" Apa maksud dari keluarga mu bicara seperti itu mas? Apakah aku kalian anggap orang asing selama ini? Apa bakti ku pada suami serta keluarga ini tidak berarti apa apa?" Ria berkata dengan suara yang bergetar karena menahan tangis.
Selama ini ia hanya dianggap orang asing oleh keluarga suami nya sendiri padahal dia lah yang selalu ada untuk suaminya ketika sedang terpuruk bahkan dia rela menjadi tulang punggung mencari rezeki demi sesuap nasi karena suami yang dicintainya di PHK.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maharanii Bahar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 25
"Dan untuk asupan gizi, usahakan makan yang yang teratur dan juga banyak makan buah, serta air putih yang cukup ,dan minum juga susu ibu hamil ,agar nutrisi nya terpenuhi". Ujar dokter Ina dan Riyan hanya iya iya saja.
Perkataan dokter terus terngiang diingatan Riyan , karna memang semenjak Winda tidak mempunyai uang dan juga tidak diberi warisan sikap ibu dan kakak nya berubah, begitu pun dia juga karna memang dia ingin menguasai perusahaan yang di pegang pak aji papa Winda tapi itu hanyalah angan.
Enghhh
"Mas haus". Ujar Winda
"Ini minum lah". Ujar Riyan sambil memberi kan air putih pada Winda.
"Mas anak kita gak kenapa napa kan?". Ujar Winda.
"Tidak". Ujar Riyan datar.
Tak lama pintu ruangan terbuka dan yang datang adalah mertua Riyan .
"Ya ampun win, baru beberapa hari kamu dirumah itu sudah masuk rumah sakit". Ujar Bu Indri sambil melirik Riyan.
"Maksud mama apa?". Ujar Riyan yang tidak terima apa yang dikatakan mertuanya.
"Lah emang nya salah apa yang saya katakan? Lihat sekarang Winda berada dimana". Ujar Bu Indri sedangkan kan pak aji hanya menyimak.
"Tapi bukan berarti karna dirumah saya Winda jadi begini, mungkin karna dia lagi hamil makanya kondisi nya mudah drop". Ujar Riyan membela diri.
"Halah , win diapain kamu sama keluarga suamimu?". Ujar Bu Indri.
"Gak diapa apain kok ma, karna aku lagi hamil jadi kesehatan aku menurun". Ujar Winda yang sengaja menutupi, dia malu kalau sampai bercerai dengan pernikahan yang baru hitungan hari apa lagi saat ini dia sedang hamil.
"Kan apa saya bilang, jangan terlalu memandang buruk keluarga saya". Ujar Riyan sombong karna pengakuan Winda dan Bu Indri langsung diam.
"Sudah lah jangan ribut ini rumah sakit, sekarang apa yang kamu rasakan win?". Ujar pak aji yang kali ini bersuara.
"Lumayan pa, tapi masih sedikit pusing". Ujar Winda karna memang tubuh nya terasa sangat lelah, karna pekerjaan rumah yang tiada habisnya.
"Itu kemana mama kamu? Apa tidak kesini menjenguk menantunya yang terbaring dirumah sakit?". Ujar Bu Indri pada Riyan
"Nanti mama kesini sama putri setelah pekerjaan dirumah beres". Ujar Riyan memberi alasan karna pekerjaan dirumah sudah hampir selesai sebelum Winda pingsan, memang dasarnya mereka tak ingin datang menjenguk.
"Mas aku lapar , pengen makan ayam bakar". Ujar Winda
"Makan saja makanan rumah sakit , jangan makan sembarangan kamu sedang hamil". Ujar Riyan dan langsung mendapat tatapan tajam dari sang mertua.
"Apa maksud mu? Dia hamil anak mu, dan sekarang mungkin Winda ngidam nya ayam bakar , apa segitu miskin nya kamu sampai tidak bisa membelikan ayam bakar untuk Winda dan calon anak mu?". Ujar Bu Indri kesal.
"Ya sudah aku pergi dulu beli ayam bakarnya".ujar Riyan yang langsung bangkit dari duduk nya dan bergegas keluar ,karna memang dia sudah lelah berdebat yang tidak berujung dengan ibu mertuanya.
"Kasihan sekali nasib mu win, dapat suami modelan begitu". Ujar Bu Indri sembari mengusap lengan putrinya.
"Mungkin dia sudah jodoh ku ma, dan dia juga ayah dari calon anak ku". Ujar Winda sendu.
"Bagaimana perlakuan mertua mu saat dirumah beberapa hari ini?". Ujar Bu Indri , dan Winda bingung mau menjawab apa sampai pintu ruangan terbuka dan masuk lah putri dan Bu Lila.
"Apa maksud pertanyaan mu itu besan". Ujar Bu Lila yang mendengar apa yang diucapkan Bu Indri pada Winda, dan sebelum Winda menjawab mereka sudah masuk dan Bu Lila lah yang menjawab nya.
"Lah apa salah saya bertanya? Saya tahu betul kalian itu bagaimana sedangkan didepan saya saja mulut kalian sangat tajam apa lagi saat Winda dirumah kalian tanpa ada orang tuanya". Ujar Bu Indri dan pak aji masih menyimak saja karna dia tahu istri nya mampu melawan Bu Lila .
"Tapi pertanyaan mu itu tidak etis ,seolah olah aku mertua yang jahat pada menantu". Ujar Bu Lila.
"Lah kalau tidak jahat tidak mungkin anak saya berada disini, pasti dia tertekan berada diumah situ". Ujar Bu Indri.
"Kesehatan anak mu yang lemah kenapa nyalahin saya dan keluarga? Tanya saja Winda bagaimana saya bersikap". Ujar Bu Lila sembari menatap Winda dengan tajam.
"Ma sudah mertua ku baik kok". Ujar Winda karna kalau sampai dia mengatakan yang sebenarnya bisa bisa mertuanya akan melakukan hal yang lebih ekstrim lagi, mendengar jawaban Winda Bu Lila tersenyum penuh kemenangan dan Bu Indri terdiam karna putrinya sudah bicara begitu dia tidak bisa memojokkan Bu Lila lagi.
Didalam ruangan itu mereka hanya diam saja tanpa ada obrolan apa pun sampai akhir nya Riyan datang dengan membawa ayam bakar .
"Hanya seporsi kamu belinya?". Ujar Bu Lila.
"Iya karna Winda ngidam pengen ayam bakar". Ujar Riyan
"Kenapa tidak belikan untuk mama dan kakak mu?". Ujar Bu Lila dan di angguki putri.
"Lah aku mana tau mama datang jam segini". Ujar Riyan tanpa rasa bersalah.
"Situ yang dia tidak tau datang nya kapan tidak dibeli ya wajar , lah kami yang dia tau kapan datang nya saja tidak dia belikan". Ujar Bu Indri menyindir Riyan secara terang terangan.
"Uang saya hanya bisa membeli satu, kan mama tau saya pengangguran". Ujar Riyan kesal
"Makanya kerja bukan hanya ongkang kaki uang turun dari langit, anak mu lahir mau bayar pakai apa? Daun? ". Ujar Bu Indri tak kalah sengit.
"Kamu sebagai kepala keluarga harusnya bisa bertanggung jawab, kalau tidak ada perusahaan yang menerima mu, ya kerja apa saja jadi buruh angkut atau apa pun yang penting halal, jangan cuma mau kerja di perusahaan karna percuma ,kamu serta kakak mu sudah di blacklist di perusahaan mana pun jadi tidak akan ada yang mau menerima kalian". Ujar pak aji yang kali ini bersuara karna dia sebenarnya geram dengan menantu serta keluarganya, kalau bukan karna Winda sedang hamil saat ini mungkin dia sudah membawa anak nya pulang ke rumah.
"Jangan menyalahkan anak saya , kalian saja yang pelit, punya perusahaan bukan nya dikasih ke Riyan biar dia yang mengurus nya karna dia menantu kalian, kalau gitu kan nanti hidup anak kalian akan terjamin". Ujar Bu Lila dengan tidak tahu diri, pak aji dan Bu Indri langsung tertawa .
"Hahahaha lucu sekali ibu mu ini Riyan, hidup anak ku? Apa hidup kalian yang akan terjamin, manusia seperti kalian ini hanya benalu yang mau menumpang hidup pada orang orang seperti kami". Ujar Bu Indri.
"CUKUP". Ujar Winda berteriak.