NovelToon NovelToon
Celestial Chef's Rebirth

Celestial Chef's Rebirth

Status: sedang berlangsung
Genre:Spiritual / Reinkarnasi / Sistem
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: Jasuna28

Huang Yu, seorang juru masak terampil di dunia fana, tiba-tiba terbangun di tubuh anak petani miskin di Sekte Langit Suci—tempat di mana hanya yang bertubuh suci kuno bisa menyentuh elemen. Dari panci usang, ia memetik Qi memasak yang memanifestasi sebagai elemen rasa: manis (air), pedas (api), asam (bumi), pahit (logam), dan asin (kayu). Dengan resep rahasia “Gourmet Celestial”, Huang Yu menantang ketatnya kultivasi suci, meracik ramuan, dan membangun aliansi dari rasa hingga ras dewa. Namun, kegelapan lama mengancam: iblis selera lapar yang memakan kebahagiaan orang, hanya bisa ditaklukkan lewat masakan terlezat di alam baka.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jasuna28, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 13: Dimensi Gelap Terakhir

Pintu gerbang kecil—terbentuk dari peti rempah hitam dan ukiran bayangan—bergetar lalu menutup rapat di belakang Nian dan tim Penjaga Ember. Mereka kini berdiri di lorong padat kabut ungu, di mana udara terasa pekat dan setiap napas seperti menahan bara dingin. Jejak langkah Xionglai hilang ditelan kabut, hanya gema tawa samar menggema dari kejauhan.

Master Cang memeriksa Pedang Dewa yang berkilau namun berpendar samar. “Inilah Dimensi Gelap—tempat Qi pahit bebas meronta. Hati-hati, satu getaran salah bisa membuat kita terperangkap kekal.”

Lan’er menyalakan botol air suci, menembakkan cahaya lembut. “Aku merasakan denyut energi rempah busuk—mereka menyebar menyamar sebagai flora purba.”

Zhuo mengangkat bubuk asam stabil. “Jangan sampai kita jatuh ke jebakan gas memabukkan Xionglai.”

Nian menatap bayangan di sekitar. “Mari bergerak—kita ke pusat dimensi ini, cari jejak Qi pahit terkuat.”

Mereka melangkah menembus kabut, tiba di hamparan reruntuhan pilar dan cerobong besi raksasa—sisa Pabrik Neraka, tempat Qi pahit diproduksi masif. Tetesan cairan rempah hitam menetes dari pipa bocor, meleleh di tanah, memanggil makhluk “Tubuh Bayangan” berlapis cairan itu.

Master Cang membisik, “Pabrik ini dulu dikelola klan bawah, lalu diambil alih Xionglai.” Ia menyalakan Pedang Dewa, memancarkan aura jingga untuk menyeimbangkan kegelapan.

Pertarungan singkat terjadi: Tubuh Bayangan menyerang dengan tangan cair, Nian dan Xu’an memecah cairan gelap dengan irama sup asam-pahit, sementara Lan’er memimpah air suci untuk menetralkan uap memabukkan. Zhuo memecah pipa bocor dengan bubuk asam stabil, menghentikan aliran Qi pahit ke lorong selanjutnya.

Saat debu mereda, mereka menemukan dinding berkerik—terukir diagram alkimia gelap yang menampilkan “Granat Rempah Neraka”, senjata Qi pahit berbentuk butir besar, mampu meledakkan dimensi. Jejak panah suara Xionglai menggema: “Jika kau mengejarku, kau akan hancur satu dimensi bersamaan denganku.”

Meninggalkan pabrik, tim menyusuri lorong bercahaya ungu padat—Lorong Ion Gelap—di mana udara dipenuhi partikel Qi berenergi negatif. Setiap langkah memicu kilatan ion ungu yang menusuk indera.

Lan’er menaburkan setetes Emulsi Kayu Muda, menciptakan zona aman kecil di sekeliling mereka. “Gunakan ritme napas—satu dua, tarik Qi kayu, hembuskan gelombang api kecil untuk menetralkan ion.”

Mereka melangkah bergandingan, namun tiba-tiba gelombang Ion memekik, merontokkan perlindungan. Xu’an menyalakan formasi cahaya—tiga lingkaran biru-putih memancar—sampai ion itu perlahan membeku menjadi partikel tak berbahaya.

Di ujung lorong, sebuah pintu besi rendah berdiri: terukir lambang granat rempah. Nian mengetuk ringan; gema menggema dalam resonansi logam. “Di sinilah Xionglai menyiapkan senjatanya,” bisiknya.

Pintu berderit terbuka, menampakkan Ruang Senjata Kegelapan—lapangan bundar berlantai marmer retak, di tengahnya bertumpuk butir-butir rempah hitam raksasa: Granat Neraka. Setiap butir berdiameter setengah depa, memancarkan aura dingin dipadu detak jantung halusinasi.

Xionglai berdiri di sisi lain ruangan, berkerudung ungu terurai, mata menyorot tajam. Di tangannya tergenggam satu Granat Neraka—darah rempah merah menetes di bawah pipanya. “Selamat datang,” ujarnya rendah. “Kau sudah sampai ke lubang sarang. Jika kau menghancurkan granat ini, pecahannya akan menular ke semua dimensi.”

Nian maju, Pedang Dewa di angkat setinggi bahu. “Aku akan menghentikanmu di sini!”

Xionglai tertawa, menekan butir granat ke lantai—getaran Qi pahit membelah marmer, menciptakan retakan bercahaya ungu. “Saksi kekuatanku: kau kalah jika kau masih membatasi diri pada tiga elemenmu!” Ia menaburkan rempah butir ke udara: gelombang Qi pahit menyeruak, memanipulasi emosi Nian menjadi kebencian pekat.

Namun Nian menutup mata, mengingat Gourmet Celestial —ramuan harapan dan kasih. Ia memusatkan Qi kayu di pergelangan, lalu memukul alas Pedang Dewa ke tanah—ledakan jingga membentuk perisai gelombang, meredam gelombang pahit. Granat Neraka yang tergenggam Xionglai terlepas, berguling pelan ke arah mereka.

Pertarungan kilat dimulai: Xionglai menyerang dengan pancaran Qi pahit—Nian membalas dengan letupan sup pedas mini. Lan’er meneteskan air suci ke lantai—menciptakan genangan perlindungan. Xu’an memfokuskan Qi air-logam lewat formasi—menciptakan jaring pelindung, menahan butir pecahan granat yang terlepas.

Di tengah chaos, Nian melihat satu kesempatan—granat di sisi lain ruang. Ia meloncat, memacu Qi kayu-asam melalui Pedang Dewa, menebas granat—pecahan hitam meledak menjadi serpihan kecil yang langsung disedot ke dalam Cawan Neraka. Xionglai terhuyung, bingung: “Bagaimana kau…?”

Nian berdiri tegak, memegang Pedang Dewa dan Cawan Neraka bersama. “Karena ini bukan sekadar alat—ini simbol kepercayaan kita pada cahaya yang lebih kuat daripada gelap.”

Saat pecahan rempah gelap terisap, retakan ungu di lantai marmer meredup. Ruangan berguncang hebat—dinding runtuh, pilar patah. Xionglai terlempar ke samping, terhisap cahaya jingga lembut muncul dari granat hancur—puing Qi gelap terserap kembali ke cawan.

Portal yang ia buka mulai runtuh, memancarkan kilau ungu kehitaman yang perlahan memutih. Xionglai menatap Cawan Neraka di tangan Nian, suaranya serak: “Kau… menghentikanku…”

Nian melangkah mendekat, ramah namun tegas: “Permainanmu berakhir—perlahan atau cepat.” Ia menaruh cawan di atas altar runtuh, dan Pedang Dewa menancap di sampingnya. Aura jingga dan keemasan memancar, membentuk kubah cahaya, menutup retakan dimensi.

Xionglai merapatkan tangan di dada, menatap dada Nian. “Mungkin aku salah memilih… tapi gelap tetap bagian dari kita.” Ia menoleh, melangkah mundur ke portal separuh tertutup. “Akan kubuktikan bahwa gelap bisa menjadi cahaya…” Dan dalam kilatan terakhir, ia lenyap ke lorong bayangan yang tertutup selamanya.

Keheningan turun di Dimensi Gelap Terakhir. Debu rempah hitam tersapu angin jingga, sisa-sisa butir granat hancur menghilang di lantai. Pedang Dewa dan Cawan Neraka berdampingan—simbol keseimbangan sempurna.

Nian menoleh pada timnya: wajah lelah namun penuh keyakinan. Lan’er menyentuh lengannya, menegaskan ikatan mereka. Master Cang tersenyum lembut, Xu’an menutup formasi cahaya, dan Zhuo meletakkan bubuk asam stabil satu botol lagi ke saku.

“Dimensi ini aman,” kata Nian pelan. “Tugas kita—menjaga keseimbangan di semua ranah—baru saja dimulai.”

Di luar reruntuhan pabrik, sinar mentari jingga menembus kabut ungu, mengubahnya menjadi harmoni warna pertanda dunia rasa bangkit dari kegelapan.

Namun angin berbisik satu kali lagi, suara Xionglai berderai samar:

“Cahaya mungkin menang… tapi gelap selalu menunggu celahnya.”

Dan di cakrawala, siluet bayangan samar menari—janji bahwa konflik abadi antara cahaya dan gelap akan terus berlanjut.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!