Buru-buru ia membuka kantongnya. Namun—drama itu tak berhenti di sana. Sewaktu membuka kantong, Bu Syam tampak heran dengan tiga bungkus roti yang sama sekali tidak ia pesan.

“Loh, ini … ini apa?!” Ia mengangkat tiga bungkus roti cokelat susu, binar matanya berubah sinis. “Ini kan bukan pesanan aku, ini punya siapa?!”

Ara meneguk kasar ludahnya, ia benar-benar lupa untuk menyembunyikan tiga bungkus roti miliknya. “Yang itu … untuk Ara, Bu.”

Bu Syam langsung naik pitam. “Untukmu?” wanita paruh baya itu berkacak pinggang. “Berani banget ya kau sekarang—menghambur-hamburkan uang anakku tanpa se-izin ku?! Kau tuh tau nggak, Ara? Anakku banting tulang mati-matian di luar sana, dan kau—seenaknya pakai uang suami buat beli jajanan yang kau mau! Arawinda, otak mu ada, ‘kan?!”

Ara tak langsung menjawab, ia menarik napas panjang terlebih dahulu. “Ara beli roti ini pakai uang Ara sendiri ya, Bu. Nggak ada sepeser pun uang Mas Harry yang Ara pakai untuk membeli roti kesukaan Ara.”

Tawa Bu Syam mendadak pecah. Jawaban Ara membuat perut wanita berdaster kembang setaman itu serasa digelitik.

“Astaga, Ara … kau ini kenapa, sih? Apa air hujan sudah membuat kau gila? Uangmu? Uangmu dari mana, hah? Dari pohon? Atau kau baru aja narik arisan dari langit?” Bu Syam tersenyum mengejek. “Coba jawab, uang dari mana? —Sementara kau itu kan nggak kerja. Di rumah seharian, kerjaan mu cuma masak, nyuci, terus ongkang-ongkang kaki. Beberes rumah aja masih harus disuruh! —Lalu kau dapat duit dari mana?!”

Ara mengerjap, lalu memejamkan matanya sejenak. Ia kelepasan dalam memberi jawaban. Kalimat itu meluncur begitu saja, tanpa pikir panjang. Tak ada satupun orang yang mengetahui bahwa Ara juga memiliki penghasilan sendiri, walaupun hasilnya tak seberapa.

Beberapa bulan ini, Ara selalu berkecimpung di dunia novel online, tanpa sepengetahuan Harry. Ia menyetor naskahnya di beberapa platform terpercaya, dan kini ia sudah menuai hasil dari memutar otak di setiap malam hari. Beban pikiran, semua cacian serta hinaan, ia rangkum sedemikian rupa dan dijadikan ladang cuan.

“Ooooh, atau jangan-jangaaaan, kamu maling ya? —Tadi subuh warungnya Bu Romlah kemalingan. Uang nya digondol, ludes. Pasti kamu, ‘kan? Kamu pura-pura kesiangan, padahal subuh-subuh kamu beraksi—bongkar kedai orang. Iya, begitu?”

Dada Ara berkecamuk, bergemuruh hebat. Jika seumuran, sudah pasti Ara akan menyikut bibir Bu Syam dengan ujung sikunya hingga jontor.

“Bu, cukup. Ibu tau, ‘kan? Ibu udah keterlaluan.” Ara berusaha menjaga ekspresi wajahnya. Namun, suaranya kentara kesal.

“Keterlaluan? Kau ini bener-ben—”

“Ada ribut-ribut apa sih ini, Bu? Ar?” Suara Harry membuat Bu Syam dan Ara tersentak kaget. “Assalamu'alaikum.”

“Eh, Harry ... Sampai nggak nyadar kamu datang. —Tumben kamu udah pulang jam segini?” Bu Syam menatap Harry yang tengah melepas jas hujannya. “Wa'alaikumsalam.”

Begitu masuk ke dalam rumah, Harry lekas mencium punggung tangan sang ibu. “Iya, kerjaan nggak banyak. Kebetulan sabtu, jadi bisa pulang cepat.” Jawabnya sambil menatap Ara dengan mimik heran, “kenapa pakaian mu basah kuyup begitu?”

Belum sempat Ara menjawab, Bu Syam sudah terlebih dulu bersuara. “Tadi Ibu minta tolong beliin roti di tempat biasa. Ara nggak bawa payung, terus hujan deras. Ya basah deh. Padahal sebelumnya, Ibu udah bilang kalau hari mau hujan. Eh, ngeyelan.”

Ara mengernyit mendengar bualan sang mertua. “Kapan Ib—”

“Dan, kamu tau nggak, Harry?” potong Bu Syam secepat kilat. “Ara beli roti mahal sampai tiga bungkus. Waktu Ibu nasehatin baik-baik, eh, malah nggak terima. Katanya karena pakai uang sendiri, jadi Ibu nggak boleh ngatur. —Gaya-gayaan pakai uang sendiri, uang dari mana? Kamu aja nggak ngizinin dia kerja.”

Harry menoleh ke arah sang istri yang masih menggigil kedinginan. “Bener begitu, Dek?”

“Ibu curiga deh jadinya, Har,” sela Bu Syam cepat. “Warungnya Bu Romlah kemalingan loh tadi subuh. Apa jangan-jangan ...?”

“Bener begitu, Dek?!” tanya Harry sekali lagi. Namun kali ini, suaranya lebih keras, lebih sinis.

Tatapan dingin dari Harry semakin membuat Ara terluka. Bukannya iba melihat istrinya yang sudah menggigil kedinginan, Harry malah melemparkan pertanyaan-pertanyaan yang membuat dada Ara sesak.

“Uang belanja,” dusta Ara singkat. Ia sengaja tak ingin menceritakan sumber cuan nya. Ara yakin jika jujur pun, tak akan ada yang berubah.

“Tuh, kan! Bener dugaanku! Ternyata kau menghambur-hamburkan uang anak ku! Kau itu bener-bener nggak tau diri ya, Ara! Nggak tau di untung! Uang untuk keperluan belanja sehari-hari, malah seenak udel dipakai buat beli jajanan! Dasar boros! Pakai nipu segala pula, gayanya pakai uang sendiri! Padahal? Darah anak ku yang kau hisap! Dasar Lintah!”

Jemari Ara terkepal erat, kerongkongan nya serasa tercekat bahkan untuk mengeluarkan sepatah kata. Ia masih setia menunggu, menunggu Harry untuk membelanya di depan ibunya.

Namun, yang dilakukan Harry hanyalah berlalu dengan kepala tertunduk. Pria itu berjalan ke dapur, sibuk mengambil peralatan makan. Ia memilih mengisi perutnya yang keroncongan dari pada membela ataupun menengahi. Dan, tentu saja dada Ara kian sakit, kian bergemuruh.

“Ara, kalau kau nggak bisa mengatur uang seperti ini, bilang terus terang. Biar aku yang menghandle semuanya!” kata Bu Syam lagi.

Ara langsung menoleh ke arah Bu Syam, sorot matanya sangatlah nyalang. Bu Syam sempat terperanjat, membeku di tempat. Ini pertama kalinya Ara menatapnya dengan tatapan seperti itu.

“A-apa-apaan tatapanmu itu? Kau m-menantangku?!” Bu Syam memberanikan diri. Ini pertama kalinya ia terbata-bata dalam berbicara.

Ara enggan menjawab, tetapi sorot nyalang nya tak kunjung pudar. Wanita berdaster kuyup itu melangkah tergesa-gesa menuju dapur, ia menghampiri sang suami dengan dada yang nyaris meledak.

“Mas,” suara Ara terdengar dingin.

“Hmm?” Jawab Harry tanpa menoleh, ia terlalu sibuk mengunyah.

“Apa aku mesti gugat cerai kamu dulu, baru kamu sudi membela ku di depan Ibumu?” suara serak Ara terdengar tegas dan sangat serius.

UHUK!

*

*

*

1
🏘⃝Aⁿᵘ𝓪𝓱𝓷𝓰𝓰𝓻𝓮𝓴_𝓶𝓪
kamu kan levelnya makan masakan makmu, masakan istri mah, buat makan gukguk komplek.. 🏃🏃🏃
Dae_Hwa💎: hussss, 🤣🤣🤣🤣🤣
total 1 replies
💕Bunda Iin💕
waktu kerja kantoran gaya lo pongah har...boro² nyukupin nafkah istri...giliran kerja kyk begini ngeluh...dasar manusia bersyukur kau har
Dae_Hwa💎: betul. syukur² ada kerjaan. padahal halal
total 1 replies
💕Bunda Iin💕
kesian😂😂😂 ( ketawa jahat )
Dae_Hwa💎: NGIAHAHAHHAHA
total 1 replies
💕Bunda Iin💕
🤣🤣🤣🤣🤣
Dae_Hwa💎: 🤣🤣🤣🤣🤣🤣
total 1 replies
istianah istianah
apa" jngan" si erlan dan ara mau di makcomblangin sama si davin ya ,kalau bener bgitu se 7 aq , tak pantau terus sampe mereka menikah
Dae_Hwa💎: Bisa jadiiii~ pantau terus 🫵
total 1 replies
Tini Ratnadilla
wulan sama Davin aja, aku merestui....
Dae_Hwa💎: Kak, Davin punya ku 🙂‍↕️
total 1 replies
Mba Ayuu
the real karma yang sering dituduhkan sama ara
Dae_Hwa💎: betul.
sayangnya dia gak bersyukur. padahal halal.
total 1 replies
Miaaaoowww😸
si wulan disuruh ngapain itu sama si davin???
pinisirinnnnnn🤭🤭🤭
Dae_Hwa💎: Jangan-jangan~~~
total 1 replies
Miaaaoowww😸
bolehkah saya menculik yang namanya Hary???
Dae_Hwa💎: Mau di apain kak? 🙂‍↔️
total 1 replies
Miaaaoowww😸
gendeng banget jadi cowokk, pengen tonjok dehhhhh🤬🤬🤬
Dae_Hwa💎: Banting² ke lantai
total 1 replies
Sayur segar
ya gapapa sih. yg pnting kan tangan istrimu mulus. kau kan suka?
Dae_Hwa💎: Nah iya, kemarin di pujapuji
total 1 replies
Sayur segar
dsr gk tw brsyukur kau
Dae_Hwa💎: Betul sangat!
total 1 replies
Star Ir
suaminya keponakan saya aja buruh angkut di pasar gak kekurangan makanan kok, gpp gak bakal kelaperan. 😁😁
Dae_Hwa💎: Betul. Apapun itu, selagi halal dan mencukupi, syukuri. Biar berkah.
Sayur segar: betul tuh. memang si harry nya aja yg suka memandang rendah pekerjaan org.
total 2 replies
Sayur segar
ngomongin apa kalian woy 🤣
Dae_Hwa💎: bisik² 🙆🏼‍♂️
total 1 replies
Sayur segar
😆😆😆😆😆😆😆
Dae_Hwa💎: /Joyful/
total 1 replies
Sayur segar
apa jgn2 bapaknya elan ngejodohin sama cwe ini?
Dae_Hwa💎: Mungkinkah~
total 1 replies
Sayur segar
aku rasa si harry ngelarang ara kerja karna takut tersaingi
Dae_Hwa💎: itu sudah pasti, hahahah
total 1 replies
Tini Ratnadilla
selamat ara atas perceraiannya, semoga dapat ganti yang lebih baik
Dae_Hwa💎: Aamiin, pantau selalu 🙂‍↕️
total 1 replies
Mba Ayuu
siapa yang ingin diposisi ara, pasti semua wanita ingin lMenikah sekali seumur hidup. tapi kalau suaminya modelan Harry ya, nggak usah mikir 2 kali sih untuk pisah.
Dae_Hwa💎: betul, semua pasti pengennya sekali seumur hidup.
tapi kalau kyk Harry, sendiri lebih baik.
total 1 replies
💕Bunda Iin💕
klo macam² manusia kadal ini dipenjarakan aj ra😡
Dae_Hwa💎: 🦎 : tolong jangan samakan daku dengannya
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!