Seri kedua Kau Curi Suamiku, Kucuri Suamimu. (Hans-Niken)
(Cerita Dewa & Fitri)
Masih ada secuil tentang Hans-Niken, ya? Juga Ratu anak kedua Hans.
Pernikahan yang tak diharapkan itu terjadi, karena sebuah kecelakaan kecil yang membuat warga di kampung Fitri salah mengartikan. Hingga membuat Fitri dan Dewa dipaksa menikah karena dituduh melakukan tindak asusila di sebuah pekarangan dekat rumah Fitri.
Fitri berusaha mati-matian supaya Dewa, suaminya bisa mencintainya. Namun sayangnya cinta Dewa sudah habis untuk Niken, yang tak lain istri dari Papanya. Dewa mengalah untuk kebahagiaan Papanya dan adik-adiknya, tapi bukan berarti dia berhenti mencintai Niken. Bagi Dewa, cinta tak harus memiliki, dan dia siap mencintai Niken sampai mati.
Sayangnya Fitri terus berusaha membuat Dewa jatuh cintai padanya, meski Dewa acuh, Fitri tidak peduli.
"Aku bisa membuatmu jatuh cinta padaku, Tuan!"
"Silakan saja! Cinta tidak bisa dipaksakan, Nona! Camkan itu!"
Apakah Fitri bisa menaklukkan hati Dewa?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hany Honey, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 2 - Lepaskan Aku
Fitri membiarkan Dewa pergi, melihat Dewa yang kian menjauh dari pandangannya. Fitri tidak tahu kenapa, sampai bilang ingin cerai dari Dewa. Padahal selama ini Fitri bisa sabar dengan semua episode kehidupannya selama menikah dengan Dewa. Tidak peduli dia diacuhkan dan tidak dianggap istri oleh Dewa, Fitri biasa saja. Tapi siang ini, entah kenapa dia berani meminta cerai dari Dewa.
Dewa melajukan mobilnya, dia masih terbayang-bayang wajah Fitri tadi setelah ditampar oleh Ayahnya. Dewa tidak tega pada Fitri saat diperlakuka seperti itu oleh Ayahnya. Padahal selama ini Dewa selalu acuh dan cuek, tapi melihat Fitri disakiti oleh Ayahnya hatinya pun ikut sakit.
Dewa juga tidak menyangka, tiba-tiba Fitri meminta cerai darinya. Padahal selama ini Fitri tidak pernah berkata macam-macam pada dirinya, hanya saja pernah berkata sekali pada Dewa, kalau dirinya bisa membuatnya jatuh cinta. Tapi pada kenyataannya sampai detik ini Dewa belum bisa mencintai Fitri.
Dewa memarkirkan mobilnya di depan rumah megah yang ia huni bersama Fitri. Tapi sudah lama Dewa tidak pernah pulang ke rumah. Hampir dua bulan Dewa tidak pernah pulang, dia lebih memilih tinggal di apartemennya. Membiarkan Fitri di rumah mewah dan megah itu seorang diri.
“Assalamualaikum ....” Dewa bergumam lirih mengucapkan salam saat masuk ke dalam rumah.
Di rumah Fitri sendirian, dia tidak ada pembantu, untuk apa ada pembantu, dia bisa melakukan pekerjaan rumahnya sendiri, apalagi Dewa tidak pernah pulang, pekerjaan rumah hanya itu-itu saja, sayang kalau sewa pembantu.
Dewa masuk ke dalam kamarnya. Kamar yang ia gunakan untuk istirahat saat berada di rumahnya. Selama ini mereka tidur terpisah, di rumah bersama pun jarang bertegur sapa, hanya jika ada yang dirasa penting untuk dibicarakan, Dewa mengajak Fitri bicara.
Entah kenapa Dewa ingin pulang ke rumah siang ini setelah di dalam perjalanan pulang dari restoran Tama selalu terngiang ucapan Fitri yang meminta cerai padanya. Ditambah Tama yang selalu mendesak Dewa untuk menceraikan Fitri, karena Tama tahu apa yang terjadi di dalam rumah tangganya dengan Fitri.
“Apa Fitri dipaksa Tama? Atau mereka ada hubungan?” batin Dewa.
“Ah kenapa aku mikir ke situ? Kalau Fitri punya hubungan dengan Tama, mungkin itu wajar, karena mungkin Fitri lelah membuat aku mencintainya,” pikir Dewa.
“Gak, gak! Gak boleh mereka memiliki hubungan!”
Dewa merasa jengkel dengan keadaan sekarang. Tama sering meminta Dewa melepaskan Fitri, sedangkan tadi Fitri tiba-tiba meminta cerai darinya.
Lama Dewa memikirkan semua itu, hingga menjelang petang Dewa masih gelisah di kamarnya. Ditambah ia menghubungi Fitri, tidak ada respon, dan setelahnya nomor Fitri tidak aktif lagi.
Dewa mendengar deru mobil di depan rumahnya saat dia baru saja keluar dari kamarnya. Ia bergegas keluar melihat siapa yang datang.
“Fitri, Tama? Apa mereka selalu bersama?” ucap Dewa dalam hati saat melihat Fitri yang keluar dari mobil Tama, dan Tama yang membukakan pintu untuk Fitri.
“Ehem ....” Dewa berdehem lalu mendekati mereka.
“Tumben kamu di rumah?” ucap Tama.
“Tumben? Kamu bilang tumben? Ini rumahku, ya wajar aku di sini?” jawab Dewa.
“Biasanya di tempat ternyamamu? Apartemen yang penuh foto-foto Ibu sambungmu!” sindir Tama.
“Sudah antar Fitrinya, kan? Silakan pulang! Masuk Fit, aku mau bicara!” ucap Dewa.
Fitri tak menjawab apa pun, dia hanya heran dengan suaminya saat ini yang bersikap seperti itu. Padahal biasanya mau Fitri diantar jemput oleh Tama pun Dewa tak peduli.
“Oh iya, Dew, besok aku pinjam Fitri, aku minta dia menemani aku makan malam dengan Pak Arsyad! Kamu tahu kan besok Pak Arsyad mengundang kita di acara makan malam, karena dia sedang ulang tahun?” ucap Tama.
“Fitri bukan barang yang bisa kamu pinjam! Pulang sana!” usir Dewa.
“Daripada Fitri gak kamu anggap! Biar dia sama aku!”
“Pulang atau aku bilang papamu, kalau kamu sedang mengganggu istri orang!”
“Apa bedanya dengan kamu yang ganggu istri Papamu!” sindir Tama.
“Aku pulang, Fit. Sana belikan obat buat Dewa, sepertinya dia kehabisan obat, Fit!” ucap Tama lalu dia masuk ke dalam mobilnya.
Tama terkekeh melihat Dewa yang sepertinya sangat marah saat tadi dia bilang ingin mengajak Fitri makan malam. Padahal Fitri sudah menolaknya, tapi mumpung ada kesempatan membuat Dewa panas hati, Tama bilang saja besok malam mau mengajak Fitri makan malam dengan rekan bisnisnya. Di mana Dewa pun diundang dalam makan malam itu, pun dengan Hans dan Istrinya.
Fitri sudah berada di dalam rumahnya lebih dulu, dia sama sekali tidak mengajak Dewa bicara lebih dulu. Dewa langsung menyusul Fitri ke dalam.
“Fit, aku mau bicara sebentar!”
Fitri langsung mengurungkan niatnya untuk membuka pintu kamarnya, lalu berbalik badan, dan duduk di sofa yang dekat dengan kamarnya. Disusul Dewa duduk di sebelah Fitri.
“Mau bicara apa?” tanya Fitri tanpa menatap Dewa.
“Kamu benar besok malam diajak Tama makan malam?” tanya Dewa.
“Iya, kenapa? Aku sudah biasa diajak Tama keluar makan malam, dengan rlasi bisnisnya juga pernah,” jawab Fitri.
“Kenapa kamu tidak bilang aku? Aku suamimu, kamu harusnya pamit dengan aku kalau mau ke mana-mana, Fit?”
“Iya kamu suami aku, tapi apa kamu pernah menganggapku istrimu? Kamu mau ke mana pun yang kamu mau saja tidak pernah bilang aku? Kamu mau melakukan apa pun sesuka hatimu saja kamu tidak bilang aku? Bahkan setiap kamu di sini, aku siapkan semua keperluan kamu, aku ambilkan baju kerjamu, aku buatkan kamu sarapan, kadang makan malam, kamu tak pernah menjamahnya? Apa dengan begitu kamu menganggap aku istrimu? Apa aku perlu izin ke mana pun aku mau pergi kalau kamu saja bersikap begitu padaku? Tiga tahu, Dewa! Ke mana saja kamu?! Kamu terlalu larut dalam cintamu yang salah! Apa kamu gak kasihan dengan Mama Niken dan papamu? Gak kasihan dengan adik-adikmu?” ucap Fitri dengan tegas.
“Mau kamu apa, Dewa? Jika memang aku gagal membuat kamu jatuh cinta, ceraikan aku, aku tidak ingin terpasung dengan rasa cinta ini! Lepaskan aku, jika kamu ingin bebas dengan rasa cintamu yang salah!”
Dewa tersenyum ringkih, dia menatap Fitri yang menatap tajam dirinya. Baru ia lihat Fitri semarah itu padanya. Mungkin kesabaran Fitri sudah di ujung tanduk kali ini.
“Apa semua ini karena Tama? Apa karena Tama kamu meminta cerai dariku? Padahal dari dulu kamu gak pernah begini? Setahun enam bulan kamu ikut kerja dengan Tama, sekarang kamu biacara begini? Minta cerai?” ucap Dewa.
“Tidak ada sangkut pautnya dengan Tama. Kamu harusnya tahu kenapa aku meminta cerai! Kamu ingat, kamu pernah bilang apa padaku? Kamu pernah bilang sampai kapan pun kamu tidak bisa mencintaiku, dan menerima aku sebagai istrimu, kan? Cukup sampai di sini, Dewa! Cukup sampai di sini kamu buat aku menderita! Ini yang kamu mau, kan? Aku rasa penderitaanku harus aku sudahi sekarang!”
“Aku tidak akan menceraikanmu!”
Gak sabar lihat respon papa dewa dan mama niken 😂
1 nya berusaha mencintai 1 nya lagi mlh berusaha meminta restu 🤣🤣🤣
kann tau to rasane coba aja klo bener2 di diemin ma fitri apa g kebakaran jengot